“Kenapa kamu terkejut begitu, Hem?” tanya Dewa lalu ia meraih dagu Nino dan kemudian mengecup sekilas dibibir Nino.
Nino yang sedang duduk bersila didepan Dewa dengan sebuah bantal berada di pangkuannya itu hanya bisa mengerjapkan matanya bingung.
Bagaimana bisa Dewa mengatakan masalah seperti ini dengan santai tanpa beban? Bukankah seharusnya dia marah karena Mamanya telah di khianati oleh Papanya? Tapi kenapa dia bereaksi sebaliknya.
“Tidak ... tidak ... Aku hanya merasa tidak seharusnya aku menanyakan soal ini.” jawab Nino dengan wajah tertunduk.
Dewa terkekeh melihat ekspresi pemuda di hadapannya itu. “Kemarilah.” Dewa menepuk pahanya meminta supaya Nino duduk diatasnya.
Tanpa membantah lelaki yang lebih muda itu duduk diatas paha Dewa dengan kaki melingkar di pinggang Dewa, lalu ia membenamkan kepalanya di dada bidang Dewa dan memeluknya erat. Sedangkan sebelah tangan Dewa melingkar di pinggang Nino dan sebelahnya membelai kepala Nino.
“Papa menikah lagi karena memang sudah menduda sebelumnya, bukan karena Papa berselingkuh. Justru Mama yang mengkhianati janji suci pernikahan mereka terlebih dulu.”
“Eh, kok bisa? Aku kira kalau__” Nino mendongakkan kepalanya melihat kearah Dewa yang masih setia membelai kepalanya.
“Bukan, Papa bukan orang yang seperti itu.” Dewa berusaha menjelaskan ia seakan mengerti akan apa yang ada di kepala Nino.
Nino kembali membenamkan kepalanya di dada bidang Dewa menyamankan posisinya disana. Ia akan setia mendengarkan cerita dari Dewa, karena jarang sekali bukan lelaki yang lebih tua darinya itu mau bercerita mengenai keluarganya?
“Sebenarnya pernikahan kedua orangtuaku terjadi karena sebuah perjodohan bisnis. Kakek memaksa Papa menikah dengan Mama, kondisi Papa yang tidak berdaya membuatnya menerima perjodohan tersebut.” Dewa mulai bercerita tentang keluarganya.
“Waktu itu kakek mengancam jika Papa tidak menerima perjodohan itu, maka kakek akan melenyapkan kekasih Papa.”
Lagi-lagi Nino membelalakkan matanya terkejut, “Ba-bagaimana bisa?” cicitnya tak percaya.
Dewa terkekeh mendengar ucapan Nino, ia menunduk sebentar untuk melihat bagaimana reaksi Nino yang menurutnya itu terlihat sangat imut.
“Begitulah kakekku, ia tidak pernah bisa menerima penolakan. Dan dia juga akan menggunakan berbagai cara agar tujuannya tercapai.” jelas Dewa.
“Hem, ok, ok, sepertinya kakek kamu begitu mengerikan phi.” Nino bergidik ngeri membayangkan hal itu.
“Bisa dibilang memang se-mengerikan itu. Tapi dia sangat menyayangiku dan juga Kao. Beliau memanjakan kami dengan selalu meluangkan waktunya bermain bersama ditengah kesibukannya mengurus perusahaan.”
“Ok baiklah, terus setelah itu apa yang terjadi phi. Apa kakek kamu beneran melakukan apa yang ia ucapkan?” Nino semakin penasaran dengan cerita Dewa tentang keluarganya.
Dewa menghela napasnya, “Mungkin kalau Papa tidak mau menikah dengan Mama bisa jadi kakek benar-benar melakukannya.”
“Sebelum pernikahan terjadi, Papa mengajukan sebuah syarat ke kakek.”
“Apa itu phi?”
“Papa minta supaya kekasihnya di pekerjakan di salah satu perusahaan kami. Karena dari kabar yang aku dengar kekasih Papa ini terbilang dari keluarga yang biasa saja bahkan bisa dikatakan dari keluarga kurang mampu gitu.”
“Terus, apa kakek kamu setuju phi?”
Dewa mengangguk sebagai jawaban, “Setelah kekasihnya bekerja di salah satu perusahaan dan masih dibawah pengawasan kakek, maka papa pun akhirnya menikah sama mama. Dengan sebuah perjanjian setelah pernikahan terjadi Papa tidak boleh menemui atau menjalin hubungan lagi dengannya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor, I'm In Love (DewNani)
Teen FictionWARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Thanks. Sebelum baca alangkah baiknya follow authornya terlebih dahulu, biar sama...