Bab 19 💞

1.1K 61 0
                                    

"Bocah nakal, apa yang barusan Lo lakuin? Hah?" Dewa memundurkan kursinya agar bisa melihat wajah Nino yang masih berada di kolong meja.

"Apa?" tanyanya tanpa dosa dan menarik kembali kursi Dewa agar mendekat kearahnya seakan itu menandakan kalau Nino tak ingin keluar dari sana.

Dewa menaikkan sebelah alisnya, apalagi yang akan dilakukan anak itu setelah tadi dia melakukan hal-hal absurd. Ya tadi sewaktu masih ada Luke diruangan itu, Nino sengaja meraba-raba pelan gundukan yang berada diantara selangkangan Dewa.

Bukan hanya merabanya, tapi Nino juga mencium dan meremas pelan sehingga sukses membuat Dewa meremang di seluruh tubuhnya, bahkan sesuatu yang ada dibalik celana Dewa juga mulai menegang walau belum sepenuhnya.

Nino yang mendengar percakapan antara Papanya dan Dewa merasa kesal, dia tidak akan rela jika Dewa mengundurkan diri sebagai tutornya. Dan entah dapat ide darimana, ia mulai berani menenggelamkan wajahnya diantara kedua kaki Dewa dan itu sontak membuat Dewa terkesiap.

Itulah kenapa Dewa menahan mati-matian agar tidak mengeluarkan suara-suara yang membuat Luke curiga.

"Om Luke sudah nggak ada, Lo boleh keluar sekarang." kembali Dewa menarik kursinya kebelakang memberi celah supaya Nino keluar, selain itu Dewa mengantisipasi kalau-kalau Nino berbuat seperti tadi dan pasti itu mampu membangkitkan gairah dalam dirinya.

Namun detik berikutnya Nino kembali menarik kursi itu kehadapannya lagi. "Papa beneran sudah pulang, kan?" Nino bertanya walaupun dia sudah tahu jawabannya.

Dewa menghela napasnya, "Hm, Lo bisa keluar dari situ sekarang, sekaligus pergi dari ruangan gue. Gue nggak ada waktu ladenin kegilaan Lo." lagi Dewa mengusir Nino.

Bukannya menurut apa kata Dewa, pemuda itu masih bergeming dibawah kolong meja, tatapan matanya terus menatap sesuatu dibalik celana Dewa. Entah kenapa walaupun masih tertutup dengan kain, Nino bisa melihat jika yang ada didalam sana sudah mulai menegang dan mungkin terasa sesak minta segera dikeluarkan.

"Phi mau ngundurin diri jadi tutorku?" tanya Nino dengan tangannya yang mulai tidak ramah mengelus-elus kejantanan Dewa walau masih terbungkus celana.

Kalaupun dia tidak bisa meluluhkan Dewa dengan permintaan maaf, maka Nino akan menggunakan tubuhnya sebagai pengganti mengikat Dewa agar selalu menjadi kekasihnya. Egois memang, tapi Nino benar-benar tidak bisa melepaskan Dewa kali ini, udah sejatuh itu Nino pada pesona Dewa.

Dewa melihat kearah Nino yang masih setia menunduk dan menggoda kejantanannya dari balik celana yang ia kenakan.

Setengah mati Dewa menahan diri agar tidak tergoda dengan apa yang Nino lakukan, ia masih marah atas perbuatan Nino yang menjadikannya sebagai bahan taruhan.

Dewa merasa harga dirinya terluka karena perasaannya dijadikan bahan taruhan oleh Nino. Walaupun dari dalam lubuk hatinya Dewa masih mencintai pemuda itu, namun Dewa tidak akan mudah memaafkannya.

"Hm." jawab Dewa.

"Alasan phi ingin mengundurkan diri apa? Bukankah phi dulu pernah bilang kalau akan menjadi tutorku sampai aku masuk universitas." ucap Nino dengan sebelah tangannya perlahan membuka ikat pinggang Dewa, sedangkan sebelah tangan yang lain memegang kursi Dewa agar tetap pada tempatnya.

"Lo tau dengan jelas alasan dibalik itu semua." jawab Dewa.

"Karena aku menjadikan phi sebagai bahan taruhan dengan Ohm?" tanyanya dengan jarinya mulai menarik kepala resleting celana Dewa turun ke bawah.

Dewa menyerah dan pada akhirnya membiarkan Nino melakukan apapun yang dia mau, Dewa hanya ingin tahu sebatas mana Nino akan melakukan kegilaannya.

"Hm." lagi-lagi hanya deheman sebagai jawaban dari Dewa.

"Phi, aku akui itu semua salahku. Tapi berkat taruhan itu juga aku semakin dekat dengan kamu phi, semakin mengenalmu dengan baik dan karena kedekatan kita selama ini aku sungguh benar-benar mencintai kamu phi. Mencintai apapun yang ada dalam dirimu, aku benar-benar tidak bisa jauh darimu phi." pengakuan Nino dengan wajah tertunduk.

"Soal taruhan itu, aku minta maaf karena tidak memikirkan apa akibatnya dari perbuatanku itu yang membuatmu semarah ini padaku." tangan Nino sudah mulai mengeluarkan kejantanan Nino dan mengurutnya pelan memberi sensasi nikmat bagi Dewa.

"Sssshhhh, cukup Nino. Aku tidak ingin main-main saat ini." Dewa mencengkram pergelangan tangan Nino untuk menghentikan aksinya, tangan Nino masih di posisi menggenggam kejantanan Dewa tidak erat tapi juga tidak longgar, genggaman yang sangat pas ditangan Nino.

Nino mendongak melihat kearah Dewa, wajah lelaki yang lebih tua darinya itu terlihat sayu menahan gairah terpendamnya. "Kenapa phi? Aku serius dengan ucapanku phi, kenapa phi masih tidak mengakuinya kalau sebenarnya phi juga mencintaiku."

"Lo bicara apa? Jangan mengada-ada Nino. Keluar sekarang jug__ Aaaahhh." Dewa yang bermaksud menarik paksa Nino keluar dari kolong meja terkejut dengan hal lain yang Nino lakukan, pemuda itu menunduk mencium kepala kejantanan Dewa yang masih berada digenggamannya lalu memasukkan kedalam mulut mungilnya.

Seketika tubuh Dewa lemas merasakan nikmat dari apa yang Nino lakukan, darah dalam tubuhnya berdesir memanas mengalir ke sekujur tubuh Dewa membuat sensasi luar biasa.

"Aaahhhh__" desah Dewa dengan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya, matanya terpejam menikmati sentuhan hangat mulut Nino yang memanjakan kejantanannya.

Cengkraman di pergelangan tangan Nino kini beralih diatas kepala Nino, menahan kepala Nino agar kulumannya semakin dalam. Sungguh ini benar-benar nikmat, tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Pertahanan Dewa runtuh, Nino sangat tahu bagaimana membuat Dewa tidak akan bisa menolak.

"Ssshhh,,, aaaahhhh,,, jangan salahkan gue kalau Lo keluar dari sini dengan kondisi nggak bisa berjalan lagi bocah nakal. Ssshhhh..." Dewa menjambak rambut Nino agar melihat kearahnya.

Seringai tipis muncul dari bibir Nino, "Benarkah?" pertanyaan Nino seakan menantang Dewa untuk melakukan lebih terhadap dirinya.

"Lo nantangin gue?" Dewa menaikkan sebelah alisnya. Lalu Dewa menarik Nino keluar dari kolong meja, setelah Nino berdiri dihadapannya Dewa dengan cepat menarik celana Nino dan menurunkannya hingga celana panjang serta dalamannya sudah berada diatas lantai.

"Buktikan phi, omongan tanpa bukti dianggap hoaks." tantang Nino dengan sorot mata penuh kemenangan. Dia merindukan kekasihnya yang sudah seminggu ini tidak ada kabar, dia merindukan bagaimana sentuhan Dewa mampu membuatnya selalu bergairah.

Dewa membalikkan tubuh Nino agar membelakanginya, "Sesuai keinginan Lo, jangan nyesal kalau Lo beneran nggak bisa jalan habis ini." bisik Dewa menarik pinggang Nino agar duduk di pangkuannya, sedangkan Dewa mengarahkan kejantanannya ke hole Nino tanpa pemanasan terlebih dahulu.

"Ssshhh... Aaahhh..." walau sedikit terasa perih dan sakit, namun Nino tetap menekan bokongnya kebawah sehingga kejantanan Dewa semakin melesak kedalam hole Nino.

Tangan Nino berpegangan pada sisi meja didepannya, sedangkan tangan Dewa mulai memanjakan kejantanan Nino yang memang sudah menegang. "Tetap saja sempit, Ssshhhh,,," Dewa mendesah nikmat ketika kejantanannya terjepit hole Nino.

"Aaaahhh,," Nino mendesah saat dirinya menaik turunkan tubuhnya sehingga kejantanan Dewa menyentuh sebuah kenikmatan didalam dirinya. Nino menginginkan lebih dan lebih, rasanya ia tidak ingin usai melakukan kegiatan panas ini dengan Dewa.

Dewa seperti kesetanan ketika mendengar desahan Nino, suara desahan pemuda itu semakin membuat libidonya meningkat 180°. Dewa merubah posisi dengan berdiri tepat di belakang Nino yang membungkukkan badan dengan membuka kedua kakinya memberikan akses pada Dewa agar leluasa memasukinya.

Kedua tangan Nino masih setia berpegangan pada sisi meja, tubuhnya terhentak kala Dewa memompa kejantanannya maju mundur di hole miliknya.

"Aaaahhhh,,, phi,, lleebbiiihhh kencang llaaaggiiii pppllleeeaassseee,, eeuunngghhh AaAhhhh..." suara desahan Nino semakin tak terkontrol, apalagi kejantanan Dewa terus menerus menyentuh kenikmatan dalam tubuhnya.

“Lo akan dapatkan apa yang Lo mau,” Dewa menghentakkan pinggulnya dengan kuat sehingga membuat Nino semakin gila karena kenikmatan yang tiada duanya itu ia rasakan.

“Aaaahhhhhhhh___”desah panjang mengalun indah didalam ruangan tersebut saat Nino telah mencapai pelepasan pertamanya.

Bersambung ...

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang