DION.

4.5K 200 7
                                    

Kita akan berfokus pada si kulkas Dion Dirjaya.

Sosok bocah dingin sejak kecil, bisa di bilang dia anak yang sadis, waktu umur 7 tahun, dengan tega ia menyayat kelinci peliharaannya sendiri.

Sejak kecil ayah Dion telah membencinya, sebab ia lah sang ayah kehilangan sosok istri yang ia cintai, "kamu ini dari lahir udah nyusahin, gedenya jadi apa hah?" sentak ayahnya pada bocah malang itu.

Ia selalu mendapatkan pukulan dari ayahnya, juga gertakan-gertakan yang membuat Dion sering kali menangis.

Hingga ia tumbuh dewasa, sang ayah tak ada hentinya memarahi Dion hanya karena masalah sepele, balasan Dion hanya sinis dan cuek.

Ia sering pulang malam demi mengindari ocehan ayahnya yang tak pernah masuk di akal sehat Dion.

_Dion Pov_

Heeem. Gue gak tau sih letak kesalahan gue di mana, tapi papa gue sering kali teriak-teriak gak jelas, suka banget bikin mood gue ancur.

Jujur selama ini gue gak bisa bahagia in dia, tapi mau gimana lagi, orang dia aja kaya gitu, ogah banget respon, sering juga ungkit-ungkit biaya hidup gue.

"Kamu ini udah di biayai malah gini balesannya, sekarang papa tanya, kamu bisa balikin uang papa gak?"

Yeah, ucapan itu sering kali gue denger pasa papa kalah omongan sama gue, jujur itu sakit, tapi gue pendem dalem-dalem, nanti kalo mati kan jadi kejutan heee:)

Gini, kalo gue gak di hargai kenapa di hidupin anjirrr, kek, apaan cok etdah tau lah...

Dah itu aja dari gue, lanjutnya terserah si Author gak ngutak ini lah.

Ngasih peran dapet papa vilain, pepek lah.

_normal Pov_

Pagi hari, Dion berdiri di luar pintu, ia terus di gertak dan di pukuli dengan rotan oleh ayahnya, seperti punya ilmu kebal, Dion dengan raut muka datarnya menerima setiap pukulan itu.

"Semalam papa dengar pintu kebuka tutup, kirain papa kena angin aja, eh malah kamu keluar lewat pintu belakang."

"Mata kamu merah, bau alkohol! Mabok kamu ya?" sentak sang ayah, dan belum ada respon dari Dion, "dari mana papa tau kalo Dion keluar?" tanya Dion sinis.

"Tetangga kita noh, pak Abdul, dia bilang ke papa, kalo kamu keluar malem!" Dion yang mendengar nama itu seketika menoleh kearah rumah tetangga itu.

Kebetulan sekali pak Abdul ada di sana dan tepat dia melihat Dion, "oh orang sialan itu ya?" ejeknya lalu masuk kedalam menerobos tubuh sang ayah.

Dari kejauhan Andress melihatnya, ia merasa iba dan simpati pada Dion, "hah? Dia masih di marahi? Mana pake rotan lagi!" bergidik ngeri.

"Apa itu ya yang buat ia suram? Hemm!" berlanjut pergi sambil terus memikirkan apa yang baru saja ia lihat.

"Kasihan banget dah tu anak!" gumamnya di perjalanan.

Di kamar Dion, ia membanting segala barang hingga berantakan "kenapa gue! Kenapa? Haaaaah!" teriaknya kesal dengan keadaannya.

"Tinggal bilang aja apa susahnya pa? Bilang aja!" teriaknya kesal, pintu kamarnya di gedor-gedor oleh sang ayah.

"Dion, keluar kamu!"

"Kenapa pa? Gak bisa masuk? Dobrak aja, papa kan kuat, masa pintu segitu aja gak bisa dobrak!" teriak kesal Dion dari dalam.

"Keluar kamu! Waktunya sekolah, cepetan, kalo enggak papa-"

"Papa apa hah? Bunuh Dion? Haah, udahlah pa, Dion muak sama papa, papa gak mau Dion ada di rumah ini kan, bilang aja pa!"

"Terserah kamu aja, papa gak peduli, papa mau kerja aja, punya anak satu bandelnya nauzubillah!" geram lalu meninggalkan kamar itu.

"Baik pergi aja!"

°°°

Di sekolah ia berjalan beriringan dengan Andre, Andre terus mencoba bertanya pada Dion, namun tak ada respon sedikit pun.

"Heiiisss, sinis amat! Cepet tua lho!" seru Andre.

"Diem napa sih!" ketus

"Idih, oke-oke, si kulkas harus di cabut kabelnya biar gak dingin!" candanya.

"Paan coba!"

Seingatnya waktu istirahat, Dion sendirian di atas atap sambil merenung ia melihat kebawah yang cukup curam itu.

"Yang di lakuin Kevin gimana? Dia gak mati, apa kurang keras!" isi pikiran Dion.

Ia bersiap untuk melompat, namun aksinya di hentikan dengan sura nyaring memanggil namanya "mau Nyerah sekarang Yon?" ucap Siswa itu.

Dion yang kaget menoleh kebelakang "hooh, Lo Ndress! Kalo iya ada masalah?" ucap Dion lalu bersandar di pembatas atap.

"Heii, gue tau yang lo butuhin, jadi jangan maen-maen oke!"

"Tau apa lo tentang gue hah? Tau apa?" tersenyum remeh lalu sinis.

"Coba deh, lo pikirkan lagi, seberapa jauh langkah lo untuk bisa sampai di titik ini! Sekali aja Yon!" uapnya sambil berjalan searah jarum jam.

Dion berdiri tegap "mendadak banget full effort? Kenapa?"

"Sosok anak yang kehilangan kasih sayang, sungguh kasihan bukan?"

"Siapa?"

"Selalu berada di bawah bayangan sang ayah! Benar bukan?"

"Itu gue? Maksud lo apaan hah?"

Andress berjalan mendekati Dion, dengan hangat ia memeluknya, "ini yang lo butuhin kan Yon?" ucapnya, dan Dion hanya bisa melongo melihat aksi Andress.

"Apaan?"

"Tenang aja, rileks kan diri lo, tenang!"

"Lo gak harus selalu diam saat di tindas, lo harus bisa ngelawan, diam bukan solusi untuk itu!" nasehat Andress.

"Ada apa sih Ndress!"

"Gue tau lo kesepian Yon! Gue tau, papa lo sering mukulin lo, gertak lo, marahin lo, dan___ itu sakit Yon!"

Dion luluh dan berbalik memeluk Andress, "makasih Ndress, lo bisa ngertiin gue, selama ini gak ada yang bisa nerima gue, bahkan papa gue!"

"Ada gue Yon, udah tenang aja!"

Dion pun menangis bahagia. .....

°°°

Sicupu Itu Milikku [Boylove]【√】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang