Bab 17

606 43 1
                                    

“Sebaiknya Lo pulang saja, percuma Lo datang kemari Dew nggak ada disini.” Nanda berucap dengan nada sinis kearah Nino yang masih berdiri di depan kelas Dewa.

Nanda sudah mulai jengah dengan anak itu karena sudah seminggu ini dia selalu datang ke kampus hanya untuk mencari Dewa.

Nino melirik kearah Nanda, “Kalau Lo tahu dimana dia sekarang ya kasih tau dong, jangan diam aja. Jadi gue nggak perlu kemari lagi.” sengak Nino.

Nanda memutar bola matanya malas, “Buat apa? Lo mau buat dia jadi bahan taruhan lagi? Masih untung anggota tubuh Lo masih lengkap, atau minimal Lo nggak berada di rumah sakit sekarang setelah apa yang Lo lakuin ke sohib gue.” terdengar nada kesal saat Nanda bicara.

Nino menghela napasnya, “Udah berapa kali gue bilang Phi, iya gue salah udah jadiin dia bahan taruhan konyol gue sama Ohm. Tapi seiring berjalannya waktu gue beneran suka dan cinta sama phi Dew, nggak percayaan amat sih jadi orang Phi.” gerutu Nino.

“Cih, ya kali gue percaya sama orang modelan kayak Lo gini. Udah sana mendingan Lo nggak usah kemari lagi, Dew sibuk akhir-akhir ini. Dia nggak akan datang ke kampus untuk beberapa minggu kedepan.” ucap Nanda tidak sepenuhnya berbohong, karena memang kini Dewa dan Bryan sedang mengerjakan proyek besar mereka.

Nino mengerutkan keningnya, “Sibuk? Sibuk apa? Dia aja sering bikin SW lagi minum atau datang ke club'. Itu yang Lo bilang sibuk?” Nino seakan tak menyerah begitu saja, ia sudah bertekad akan memperjuangkan kembali cinta Dewa.

 Itu yang Lo bilang sibuk?” Nino seakan tak menyerah begitu saja, ia sudah bertekad akan memperjuangkan kembali cinta Dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ya itu bagian dari kerjaannya, eh tapi bentar deh, kok Lo sekarang jadi kang kepo sih, sampai-sampai ngintipin SW Dew. Beralih profesi Lo sekarang? Jadi kang mata-mata gitu? Iya?” lagi-lagi Nanda berucap sinis pada Nino.

“Harus kepo dong phi, kan gue pacarnya.” jawab Nino santai.

“Cih, Lo masih juga bermimpi disiang hari. Bangun bocah bangun, hubungan kalian itu udah berakhir setelah Dew tahu harga dia itu nggak lebih dari motor Ducati. Sebaiknya mulai sekarang Lo jauh-jauh dari sohib gue kalau masih sayang nyawa Lo. Karena gue nggak jamin anak-anak akan diam saja kalau tau masalah ini.” Nanda memberi peringatan pada Nino lalu setelahnya Nanda melenggang pergi karena dari jauh ada salah satu temennya memanggil.

“Tenang saja phi, kalau itu bisa buat phi Dew kembali gue rela.” teriak Nino yang tidak dihiraukan oleh Nanda.

“Dasar bocah keras kepala.” gumam Nanda, lalu ia tersenyum tipis. Sepertinya Nanda punya rencana lain untuk sahabatnya itu.

“Gue harus kemana lagi nyari phi Dew, seneng banget dia main petak umpet sama gue.” Nino menghela napasnya, lalu ia perlahan pergi meninggalkan area kampus.

Sudah semingguan ini Nino seperti orang gila mencari keberadaan Dewa. Mulai dari di kampus, apartemen, cafe biasa tempat Dewa nongkrong sampai ke arena balap tapi tetap saja Dewa tidak terlihat batang hidungnya.

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang