Bab 18

759 60 1
                                    

“Ternyata ruangannya cukup besar, suasananya juga nyaman, santai nggak terlalu kuno kayak kantor Papa.” Nino yang baru saja memasuki sebuah ruangan yang ia yakini adalah kantor Dewa hanya bisa berdecak kagum.

“Kenapa informan gue bilang kalau dia hidupnya tergantung dari cafe tempatnya bekerja. Padahal dia punya perusahaan sendiri, pastinya dia nggak semiskin itu kan?” gumam Nino masih mengamati sekitarnya.

Lalu Nino berjalan kearah meja kerja yang ada di ruangan, diatas meja terdapat lembaran besar memenuhi meja itu. Lembaran bergambar denah bagan sebuah bangunan yang bisa Nino tebak jika itu adalah proyek yang sedang dikerjakan oleh kekasihnya (Ini menurut Nino ya) karena ia tidak akan pernah mau menerima kata putus dari Dewa.

“Sepertinya ini proyek yang dimaksudkan Gupi,” Nino mengamati dengan seksama gambar yang ada diatas meja.

“Wah pacar gue hebat juga ternyata. Bangga gue punya pacar kayak phi Dew,” gumam Nino merasa sangat bangga.

Walau Nino belum bertemu dengan pemilik ruangan, namun ia tidak akan salah tebak lagi kali ini. Karena Nino melihat sebuah foto terpampang diatas meja kerja, foto Dewa bersama dirinya yang diambil saat sedang berjalan-jalan beberapa waktu lalu.

 Karena Nino melihat sebuah foto terpampang diatas meja kerja, foto Dewa bersama dirinya yang diambil saat sedang berjalan-jalan beberapa waktu lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa musti jual mahal sih, padahal udah jelas dia juga cinta sama gue.” Nino mengambil foto tersebut sambil mengulum senyum. Melihat foto dirinya terpampang dibingkai diatas meja, kini Nino semakin yakin kalau perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.

Lalu Nino meletakkan pigura foto tersebut diatas meja, dan ia beralih mengambil sebuah bingkai foto yang lain yang juga terdapat diatas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu Nino meletakkan pigura foto tersebut diatas meja, dan ia beralih mengambil sebuah bingkai foto yang lain yang juga terdapat diatas meja. “Gue kangen phi.” ucapnya saat menatap foto tersebut.

Nino menghela napas, kemudian dia meletakkan kembali bingkai foto tersebut ke tempat semula. Mata Nino mengamati setiap sudut ruangan yang terlihat masih rapi.

Setelah puas melihat seisi ruangan, kini Nino memutuskan untuk duduk di sofa panjang yang tidak jauh dari meja kerja.

“Lo terus ngehindar dari gue, tapi nggak untuk kali ini. Enak saja mau putusin gue tanpa persetujuan dari gue, jangan harap itu akan terjadi ya phi.” gumam Nino tersenyum penuh maksud.

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang