04

861 56 1
                                    

“Lo tau kagak?” Iwin yang baru saja sampai di kantin sekolah berucap tanpa duduk terlebih dahulu.

“Kagak.” jawab Nino cepat sebelum Iwin menyelesaikan kalimatnya, sambil menyendok makanannya.

Tanpa permisi Iwin memukul kepala Nino dengan sebuah buku menu yang telah ia gulung. “Gue belum selesai ngomong bego, kebiasaan amat suka motong omongan orang.”

“Dasar Babi, Ya udah cepetan, apa?” Nino mengusap kepalanya sambil meringis menahan sakit. Walau sebenarnya pukulan dari Iwin tidak sesakit itu.

“Denger dulu makanya,” jawab Iwin.

“Iya iya cepetan, apa yang mau Lo sampai-in ke kita-kita ini.” Nino udah mulai tidak sabaran dengan informasi apa yang akan Iwin sampaikan, sambil makan ia mendengarkannya.

“Lo ingat nggak Chimon yang dulu sering turun ke arena balap, dia dari Genk motor Lucifer?” tanya Iwin dengan antusias sambil menunggu reaksi para sahabatnya.

“Chimon adeknya Phi Gun, bukan?” tanya Ohm.

“Nah iya itu, Lo tau kan?”

“Iya terus kenapa sama Chimon? Dia nantangin kita balapan?” potong Nino lagi.

“Bukan nantangin balapan, tapi gue kemarin lihat dia jalan sama si Apon ketua Genk Oscar, menuju sebuah cafe gitu.” lanjut Iwin.

Mereka bertiga yang duduk dibangku kantin sontak saling pandang satu sama lain merasa heran dengan apa yang dikatakan Iwin, “Memangnya kenapa kalau mereka pergi berduaan, kayak Lo nggak pernah aja jalan berduaan sama cowok.” celetuk Ohm

“Betul tuh apa kata Ohm, memangnya kenapa kalau mereka jalan berdua? Bukannya kita juga sering jalan bersama, kadang Lo sama Gupi, atau gue sama Ohm.” Nino berkata sambil mengaduk dan memasukkan makanannya kedalam mulut.

“Tapi ini beda Cok, bukan kayak kita pokoknya.” Iwin merasa tak terima.

Gupi yang duduk disamping Ohm melihat kearah Iwin, “Lalu apa sebenarnya yang mau Lo sampai-in ke kita disini Win? Nggak mungkin kan cuman mau bilang kalau Chimon nge-date sama Thanapon?” tanya Gupi.

Karena Gupi yakin kalau sebenarnya ada sebuah informasi penting yang akan Iwin sampaikan saat ini, setahu Gupi biasanya kalau Iwin sudah excited gitu, pasti akan ada kabar yang sangat penting yang akan mereka dengar. Kalau bukan soal informasi balapan, ya informasi tentang anak Genk motor lain yang ngajakin ribut Genk mereka.

Ohm melihat Gupi dan Iwin secara bergantian, “Lo naksir Chimon? Atau si Apon?” tanya Ohm.

Iwin memukul kepala Ohm dengan buku menu, “Naksir pala Lo,” kesal Iwin, “Ini kagak ada hubungannya sama gue.”

“Ya siapa tahu aja kan?” cengir Ohm sambil mengusap kepalanya karena keramahan tangan Iwin.

“Ck bukan, kalian semua pasti akan terkejut saat tahu siapa saja yang ada didalam cafe yang didatangi Chimon.”

“Siapa?” tanya Ohm.

“Mantan Lo?” tanya Nino.

“Bukan,” jawab Iwin.

“Terus?”

“Gebetan Lo?” Nino kembali bertanya, “Ah itu mustahil, Lo aja nggak lagi pdkt sama siapapun.” lanjutnya.

“Ck, bukan. Gue juga kagak punya gebetan sekarang.” kesal Iwin karena pertanyaan unfaedah dari teman-temannya.

Gupi seakan mulai mengerti arah pembicaraan Iwin, “Jangan bilang Lo lihat orang yang beberapa hari ini ngusik ketenangan si Nino berada didalam cafe itu.” ini Gupi yang menebak.

“Tepat sekali, emang cuman Gupi yang paling ngertiin gue.” puji Iwin sambil tersenyum bangga.

Ohm dan Nino saling pandang, “Siapa sih? Penasaran gue.” Ohm mulai tertarik.

“Ya siapa lagi. Gue lihat ada phi Dew disana, sama phi Off dan phi gun juga. Lo pasti tau dong siapa mereka.” jawab Iwin.

“Uhuk uhuk uhuk,” Nino tersedak makanannya, dengan cepat Ohm memberikan gelas minuman pada Nino.

“Lo nggak salah lihat, Win? Ngapain si tutor itu sama mereka.” Nino bertanya dengan wajah serius, entah kenapa sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki yang bernama Dewa itu membuatnya tertarik.

Bukan tertarik untuk semakin dekat dengannya, tapi tertarik untuk tahu informasi tentang dia agar Nino bisa mencari tahu kelemahan lelaki tersebut dan menghancurkannya. Nino memang pendendam, masalah penolakan tawaran uang sepuluh kali lipat ke Dewa masih melekat di ingatannya.

“Iya beneran dia, coba aja Lo pikir. Sedang apa phi Dew berada disana? Secara yang kita tahu phi Dew lempeng aja gitu nggak terlihat jadi anggota Genk motor, lantas kenapa bisa dia berada diantara Genk Lucifer?”

“Mau numpang makan kali, secara mereka kan lagi di cafe.” celetuk Ohm sambil meminum minumannya.

“Ck, gue serius Ohm.” Iwin terlihat mulai kesal.

Nino melihat wajah Iwin yang terlihat serius, “Jangan bilang Lo curiga dia berada disana bertujuan meminta salah satu dari Genk Lucifer buat ngajarin dia bagaimana cara balapan motor.” tebak Nino.

“Cocok,” Iwin menunjuk kearah Nino. “Gue yakin dia kagak nyerah gitu aja buat ngelawan Lo, makanya dia meminta bantuan dari Genk motor Lucifer. Karena yang gue lihat dia seantusias itu mau jadiin Lo murid les-nya.” lanjut Iwin.

“Ternyata dunia se-comedy itu ya, masa iya gara-gara les doang dia sampai nekat belajar untuk balapan buat lawan Lo sih. Kayak apaan sih, gitu? Agak berlebihan aja menurut gue.” lagi-lagi Ohm berceletuk tanpa melihat bagaimana Nino sudah mulai terpancing emosi. Entah emosi karena apa.

“Bener juga, bisa aja phi Dew belajar trik balapan dari anak Lucifer. Wuih kalau beneran gitu, Phi Dew ini circle nya nggak main-main sih. Pantas saja dia bisa masuk ke Dharma Bhakti university.” ucap Gupi merasa kagum dengan Dewa.

BRAK!!

Nino menggebrak meja dengan kuat, sehingga membuat ketiga sahabatnya terlonjak dari bangku. Bahkan orang-orang yang ada di kantin juga melihat kearah mereka.

“Bangsat, kaget gue.” Iwin mengelus dadanya.

“Anjing, jantung gue mau copot.” Ohm juga.

Sedangkan Gupi hanya mengelus dadanya tanpa bersuara.

“Jelmaan jin satu ini selalu bikin jantung kagak aman.” gumamnya pelan.

“Anjing, kenapa gue kagak kepikiran sampai kesana. Kalau dia belajarnya sama suhu, posisi gue bisa terancam.” Nino mulai tersulut emosi tapi dia juga merasa cemas.

“Pokoknya gue kagak mau les sama tuh orang, apalagi orang itu suruhannya Papa. Masih kesal gue sama orangtua satu itu, gara-gara dia gue putus sama Love.” gerutu Nino.

“Win, coba Lo hubungi Phi Nanda.”

“Ngapain?” Iwin bingung dengan permintaan Nino.

“Suruh phi Nanda bilang ke orang itu kalau balapannya malam ini, di sirkuit biasa kita balapan.” bahkan untuk nyebut nama saja rasanya Nino malas, apalagi sampai harus les dengan orang itu.

Sorot mata Nino seakan mengatakan ia akan membuat Dewa bertekuk lutut padanya. Kalau bisa ia mempermalukan lelaki yang lebih tua darinya itu didepan umum, agar dendamnya terbalaskan.

Iwin mengerutkan keningnya, ia merasa suasana seketika menjadi horor hanya dengan melihat bagaimana wajah Nino saat ini.

“Udah turuti aja, dari pada dia tantrum disini, repot entar.” ucap Ohm.

Gupi mendengar itu hanya mengulum senyumnya, iya kali anak segede Nino akan tantrum. Tapi bukan Ohm namanya kalau nggak membuat celetukan-celetukan seperti itu.

“Ok ok.” Iwin dengan segera merogoh saku celananya mengambil ponsel miliknya dan menghubungi Nanda.

Terlihat smirk penuh makna di bibir Nino, “Kali ini gue yakin pasti gue menang, siapa suruh Lo nantangin gue.” gumamnya dengan penuh percaya diri.

Ketiga sahabatnya hanya menggeleng kepalanya, entah kenapa hanya karena urusan les sampai sejauh ini. Mereka bertiga juga tidak habis pikir.

Bersambung ...

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang