Brum!! Brum!! Brum!!
Suara kedua motor gede milik Nino dan Dewa saling bersahutan di lintasan balap bersiap untuk melakukan balapan. Jangan ditanya gimana reaksi para penonton, yang jelas lebih ramai dari sebelumnya.
Banyak yang mengelu-elukan nama mereka berdua, ditambah lagi kedua orang itu adalah ketua Genk yang paling disegani dan ditakuti oleh para anggota Genk motor yang lain sehingga pertandingan keduanya akan terlihat semakin menarik.
“Gue harap setelah ini gue nggak ada urusan lagi sama Lo phi, anggap semua udah impas.” ucap Nino melihat kearah Dewa yang telah bersiap di posisinya.
Dewa menyeringai, “Coba saja kalau Lo bisa,” cibir Dewa.
Nino mendengus kesal, karena sejujurnya Nino merasa ciut jika harus bertanding dengan Dewa. Skill lelaki yang lebih tua darinya itu tidak dapat dianggap remeh, apakah Nino bisa mengalahkannya? Kita lihat saja nanti.
‘Gue harus bisa kalahin dia, kagak mau gue berurusan lagi sama lelaki tua ini lagi.’ batin Nino.
“One.. two.. three.. goooo!!” teriak orang yang kini memimpin pertandingan sambil melempar sebuah sapu tangan keatas pertanda jika pertandingan dimulai.
Baik Dewa maupun Nino sama-sama melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Keduanya tidak ada yang mau mengalah, saling menyalip satu sama lain bukan lagi hal yang aneh.
‘Jangan harap ini akan jadi mudah baby, karena aku tidak akan melepaskan kesempatan emas ini untuk mengurungmu di sisiku.’ Batin Dewa dengan seringai tipis di bibirnya.
‘Gue ga boleh kalah dari dia, ini soal harga diri. Enak saja dia mau nyita waktu gue selama seminggu, yang benar saja?’
‘Walau gue akui kalau gue masih cinta sama dia, tapi kalau untuk merusak hubungan dia sama si Kao-Kao itu ya gue mending mundur Njir.’
Nino seakan bertarung dengan batinnya sendiri, saat ia tersadar dari lamunannya kini Dewa sudah berada di depannya. “Bajingan, kapan dia nyalip gue? Bangsat.” gerutu Nino lalu dia menambah kecepatannya mengejar Dewa yang sudah melaju cepat didepannya.
Seakan Nino bertarung dengan hidup dan mati, kini dia mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa mengalahkan Dewa. Baginya bisa mengalahkan Dewa adalah harga mutlak tidak bisa di ganggu gugat.
Garis finish sudah terlihat di depan mata, keduanya yang kini beriringan saling menarik gasnya untuk bisa melaju lebih dulu ke garis finish. Dan pada akhirnya...
“Wah ternyata hasilnya seri, mereka datang dengan waktu bersamaan. Gila ini beneran gila, baru kali ini ada yang bisa seimbangin skill phi Dew.”
“Weh seri Cok, gimana kita bisa nentuin siapa pemenangnya.”
“Bangsat, kenapa bisa seri sih?”
“Harus diulang, kita taruhan nyari pemenang bukan untuk seri seperti ini.”
Celotehan dari orang-orang yang melihat pertandingan mereka semakin riuh, banyak yang merasa senang karena ada yang bisa menyeimbangkan skill Dewa. Namun tidak sedikit yang kecewa karena merasa taruhan mereka akan sia-sia kalau tidak menemukan siapa pemenangnya.
Dengan berat hati akhirnya pertandingan kedua pun dimulai untuk menentukan siapa pemenangnya. Suasana menjadi semakin tegang karena kekuatan mereka seimbang.
“Lo siap?” tanya Ohm yang berada di samping Nino.
“Hati-hati, gue kagak mau gara-gara taruhan Lo sama phi Dew jadi mencelakakan diri Lo sendiri.” Iwin menasehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor, I'm In Love (DewNani)
Teen FictionWARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Thanks. Sebelum baca alangkah baiknya follow authornya terlebih dahulu, biar sama...