Bab 26

715 67 28
                                    

“Nanda, Lo antar Kao pulang. Gue mau ambil piala gue.” Dewa memperlihatkan smirk tipis saat mengatakan itu ke Nanda dengan ekor matanya menunjuk kearah Nino yang tidak jauh darinya berdiri sambil memperlihatkan emosinya.

Melihat wajah kesal Nino membuat Dewa merasa senang dan puas, setelah 3 round pertandingan balapan tadi. Kini dialah yang menjadi pemenangnya.

“Kok gue?” Nanda bingung kenapa harus dia yang mengantarkan Kao pulang, padahal tadi datangnya bareng sama Dewa.

“Lo nggak liat Bry lagi sibuk?” Dewa menunjuk menggunakan dagunya kearah Bryan yang sedang sibuk ngobrol bersama Iwin. Sepertinya asyik sih sampai-sampai melupakan sekitar, dunia milik berdua bagi jiwa-jiwa bucin seperti Bryan.

“Ck, iya lah iya. Susah emang kalau punya temen lagi kasmaran semua.” Nanda pasrah sambil menghela napasnya.

Dewa mengabaikan perkataan Nanda, “Ok, gue cabut dulu.” Dewa berlalu meninggalkan Nanda yang lagi-lagi menghela napas melihat kelakuan Dewa malam ini.

Dewa berjalan menghampiri Nino yang masih sibuk ngobrol dengan Ohm dan Gupi, sedangkan Iwin berada sedikit menjauh dan hanya berduaan dengan Bryan.

Entah kenapa malam ini Dewa seakan sangat berambisi untuk menang dari Nino, sampai-sampai pertandingan diadakan 3 kali karena hasilnya seri terus. Dan beruntungnya di round ke 3 Dewa bisa memenangkannya.

Berterimakasih-lah pada gadis yang bernama Kao, kalau dia tadi tidak menghampiri Dewa dan bertanya sesuatu padanya, mungkin pertandingan akan berlangsung lebih lama mengingat jika Nino juga sangat berambisi untuk menang. Tentu saja Nino tidak mau waktu seminggu berharganya akan di habiskan bersama laki-laki yang lebih tua darinya itu.

Namun siapa sangka pengaruh api cemburu yang menguasainya, Nino tidak bisa fokus pada jalannya pertandingan. Ingatan Nino terpusat pada foto-foto yang di post Dewa beberapa waktu lalu serta bayangan samar tadi gadis itu menghampiri Dewa dengan bertanya 'Phi apakah masih lama?’ Oh sat, itu benar-benar mampu mengobrak-abrik perasaan Nino.

“Bangsat, harusnya gue yang menang.” kesal Nino pada dirinya sendiri, namun Nino tidak bisa apa-apa. Apalagi sampai menarik kata-katanya. Mau tidak mau bahkan suka tidak suka ia harus menepatinya.

Terlihat Dewa tersenyum tipis melihat kearah Nino yang masih kesal dan marah. Namun Dewa tidak peduli, yang jelas malam ini akan ia gunakan sebaik mungkin agar Nino tidak bisa lepas darinya.

Sedangkan Nanda yang melihat Kao baru kembali dari toilet ia melambaikan tangan agar Kao mendekat kearahnya.

“Nong, nanti Lo pulang bareng gue.” ucap Nanda pada Kao.

“Loh kenapa phi? Phi Dew kemana?” Gadis yang bernama Kao itu celingak-celinguk mencari keberadaan Dewa.

Nanda menghela napas, “Dia sudah pergi.” jawab Nanda.

Kao terlihat kecewa karena phi nya meninggalkan dirinya begitu saja. “Kok aku ditinggal sih.” gumamnya pelan lalu dia berjalan mendekati Nanda.

“Eum Phi, boleh nanya sesuatu nggak?” dengan ragu-ragu Kao melihat kearah Nanda.

“Tanya apa?” Nanda balik bertanya sambil melihat Kao.

“Eum, itu, apa phi Dew sama Nino-Nino itu,.. eum.. apa mereka sedang berkencan?” dengan ragu-ragu Kao menanyakan pertanyaan itu pada Nanda.

Nanda terkekeh mendengar pertanyaan Kao, “Gue sendiri juga nggak tau nong, tapi mereka pernah dekat sih beberapa bulan lalu. Tapi semenjak pertengkaran hebat waktu itu udah nggak pernah lagi jalan bareng. Kenapa Lo bertanya begitu? Apa Dew mengatakan sesuatu soal hubungannya dengan Nino?”

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang