08

711 54 0
                                    

"Entar sore ada pertandingan antar Genk, kalian pada turun nggak?" tanya Ohm pada teman-temannya saat sedang berada disebuah cafe.

Hari ini adalah hari libur sekolah, empat orang pemuda itu sepakat untuk berkumpul di sebuah cafe. Yang bisa dibilang cafe tersebut markas mereka gitu.

Keempat pemuda itu ada Nino, Iwin, Gupino dan Ohm. Seperti biasanya jika mereka berkumpul pasti yang di bahas tidak jauh dari jadwal balapan. Seperti kali ini yang diawali dengan pertanyaan Ohm tentang apakah nanti pada turun ke arena.

"Siapa aja yang tanding?" Iwin bertanya dengan penasaran.

"Banyak sih, gue nggak begitu hafal sama anak-anak yang baru. Tapi ada anak Oscar juga, taruhannya lumayan lho." jawab Ohm.

"Gue ikut, sekalian pengen liat gimana skill anak-anak baru." Gupi terlihat antusias untuk datang ke acara yang dimaksudkan.

"Lo Win?" tanya Ohm.

"Ikut dong, ya kali gue kagak ikut. Bisa rugi gue kalau nggak liat yang bening-bening." jawab Iwin tak kalah semangatnya dengan Gupi.

"Lo gimana?" Iwin menyenggol lengan Nino yang sejak tadi hanya diam seperti tidak bersemangat.

Nino menghela napasnya, "Sepertinya gue kagak bisa ikutan, bentrok sama jadwal les gue." jawab Nino lesu.

Mereka bertiga saling pandang, "Apa gue kagak salah dengar? Bukannya Lo selalu cari alasan supaya kagak ikut les ya." Iwin memicingkan matanya melihat kearah Nino.

Ya walaupun Iwin tahu kalau akhir-akhir ini Nino memang selalu rutin mengikuti les dari Dewa, namun untuk hari libur begini? Yang jelas Iwin merasa ada yang janggal aja gitu. Ya secara Nino-lah yang selalu mati-matian menolak les tersebut, eh sekarang tiba-tiba tidak ingin ikut ke arena balap demi untuk les dengan dewa.

Come on guys, siapa sih yang tidak akan menaruh curiga padanya kalau dia tiba-tiba berubah begini? Kalau dulu ia akan meninggalkan pelajaran demi untuk bisa ikutan balapan, lah sekarang dia meninggalkan jadwal balapan hanya demi les privatnya dengan Dewa yang benar saja.

"Ck, gue hanya mempertahankan harga diri gue. Taruhan itu gue yang buat, dan gue kagak mau di bilang tidak tepatin janji sama tuh orang." jawab Nino tersirat nada kesal didalamnya.

"Lagian kalian kan tahu kalau dia ketua Lucifer, pasti tidak akan mudah lari dari dia gitu aja. Iya kan?" lanjut Nino.

Iwin, Ohm, dan Gupi tertawa mendengar itu, ia hampir saja lupa kalau Nino tidak mengatakannya. "Bener juga sih," ucap Ohm sambil berusaha berhenti tertawa.

"Makanya kalau mau ngajakin taruhan orang itu cari dulu informasi lengkapnya, jangan informasi setengah-setengah Lo telan bulat-bulat. Apalagi belum terbukti kebenarannya, itu sih namanya bego."

"Sejak kapan ketua kita ini pinter sih Win." celetuk Ohm

"Ya minimal sadar diri aja sih menurut gue, jangan sampai udah bego makin kelihatan bego kalau sempat kagak ngikutin jadwal les dari phi Dew hanya demi ikutan balapan." ini sih mulutnya Gupi yang serasa langsung nancep di jantung.

"Bangsat memang, kalian ini teman gue bukan sih? Teman macam apa yang berkata buruk tentang temannya sendiri? Tapi gimanapun juga gue masih tetap ketua kalian Anjing." kesal Nino.

Bukannya marah mendapatkan kata mutiara dari Nino, mereka malah tertawa terbahak-bahak. Menurut mereka melihat Nino marah itu seperti hiburan tersendiri.

"Ya Lo juga yang nyari perkara, harusnya dari awal ikutin aja kata bokap Lo. Lah ini Lo malah berulah nantangin phi Dew balapan hanya karena alasan supaya kagak les, ya gini deh jadinya." Iwin seakan menyadarkan Nino seandainya saja waktu itu dia tidak nantangin Dewa balapan, pasti lesnya tidak akan semenyiksa ini.

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang