09

826 62 0
                                    

“Nino, Lo mau kemana?” teriak Iwin saat melihat Nino keluar kelas dengan memakai hodie dan membawa serta tasnya.

“Jalanin misi dong.” jawabnya santai.

“Bolos lagi pasti tuh anak.” Gupi geleng kepala melihat kelakuan temannya tersebut.

Ohm hanya terkekeh, “Biarkan saja dia dengan segala macam usahanya, gue akan tunggu hasilnya.” Ohm seperti tak ada beban saat mengatakannya.

“Sebenarnya gue khawatir sama taruhan kalian itu.” Gupi berucap sambil melihat kearah pintu.

“Kenapa?” Ohm bingung dan melihat kearah Iwin.

“Bego, ya bayangin ajalah gimana kalau sampai phi Dew tahu dirinya dijadikan bahan taruhan kalian. Bisa habis kalian berdua.” Iwin yang menjawab pertanyaan Ohm.

“Yang jelas bukan cuman kalian berdua, tapi Genk Black Lion juga nggak sih.” Gupi menimpali.

“Nah itu dia yang gue khawatirkan sebenarnya, gue takut aja anak buah phi Dew yang nggak terima bisa aja melampiaskan semua ke Genk Black Lion. Walaupun Genk Lucifer tidak pernah tawuran atau sejenisnya, tapi setahu gue kalau ada yang nyenggol duluan akan habis kena sikat.” ucap Iwin.

“Anjing, kenapa kalian kagak bilang ke gue soal ginian.” Ohm terlihat mulai panik.

“Heh babi, emangnya Lo minta pendapat gue pas ngadain taruhan itu.” Iwin memukul kepala Ohm.

“Sakit monyet, ini kepala ya kepala. Jangan asal geplak aja bisa kagak.” Ohm kesal sambil mengusap kepalanya sendiri.

Gupi terkekeh melihat Ohm yang kesakitan, “Itu belum seberapa dibandingkan nanti jika phi Dew tahu perbuatan kalian.” Gupi menepuk pundak Ohm lalu ia mengambil tasnya dan keluar kelas.

“Heh mau kemana?” teriak Ohm.

“Lagi jauhin sumber masalah,” jawab Gupi sambil lalu.

Giliran Iwin yang terkekeh, “Sebaiknya gue juga pergi dari sini, sebelum ikutan kena dampaknya.” dan benar saja Iwin berlari kecil mengejar Gupi yang kini sudah berada di koridor sekolah.

“Bajing-han, apa ini yang dinamakan solidaritas pertemanan kita?” teriak Ohm.

★★★★★

Di kampus Dharma Bhakti university kini Nino memarkirkan motor gedenya di halaman depan kampus. Lalu dia segera memasuki koridor kampus menuju ke kelas Dewa.

“Ada yang liat phi Dew?” tanya Nino saat memasuki sebuah kelas yang biasanya diikuti Dewa siang ini.

“Dew? Dia di perpus gue liat. Cari aja kesana.” jawab salah seorang mahasiswa.

“Ok, thanks Phi.” Nino langsung ngacir keluar dari kelas tersebut.

“Itu siapanya Dew sih? Sering banget gue liat dia datang kemari.” tanya salah satu mahasiswa pada temannya.

“Kayaknya sih dia adiknya, liat aja dari celana SMA yang dikenakannya. Kalau teman kan nggak mungkin.” jawab salah satu diantara mereka sambil melihat kearah celana yang dikenakan Nino, karena Nino memakai hodie jadi tidak terlihat baju seragam atasannya.

“Bisa jadi sih, siapa tahu aja dia mau kuliah juga disini ye kan?” yang lain menimpali.

Sedangkan Nino kini sudah berada di koridor kampus untuk mencari Dewa di perpustakaan. Kenapa Nino bisa sampai hafal rute kampusnya Dewa? Ya karena akhir-akhir ini dia sering ke kampus itu.

Terkadang dia datang tanpa tujuan yang jelas, datang ke tempat Dewa yang sedang bermain musik dan membelikan minuman secara tiba-tiba. Kadang dia juga datang melihat Dewa bermain basket bersama Bryan dan juga Nanda.

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang