29.

56 12 4
                                    


.
.
.

Bangunan besar berwarna hijau putih
berdiri kokoh dengan tulisan RS Medistra
adalah rumah kedua bagi arash yang sering
berada disana seperti pasien tetap,miris
memang jika kini melihat harus diruangan
ICU kembali seperti kamarnya sendiri.

Kaca transparan begitu bening bahkan
terlihat jelas alat alat rumit terpasang sana sini ditubuh remaja Arash.diluar ruangan
ridho hanya menatap terluka kedalam.

" kenapa,kau berada disini Rashy .." lirih bersuara air mata menetes pelan.

didalam Arash terpejam dengan tenang
seperti sedang tertidur namun ventilator
yang masuk kedalam mulut Arash membuat
hatinya tersayat menatap.
" arash , kamu tidak ingin bangun.lihat
aku telah lulus bukankah kita punya janji
untuk berfoto bersama ,"
batinya berdiri dibelakang Ridho menangis.

mendengar suara tangisan Arina ,Ridho
segera menoleh menenangkan lembut.

" Arina,jangan nangis.adik kita kuat!
gw bakal mindahin Arash ke luar negeri setelah keadaannya membaik"
Ridho berkata serius.

Arina menatap Ridho terkejut diam
melepaskan tangan Ridho cepat.
" apa.. lo mau mindahin Arash ke luar negeri!
Gak! gw ga setuju!"

" kenapa, diluar negeri Arash akan ditangani
lebih baik Arina.ini semua buat Arash terutama untuk menjauhkan dari mama,"
jelasnya tegas berkata menatap Arina.

" kenapa lo bisa seyakin itu kalau mama
pelakunya! lo mau durhaka Ridho,"
bela Arina membalas.

Senyum tipis Ridho terbit disudut bibir.
" denger Arina,gw mencurigai mama karna yakin 100% ditambah buktinya ada,"
datar Ridho berujar.

Arina hanya terdiam membisu karna
Jika Ridho telah berkata datar maka sudah
pasti Buktinya memang ada dan fakta.

" kenapa lo diam,ingat! kalau mama terbukti bersalah gw ga akan segan buat masukin
mama ke penjara ," tambah Ridho pelan
ditelinga Arina pergi.

langkah Arina mundur perlahan beralih
menatap Arash dibalik kaca dengan
pandangan rumit.
semua ini pasti kesalapahaman mana
mungkin mama tega membunuh arash
kecuali arash bukan ...
batin Arina tak melanjutkan menggeleng pelan menolak pikiran negative dikepala.
pundak Arina bergetar pelan,menangis tanpa
suara.

Pada akhirnya keraguan akan tetap ada

.
.

Suara hilks terdengar bergesekan dengan
lantai rumah sakit,berjalan mencari
ruangan yang dituju, mengenakan kacamata
menggunakan masker masuk kedalam lift
Naik ke lantai 3.setelah pintu lift terbuka
bergegas masuk berlari ke sebuah ruang
ICU menatap  dengan pandangan dalam.

" apakah ibu keluarga pasien?"
tegur perawat bertanya.

Maria menoleh kesamping menggangguk
ragu. " i-ya " balasnya pelan.

" baiklah silahkan ibu tunggu diluar karna pasien sedang dijenguk ," jelas perawat pada maria ramah.

Maria mengangguk sedikit ragu, tak berapa
lama Arina keluar dengan wajah sembab
lalu terhenti ketika melihat maria.

" mama-h ,apa yang mamah lakukan disini,"
menghampiri bertanya maria.

menurunkan masker melepas kacamata
terlihat wajah maria menangis.
" mamah ingin melihat Arash,"
tuturnya lirih.

" mamah.. tau darimana kalau Arash berada disini.apa- apakah mamah mengintai Arash
selama i-ni ," tebak Arina pelan.

maria bungkam menuduk menangis
seolah menjawab pertanyaan Arina.
tubuh Arina lemas seketika apalagi
dia baru saja melihat rekaman cctv Arash
yang Ridho kirimkan.

 Alone Rain  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang