°°°°

2.1K 137 6
                                    

Kejadian kemarin membuat Kevin merasa kecewa dengan Kei, ia marah dan terus diam padanya, "sialan, dia pikir dia siapa!" gumamnya kesal di sepanjang trotoar.

Seseorang dengan kerasa menepuk pundaknya, "woiii, cemberut aja, smile dong, biar cute!" kejut Andress menyemangati sang adik.

"Hooih, ngagetin aja bang, mau di pisahin tuh kepala?" ucap Kevin datar sambil memegangi dadanya, "wooh, ngeri amat boy, udah-udah, jalan aja, entar telat!" menarik tangan Kevin dengan kuat.

Kevin berlari mengimbangi langkah Andress, "cepetan poke, lama amat dah!" serunya pada Kevin yang tunggang langgang menyamakan langkahnya

"Bangke! Pelan-pelan napa etdah, susah ngembangin langkah lo, anying lah!" umpatannya kesal berusaha melepas genggaman si kakak.

Meski ia kesal, mulutnya tersenyum lebar, kenangan masa kecil mereka terulang lagi, seakan Kevin bisa merasakan kehangatan sang kakak setelah sekian lama berpisah.

"Lihat bang! Ada poster!" seketika langkahnya berhenti, Kevin yang tak sigap pun menabrak tubuh Andress yang kekar itu.

Brughhh

"Sial, dadakan banget bang!" teriaknya yang mengundang tatapan tajam orang-orang yang berlalu-lalang.

Andress membekap mulut Kevin dengan tangannya, "shuttt, gausah teriak anjing, malu tau cok!" sahut Andress dengan nada sedikit tertawa.

"Cuihhh, bau banget tangan lo, hii!" membuang bekapan itu.

Lalu sebuah mobil Lamborgini melintas dan berhenti di depan mereka, tit-tit.... Klakson berbunyi dan pintu terbuka "masuk aja, gue kasih tumpangan!" ajak si Dion yang mengendarai mobil mewah itu.

"Woahhh, keren banget lo, gilak!" puji Andress

"Ikut gak lo, kalo enggak lanjut nih gue!"

"Eh, tunggu woii," mendorong tubuh Kevin hingga tersingkir kesamping "idih, buangke banget punya abang, di anggep apa gue!" gumamnya kesal sambil menunduk.

Titttt..... "Woii, ikut gak lo!" kejut Dion dan Kevin bergegas masuk. "Iya bentar," teriaknya "pepek lah!" begumam lirih lalu membuka pintu.

Perjalanan sangat hangat dengan kedekatan Dion dan Andress, Kevin yang melihat mereka dari belakang seakan muak, "gue gak tau ada hubungan apa kalian! But jangan aneh-aneh dah, hargain gue dong!" sela Kevin yang kesal dengan kedekatan mereka.

Bukan benci, Kevin hanya risih dengan candaan mereka yang mengarah ke 18+ "apaan dah, lama kelamaan kok aneh, gue kan polos nan alim!" tersipu dengan ucapannya sendiri.

Ngenggggg.

Sampailah mereka di sekolah, kedatangan Kevin sudah di tunggu Kei di depan gerbang, ia berjalan mendekatinya "vin, dengerin gue, gue bisa jelasin!" cegah Kei agar Kevin tak pergi.

"Kalian kenapa dah, selesain aja ya, kita masuk dulu!" menarik lengan Dion tanpa aba-aba. "Bgsat pelan-pelan napa cok!" umpat Dion yang hampir terjatuh itu.

"Haais, ikut aja apa susuhnya sih!"

Kevin memalingkan pandangannya kasal "jelasin apa hah? Udah jelas semua, kalo lo dateng ke gue cuman kasian kan, cih!" berdecih kesal.

"Gak gitu Vin, lo dengerin gue dulu," ucap Kei memohon

"Gue dengerin, tapi gue capek, sial!" bernajak pergi.

Kei menarik lengan Kevin yang tepat berada di dekatnya "oke, kalo itu yang lo mau, anggep aja kita gak kenal, nyesel gue baik sama lo!" mengibaskan tangan Kevin dengan keras.

"Sialan lo, udah ngaku sendiri kan, lo cuman kasiahan sama gue!" teriak Kevin yang perlahan Kei mulai menjauh dari pandangannya.

°°°

Di jam istirahat, Kevin tak melihat Kei di mana pun, meski ia kesal entah kenapa ia terus mencarinya, kini Kevin berdiri di depan koperasi.

Ia tengah memilih sesuatu di sana, dengan keras sebuah bahu menghantam pundaknya "kertas hvs nya bu, 5 lembar!" saat Kevin menoleh ia terkejut, siswa itu adalah Kei yang kini menatap tajam nan sinis kearahnya.

"Nih Kei,"

"Makasih bu! Itu uangnya!" seru Kei lalu pergi dengan aura dinginnya "dia emang selalu gitu?" tanya Kevin pada penjaga koprasi.

"Enggak juga, dia hangat kok, nah tuh coba lihat!" menunjuk kearah Kei yang tengah tertawa bersama anggota osis lainnya, termasuk Devanno.

Kevin seakan sedih melihat itu, ia berpikir apa dia terlalu egois? Yeah, lo egois Vin, percaya aja.

Kesedihannya ia bawa ke dalam kelas, raut muka murung dan suram terlihat, ia duduk malas di kursinya sambil membaca buku.

Bruakkkk

"Siang cantik! Kok murung!" sapa Regan.

"Hemm, gak tau juga!"

"Senyumm!" Davit mencubit pipi Kevin dengan kasar

"Sakit woii, lagi ga mood njing!"

"Woiih, makin ngeri aja nih, cis dulu dong," Liam mengangkat kamera ponselnya dan mengambil gambar Kevin yang tengah kesal itu.

"Bangke, hapus gak! Hapus cok!"

"Toxic banget lo bangsad!" Liam memukul pipi Kevin hingga ia menoleh ke kiri, "lo pikir gue diem aja hah? Gak akan, gue gak akan berhenti bully lo sampe lo mati!"

"Makasih! Emang itu yang gue butuhin, untuk apa hidup kalo cuman untuk di tindas, bodoh!" ucapan Kevin mengundang pukulan dari Davit yang bertubi-tubi mengenai seluruh badannya.

Seisi kelas masih seperti dulu, di mana semua diam dan tak memperhatikan, Dion dan Andress masih di luar kelas dan tidak tahu Kevin kembali di bully.

Secara mengejutkan pintu di gedor dengan kerasa brakkk, Kei masuk kedalam dengan aura sinisnya, "udah masuk semua?" tanya Kei yang tak menghiraukan Kevin yang sudah lemas di bangkunya.

Regan dan kedua temannya bergidik ngeri, sebab ia tahu kedekatan Kevin dan Kei sangatlah pekat, "sial, ketos itu napa datang sih, mati kita!" gumam Regan

"Hah, hari sial gak ada di kalender."

"Ini ada tugas dari wali kelas kalian, beliau ada halangan dan kalian di suruh mengerjakan pelajaran ini, jangan lupa di kumpulin ya! Terimakasih." lalu pergi

Regan kaget melihat Kei yang cuek dengan Kevin, raut muka Kevin kini penuh kesuraman "salah gue! Semua salah gue, gue egois, hahhh!" batinya kesal dengan wajah murungnya.

____

Sicupu Itu Milikku [Boylove]【√】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang