32.

61 11 1
                                    

...

Mata Arash menatap tajam penuh kebencian.
Pria tersebut melepas masker berjongkok
didepan Arash tersenyum  puas.
duduk dikursi roda tak berdaya,wajah pucat
dengan beberapa luka yang telah sembuh
cukup membuat pria tersebut bahagia.

" ternyata benar kau selamat dari maut,tidak sia sia aku berkerja sama dengan ibumu untuk membunuhmu  ..!" berkata pelan berbisik.

Mata Arash berkaca membulat mendengar
perkataan widjana pembunuh
orang tua angkatnya.

" kau terkejut arash? jangan terkejut
masih ada banyak hal yang akan menantimu"
sahutnya berdiri  memandang Arash.

Tangan Arash gementar berusaha untuk bergerak untuk turun dari kursi Roda.
Widjana menoleh melihat Arash remeh.

" apa kau ingin membunuhku dengan keadaan mu sekarang? , kau hanya orang tak berguna yang akan dibunuh oleh ibumu sendiri " ujarnya senyum berjalan pergi.

Air mata menetes membasahi pipi Arash
memaksakan kakinya untuk bergerak turun
" bruk " tubuh Arash terjatuh dirumput keras.
tangan Arash mencengkram rumput kuat
menatap kepergian widjana.

pandangan kebencian tertuju pada widjana
menyeret tubuhnya pelan seolah ingin menarik widjana untuk marah.
beberapa orang segera datang ketika
mendengar suara jatuh ke tanah,segera
menghampiri menolong Arash.

Vania segera berjalan cepat saat melihat
beberapa orang berkumpul dimana Arash berada,sontak membuatnya panik.
" Arash !!"

Memaksa masuk untuk melihat keadaan Arash yang kini kacau , piyama rs kotor,aliran darah menjadi naik,serta wajah basah Arash
menjadi fokus Vania.

" apa yang terjadi,! Pak tolong bantu saya panggilakan perawat " mohon vania meminta bantuan disekelilingnya.

Segera seorang bapak berlari untuk mencari
Perawat ,sedangkan mata vania sudah merah
berkaca kaca melihat penampilan kacau Arash. " tenang arash ,tenang yaa.. "
Suara gementar vania.

tangan Arash bergetar berusaha untuk bergerak ,wajahnya semakin pucat dengan wajah sembab menangis tanpa suara.

" arash, te-tenang .. Jangan menangis"
berujar lembut  menatap mata  Arash
yang merah seolah melihat sesuatu.

dada Arash naik turun  tanganya terangkat
menunjuk ke depan membuka mulut
seperti ingin berkata namun kegelapan menguasai Arash tak sadarkan diri.

" arash !! " panik vania berseru.

dua perawat laki laki datang langsung mengendong Arash segera meletakan diatas
brankar yang telah disiapkan ,segera mendorong masuk cepat dengan vania dibelakang.

apa yang terjadi,kenapa setiap arash bersamaku selalu kejadian buruk datang
batin vania merasa bersalah segera menghubungi Ridho dengan tangan gementar.
..

Ruangan vvip camelians

Ruangan besar yang dihuni Arash sedikit sunyi
hanya suara laptop terdengar duduk tak jauh
dari brankar .tangan besar Ridho terfokus pada layar laptop dengan beberapa
dokumen di atas meja,waktu menunjukan tengah malam 00:02 namun tak membuat Ridho mengantuk karna takut jika sesuatu terjadi pada Arash saat dia tidur.

" siapa yang diliat Arash sehingga mendapat serangan dadakan seperti tadi siang,"
Ridho berkata berdiri disamping Arash membelai rambut adiknya pelan.

" Abang akan mencari tau siapa dalang dibalik kematian Alm Om Widjaja,percayalah pada Abangmu ini ,"
berbicara yakin menatap wajah pucat Arash yang mirip dengan Alm Ayahnya.

Suara dering handphone berbunyi mengalihkan Ridho dari Arash,segera mengangkat panggilan menjauh dari brankar.

" halo , bagaimana ,"? tanya Ridho

 Alone Rain  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang