Darah menggenang dan membasahi lantai, darah itu berasal dari seorang pria yang tengkurap di atas lantai, juga seorang remaja yang berdiri di atas genangan darah itu.
Memegang sebuah pistol dan pisau di masing-masing tangannya, sambil tersenyum miring ia berdecih "cih, omong kosong, angkuh, seenaknya sendiri, hemm rasanya tenang saat anda tiada!" seru remaja itu.
Siapa lagi kalo bukan si dingin Dion, yang tega membunuh ayahnya sendiri, konflik apa yang membuat Dion seperti itu? Tentu ia kesal dengan ocehan dan makian dari ayahnya yang bertahun-tahun ia pendam.
"Sudah ku bilang, berhenti mengatakan aku anak pembawa sial!" ucapnya dengan tangan gemetar dan gigi menggigil
Ia perlahan meneteskan air mata, sambil menunduk ia bergumam "kematian mama bukan kesalahan Dion pa, itu takdir mama pa!"
"Bukan gara-gara Dion, sekali lagi itu takdir pa!" menjatuhkan pistol dan pisaunya ke lantai, dengan air mata yang membasahi pipinya ia berjalan dengan jejak darah di lantai dan itu mengarah ke kamar mandi.
Masih ingat dengan tetangga julit itu? Yah ia mendengar sebuah tembakan dan teriakan dari rumah Dion, dengan gercep ia menelepon pihak kepolisan dan melaporkan kejadian itu.
Selang beberapa menit Dion di dalam kamar mandi, ia mendengar suara sirine polisi di depan rumahnya "sudah ku duga, mereka bakal datang!" memakai bajunya kembali dan berjalan dengan santai kearah pintu.
Dion membuka pintu dan melihat sudah ada banyak pak polisi dan warga yang berkumpul, "kami mendapatkan laporan ada suara tembakan dan teriakan di sini, apa itu benar?" tanya salah satu polisi itu.
Dengan tanpa rasa takut dan gentar sedikit pun Dion menjawabnya "coba aja cek di dalam pak, siapa tau anda menemukan sesuatu!" suruh Dion dan ikut masuk bersama polisi itu.
Polisi-polisi itu berpencar ke segala arah dan Dion mengambil susu UHT yang berada di dalam kulkas, lalu pergi keluar dan duduk di kursi luar rumah sambil menikmati susu itu.
Emang sikopat banget nih Dion.
Lalu satu polisi keluar dengan raut muka terkejut, di ikuti dengan warga yang mulai panik, namun Dion tetap cool dan tak ada rasa bersalah sedikit pun.
Dion memalingkan pandangannya saat polisi itu menatapnya, "nak! Kamu apain papa kamu hah?" tanya polisi itu tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Di susul 3 polisi lain dari dalam, "wah, gilak banget nih anak, itu kamu kan!" ucap polisi yang masih muda itu pada Dion.
Dion dengan sinis menatap keempat polisi itu, sembari tersenyum yang penuh intimidasi, "yeah, ketahuan, yok sekarang apa? Ke kantor polisi apa kemana!" seru Dion beranjak dari duduknya.
"Gak tahu diri nih anak!"
Para warga pun kaget dengan apa yang di lakukan Dion pada ayah kandungannya, ia tak gentar berjalan menuju mobil polisi dengan di ikuti 4 polisi di belakangnya.
"Dion, astaga, kamu ini berdosa banget!" ucap salah satu tetangganya.
"Eh, iya buk, dosa banget ya, lalu gimana tentang seorang ayah yang tak menyayangi anaknya, apa dia tak berdosa?" tanya Dion sambil tersenyum ramah.
"Gak nyangka banget aku!" tetangga julit yang membocorkan semua tindakan Dion.
"Gue tandain muka anda, siapa tahu anak korban selanjutnya!" ancam Dion lalu tertawa.
Skip______
Dion kini berada di kantor polisi, begitu banyak pertanyaan yang di lontarkan padanya, Dion hanya menjawab apa adanya dengan semua jawaban itu.
"Kamu bisa di penjara lo nak, lagi pula itu ayah kandung mu, tega banget!"
"Owh, ayah kandung ya, seperti apa kasih sayang seorang ayah? Aku belum pernah merasakannya!" seru Dion sambil menaruh telunjuknya di dagu.
"Kamu kok bisa kaya gini, apa motiv kamu, apa kamu gila?" tanya polisi muda yang sudah muak dengan ekspresi Dion.
"Eh pak, songong amat sih jadi polisi, etdah, jan terlalu dalem nanti sakit!" ejek Dion dengan senyum psikopatnya.
"Nih anak beda banget, pantes aja lo di buang sama keluarga lo sendiri, ngeselin tau gak!"
Seketika Dion serius menanggapi ucapan polisi itu "hah, benar juga, aku anak sialan, tapi itu seru, ngehabisin nyawa orang yang menyayangi kita tuh enak!"
"Heh! Serius lah, kita polisi di sini, hargain dong, jaga sikap, jaga sopan santun, sialan banget!"
Dion menebuskan nafas kesal, sambil mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya lalu memutar rekaman suara.
____
Kamu dari lahir udah pembawa sial, lihat mama kamu, dia mati gara-gara ngelahirin anak sialan kaya kamu, kamu coba berguna sedikit, papa capek ngurusi kamu.
Kalo Dion anak sialan, lalu kenapa papa hidupin, gak di buang aja ya? Bakar aja sekalian, dion juga gak pengen hidup sama papa.
Haah, pokoknya papa capek sama kamu, sekarang gini, dari kamu lahir sampe sekarang, coba sebutin hal yang membuat papa bangga, coba sebutin, sebutin dion *lalu terdengar benda pecah entah gelas atau piring.
Ya pa, gaada yang bikin papa bangga selain mama kembali, papa gila apa gimana hah, itu sudah takdir mama pa, jangan sekali lagi papa ungkit kematian mama dengan kesalahan dion, mungkin suatu saat dion bakal habisin papa dengan amarah dion yang sudah muak dengan perkataan papa.
____
"Dan dari kecil gue sadar, gue anak yang tidak di inginkan!" seru Dion dan para polisi itu tercengang dengan rekaman itu.
Simpati mulai keluar dari lubuk hati keempat polisi itu, "jadi mama kamu meninggal saat ngelahirin kamu?" di angguki oleh Dion dan semua menundukkan kepala.
"Umur 5 tahun masih sangay kecil bukan, tapi papa gue tega ngurung gue di kamar mandi, cuman gara-gara gak sengaja mecahin gelas, sampe segitunya, gila!"
"Owh, berapa tahun penjara, bayar denda aja lah ya, masih sekolah, sayang banget kan!" serunya enteng dan polisi menjawab "4 tahun penjara, tapi kamu masih di bawah umur 2 tahun penjara, jika ingin membayar denda sekitar 40-50 juta!"
"Oh, boleh, nanti ya pak, ambil duit dulu!" pamitnya dan di temani polisi muda itu.
Semua berita mengarah kepada Dion, tentang seroang anak yang tega membunuh ayahnya sendiri.
And ini berfokus pada Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sicupu Itu Milikku [Boylove]【√】
Romance"Cupu ya cupu aja, gak usah sok deh, dasar" ≈ [Belum ada Revisi] ___-----___ #TOXIC #BOYLOVE #18+ #RANDOM ___-----___ Rilis : [12/05/23] End : [28/12/23] [Bl story]