“Phi Dew.” cicit Nino dengan tak percaya, pasalnya dia jarang melihat Dewa ada di kampus semenjak Dewa mengelola perusahaan miliknya. Tapi ini tumben kekasihnya itu ada di kampus bahkan datang ke kelasnya. Ada apa nih?
Mata Nino tak lepas dari Dewa dan Bryan yang berjalan mendekat kearah mejanya. Sedangkan Rika dan Dimas seolah bertanya mau apa senior mereka itu datang ke kelasnya. Kalau Iwin lebih merasa gelisah melihat Bryan ada di belakang Dewa.
‘Semoga dia tidak bertanya alasan gue nggak datang ke kantin. Gue bingung harus jawab apa.’ batin Iwin tak tenang.
“Ini aku bawain makanan kesukaan kamu.” Dewa yang sudah berada tepat di samping Nino menyodorkan sebuah paper bag ke depan meja Nino sambil tersenyum manis.
Nino menoleh kearah Dewa yang berada disampingnya, lalu beralih melihat kedepannya untuk mengambil alih paper bag tersebut lalu Nino membuka untuk melihat isinya untuk memastikan, namun tidak berniat mengeluarkan isi didalamnya. “Makasih phi,” ucapnya sambil tersenyum.
“Eum,” jawab Dewa lalu dia menyusak rambut Nino diiringi senyuman indah di bibirnya.
“Tumben phi ke kampus?” tanya Nino.
“Cuma mau liat keadaan kucing liarku, karena dengar-dengar banyak yang tertarik untuk mengambilnya.” sarkas Dewa.
Nino memutar bola matanya malas, “Tenang aja kucing liarnya phi sepertinya masih aman dan tak tertarik untuk mempunyai majikan baru.” jawab Nino dengan nada kesal tertahan.
“Baguslah kalau gitu.” lagi-lagi Dewa mengusak rambut Nino dengan gemas.
Melihat interaksi keduanya, Rika dan Dimas saling pandang satu sama lain seakan tak percaya. Mereka berdua tahu bagaimana senior mereka yang bernama Dewa ini, menurut kabar yang beredar Dewa sangatlah susah didekati. Tapi apa ini? Mereka berdua melihat Dewa yang tersenyum manis pada Nino.
Sedangkan Iwin dan Bryan menatap jengah pada keduanya, dasar bucin tak tau tempat, pikir keduanya.
“Gue nggak nyangka kalau Lo ternyata dekat sama phi Dew.” ucap Rika dengan senyum canggung.
“Padahal setau gue phi Dew susah didekati.” gumam Dimas pelan namun masih terdengar di telinga Iwin yang kebetulan duduk disampingnya.
“Ya karena phi Dew tutornya Nino dari Nino duduk di bangku SMA. Makanya mereka dekat.” ucap Iwin seakan menjawab rasa penasaran Dimas.
“Hah??” keduanya terkejut. Tapi kemudian mereka berdua kembali menetralkan rasa terkejutnya lalu Dimas dan Rika manggut-manggut seakan mengerti.
Kalau untuk Iwin dan Bryan mereka sudah tahu bagaimana hubungan Nino dan Dewa, jadi mereka tidak ambil pusing. Toh memang keduanya kan sepasang kekasih, jadi tidak heran lagi.
“Nanti ngerjain tugasnya di cafe gue aja, gue jamin kalian akan merasa nyaman.” ucap Dewa yang kini sudah duduk tepat di samping kursi Nino, dengan sebelah tangannya berpegangan pada sandaran kursi yang Nino duduki dengan seringai kearah Nino.
“Boleh juga tuh phi,” jawab Iwin antusias selain di cafe Dewa tempatnya nyaman, makanan di cafe tersebut sangat menggoda di lidahnya.
Nino memicingkan mata kearah Dewa yang berada disampingnya, seakan dia ingin tahu rencana tersembunyi apa yang akan Dewa lakukan. Ya terang saja Nino merasa curiga, selain disana adalah cafe pada umumnya, disana juga markas Genk Lucifer.
Jadi tidak mungkin kan Dewa hanya dengan beralasan untuk Nino mengerjakan tugas kuliah disana? Dan tidak mungkin kan Dewa membiarkan Nino dekat dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya? Karena ini baru pertama kalinya melihat Rika dan Dimas. Pasti Dewa punya niat tersembunyi dibalik tawarannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor, I'm In Love (DewNani)
Teen FictionWARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Thanks. Sebelum baca alangkah baiknya follow authornya terlebih dahulu, biar sama...