“Ini presentasi dari kami, terimakasih.” ucap Dewa mengakhiri presentasinya di hadapan para petinggi sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti yang sudah membuat janji temu dari seminggu sebelumnya.
Setelah itu Dewa duduk diantara Nanda dan Bryan yang memang datang bersama untuk mem-presentasikan proyek mereka.
Dan perlu diketahui jika ketiga sahabat itu memang mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur, ya bisa dibilang perusahaan mereka masih kecil dan baru merintis jadi tidak begitu terkenal.
“Wah semua terlihat sangat detail dengan perencanaan yang bagus dan matang. Saya suka dan setuju dengan apa yang kamu sampaikan.”
“Semua sesuai dengan apa yang sedang perusahaan kami cari. Saya juga setuju, tapi bagaimanapun semua tergantung keputusan pimpinan.”
“Hem, baiklah karena semua sudah setuju aku juga tidak akan menolak semua rancangan dari perusahaan kamu. Maka kami sepakat untuk memakai jasa perusahaan kamu sebagai Arsitektur utama untuk proyek ini.” direktur dari perusahaan tersebut akhirnya menyetujui.
“Tapi tolong kalian sempurnakan untuk desain interiornya, sambil jalan juga tidak apa-apa.”
“Untuk surat kontraknya nanti asisten pribadiku yang akan mengurus.” salah satu dari pemimpin didalam meeting tersebut menyetujuinya.
Terlihat Dewa, Nanda dan Bryan sangat terkejut namun juga terlihat senang dan lega. Ini pertama kalinya perusahaan kecil mereka bertiga mendapatkan proyek sebesar ini.
“Wah kami sangat berterimakasih karena tuan mempercayakan proyek sebesar ini pada perusahaan kecil kami.” Dewa menangkupkan kedua tangannya sambil membungkuk.
“Walaupun kecil, tapi semua perencanaan yang kamu sampaikan sangat bagus. Kami percaya jika proyek ini ada ditangan kalian, maka semua akan berjalan lancar.” direktur dari perusahaan itu pun berdiri dan menjabat tangan Dewa.
“Terimakasih atas kepercayaannya tuan.” ucap Dewa dengan senyuman.
“Selamat bergabung dengan perusahaan kami. Kami menantikan hasil kinerja kalian di lapangan.” ucap team yang datang mendampinginya direktur tersebut sambil menjabat tangan Dewa.
“Senang bekerjasama dengan anda tuan, kami akan bekerja keras untuk proyek ini.” jawab Dewa.
Akhirnya kerjasama antar kedua perusahaan pun tercapai. Wajah ketiga pemuda itu terlihat tak percaya namun juga sangat bahagia. Mereka kini sudah berada didalam sebuah lift menuju ke lobi perusahaan.
“Akhirnya kita mendapatkan proyek ini juga, nggak sia-sia kerja keras kita selama ini.” Nanda terlihat senang.
“Hem, tadi gue hampir aja nyerah karena direktur itu sepertinya ragu dengan gambar yang kita berikan.” ucap Bryan.
“Dia ragu dengan desain interior punya kita, diantara kita bertiga cuman Lo yang jago soal itu Bry. Jadi gue harap Lo sempurnain lagi agar hasilnya lebih maksimal.” ucap Dewa.
“Ok, ok gue ngerti.” jawab Bryan.
“Habis ini kita mau kemana?” tanya Nanda.
“Gue mau ke GMM SCHOOL, mau lihat tuh bocah lulus apa nggak.” ucap Dewa sambil tersenyum.
“Gue ikut.” Bryan juga berniat untuk ikut dengan Dewa.
“Lah ngapain Lo ikut Bry? Lo punya murid juga disana yang hari ini lulusan sekolah?” Nanda tak habis pikir dengan Bryan yang bermaksud ikut Dewa.
“Emang harus punya murid dulu baru boleh kesana?” Bryan merasa kesal dengan Nanda.
“Ya bukan gitu sih, tapi ngapain anjir Lo ikutan ke sana. Kayak nggak ada kerjaan aja Lo.” jawab Nanda.
“Gue pengen lihat baby kelinci gue disana.” ucap Bryan santai.
“Hah?” Dewa dan Nanda saling pandang.
“Baby kelinci? Baby belinci apaan? Sejak kapan di GMM school boleh bawa binatang piaraan.” Nanda semakin bingung maksud dari Bryan apaan.
Bryan hanya terkekeh tapi dia tidak bermaksud untuk menjelaskan maksudnya. Karena menurutnya itu tidaklah penting.
“Ya udah ayok. Lo nanti gue turunin di kampus Nan kalau Lo nggak mau ikut.” ucap Dewa.
“Ck, kalian nggak asik. Ya udah gue ikut, masa iya gue sendirian di kampus." Wajah Nanda terlihat cemberut.
Dewa dan Bryan hanya terkekeh melihat Nanda yang sepertinya tidak ikhlas ikut bersama mereka. Tapi Dewa dan Bryan juga tidak ambil pusing, karena hal itu sudah biasa bagi mereka.
★★★★★★★
“Gue berasa kayak mimpi, kita akhirnya lulus sekolah juga Cok.” ucap Ohm girang.
“Rencana Lo apa setelah ini? Maksud gue mau kuliah dimana? Kalau gue pengennya di WBS university, tapi papi gue maunya di Dharma Bhakti." Ucap Gupi.
“Kalau gue udah pasti di Dharma Bhakti university, itu kampus emang incaran gue dari lama.” jawab Iwin.
“Gue belum tau, tapi gue pengen kita tetap kumpul seperti sekarang. Kagak rela gue pisah sama kalian.” Ohm dengan wajah melo-nya seakan belum relam jika mereka berempat berpisah.
“Lo, No?" Tanya Gupi pada Nino yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya.
“Gue? Kalau gue pengen satu kampus sama phi Dew, kalau bisa satu jurusan juga." Jawab Nino menampilkan deretan giginya.
“Ck, nggak nyangka gue kalau Lo ternyata udah se-bucin itu sama phi Dew.” Iwin mencibir melihat kearah Nino, mengingat dulu mereka berdua tidak akur.
Nino tidak menjawab, ia hanya tersenyum menanggapi omongan Iwin. Karena memang dirinya sudah sejatuh itu pada pesona Dewa, dia merasa takut seandainya Dewa meninggalkan dirinya.
“Hati-hati aja jangan sampai phi Dew tau soal taruhan itu, bisa-bisa dia tidak akan maafin Lo kalau sampai dia tau.” nasehat Gupi.
Nino mendongak melihat Gupi, terlihat raut wajahnya mulai gelisah serta takut disaat yang sama.
“Saran gue mending Lo jujur sama phi Dew, jangan sampai dia tau duluan dan jadi makin runyam urusannya.” ucap Iwin.
“Nyesal gue ngajak Lo taruhan kalau ternyata begini akhirnya. Gue kira phi Dew beneran straight.” Ohm merasa bersalah, karena dia kini sahabatnya jadi terjebak perasaan pada Dewa.
Nino menghela napasnya, “Awalnya gue juga nggak nyangka kalau perasaan gue ke dia sampai sebegini-nya. Sekarang gue beneran takut kalau dia ninggalin gue, bisa apa gue kalau dia sampai ninggalin gue.”
“Padahal dulu gue udah ngingetin soal taruhan itu, tapi kalian mengabaikan perkataan gue.” ucap Iwin.
“Karma Lo manis juga ya, dari benci jadi bucin.” ledek Ohm.
Nino terkekeh mengingat bagaimana dulu Iwin mencoba mencegahnya untuk tidak meneruskan taruhan itu, tapi dia dan Ohm yang nekat. Ditambah lagi omongan Ohm waktu itu yang mengatakan kalau benci jadi cinta itu udah hal biasa.
“Kalau bukan karena taruhan itu, gue mana bisa dekat sama phi Dew. Dan karena taruhan itu juga gue bisa kencan dengan dia, anggap aja taruhan gue sama Ohm menjadi salah satu jembatan kedekatan gue sama phi dew.”
“Ducati dapat, bonusnya kencan sama phi Dew. Apa nggak beruntung banget hidup gue." Nino tersenyum bangga.
“Oo, jadi semua ini karena taruhan?” suara seseorang membuat mereka berempat menoleh ke sumber suara.
“P-phi Dew__” wajah Nino seketika pucat, tubuhnya membeku dengan jantung yang rasanya berhenti berdetak saat itu juga.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor, I'm In Love (DewNani)
Teen FictionWARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Thanks. Sebelum baca alangkah baiknya follow authornya terlebih dahulu, biar sama...