30.

44 7 2
                                    

...

Didalam ruangan vvip dengan perlatan dan kebutuhan lengkap tersedia dengan tv
besar terpajang tak jauh dari brankar.
3 orang mengilingi brankar Arash pemilik mata coklat berparas manis dengan
selang oksigen berada dihidung mancungnya.

Ridho berdiri dengan tenang menatap Arash
disisi lain Arina berkaca kaca melihat keadaan
Arash yang terlihat semakin kurus pucat.

Masaji berdiri disamping Arina menatap sedih
ke arah Arash tanpa bisa berkata kata.

" Apa kali ini Arash akan baik baik saja ,"
Arina membuka suara bertanya sendu.

" kenapa Arash harus mengalami semuanya setelah kejadian itu,apa salah Adikku .. ,"
menudukan kepala pundaknya bergetar pelan.

Ridho melirik Arina lalu menatap Arash dalam.
" Ini akan menjadi terakhir kali untuk Arash,aku akan memindahkan Arash ke luar negeri ," final berkata.

Arina mendongak perlahan melihat Ridho
segera mendekat ke sisi Ridho.
" kenapa harus ke luar negeri hah! apa kau
mau menjauhkan ku dari Arash,katakan!,"

Mata Ridho menatap serius ke arah Arina.
" karna selama orang itu ada , Arash akan
menjadi korban pembunuhan lagi ,"

memandang wajah Ridho berlinang Air mata
menangis bersuara. " kau tidak harus memindahkan ke luar negeri,kita bisa carikan Rumah sakit terbaik dijakarta,bisakan ridho ku mohon,"

" jangan pisahkan aku dari Arash,biarkan aku menjaganya juga.aku ingin melindunginya ,"
meremas kemeja Ridho kuat menangis.

Ridho segera memeluk Arina menepuk
punggung kecil saudaranya. " iya Arina,tapi
kau harus berjanji tidak akan mendekati mamah lagi,"

melepaskan pelukan mundur pelan memandang Ridho terdiam membisu.

Keheningan terjadi ,masaji hendak pergi
namun ada pergerakan dari Arash dibrankar.
membuat 3 orang disana langsung mendekat
terutama masaji maju untuk memeriksa Arash.

" Arash ,apa kau bisa mendengar ku?
apa yang kau rasakan sekarang,?"
lembut masaji bertanya.

Mata coklat Arash melirik pelan ke Masaji
tanpa bersuara membuat masaji terdiam.

" ada apa ..?Katakan ! "
Ridho bertanya.

" kenapa dengan Arash ,apa dia baik baik saja." khawatir Arina.

Masaji menatap Ridho Arina bergantian mengangguk pelan senyum tipis.
" Untuk sekarang keadaan Arash stabil tetapi
biarkan dokter lain ikut memeriksa untuk
mamastikan kondisi Arash," jelas Ridho tenang.

perasaan Ridho Arina menjadi lega mendengarkan penjelasan masaji.

" kalau begitu biarkan Arash istirahat,sebaiknya kalian keluar karna Dokter lain akan datang," berujar tenang.

Ridho mengikuti perkataan Masaji sedangkan
pandangan Arina tak lepas dari Arash
seolah ada sesuatu yang aneh namun
ia tidak tau apa itu berjalan keluar dari ruangan.

Masaji segera mendekati Arash menatap
memperhatikan mata Arash yang fokus
menatap ke arahnya.

perasaan masaji mengatakan bahwa ada
yang tidak beres dengan Arash namun Ia diam
menunggu dokter lain datang.

tak berselang lama dokter lain datang menyusul segera memeriksa keadaan Arash.
Masaji sedang berbincang dengan Dokter lain
tentang keadaan Arash.
.
.

Didalam kamar barang barang berserakan
berantakan ,vas bunga melayang ke dinding
pecah berhamburan.penampilan berantakan
wajah sembab menangis disertai kemarahan.

" SIAL!!! BERANI SEKALI MELAKUKAN INI PADA MAMAHMU SENDIRI.!!" teriak marah keras.

" AKU YANG TERLUKA DAN TERHINA TETAPI
ANAKKU SENDIRI MEMBELA ANAK HARAMKU!"

" APA SALAHKU!! KENAPA AKU DIPERLAKUKAN SEPERTI INI "!

suara maria berteriak marah didalam kamar
terdengar oleh bi inah yang  telah setia
berkerja di rumah maria sejak Ridho lahir.

" tuan ,saya harus begaimana sekarang,"
bersuara pasrah melihat foto Pratama di dinding bersama keluarganya.

Suara telfon berdering bi inah mengangkat telfon cepat setelah mendengarkan dengan
seksama menutup telfon pelan.
segera masuk ke kamar untuk berkemas
untuk pergi meninggalkan Rumah Pratama.

Bi inah keluar membawa tas pakaian menatap
ke arah pintu kamar Maria meninggalkan surat dimeja kemudian pergi ,masuk
ke dalam taksi yang telah disiapkan.

Rumah besar itu tampak sepi seolah tak berpenghuni membuat suasana sunyi.
Maria keluar dari kamar memanggil bi inah
namun tak ada sahutan , surat diatas meja
menarik perhatian Maria.

Maaf  bu saya harus pulang karena
Mas Ridho memberi saya uang pesangon
terimakasih sudah mempercayai saya bu

baca maria dengan teliti lalu meremat
surat bi inah membuang kesal.

Mata merah Maria menatap tajam pada sosok
didepan pintu yang berdiri tegap menatap balik Maria.

" ka- kau! " tunjuk maria kaget marah.
..







Lanjut -_ 










 Alone Rain  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang