Ibunda

311 73 260
                                    

Pekan ujian sudah lewat, aku naik ke kelas tiga SD. Seharusnya aku bangga, tetapi perkataan kasar Mamak yang mengusirku untuk mencari ibu lain selalu membuatku

melamun di dalam kelas. Sebenarnya, Mamak itu siapa?

Suatu hari ibu guru menegurku karena melihatku terus melamun. "Anta?!! Lihat ke depan."

Pandangan teman-teman semua tertuju kepadaku dan aku berusaha fokus memperhatikan ibu guru yang sedang menerangkan di depan kelas. Namun, apa daya bahasa Mamak yang kasar selalu menghantui pikiranku, dan aku kembali melamun sehingga ibu guru menghampiriku dan memberi hadiah tamparan di pipiku. Akibat tamparan itu akhirnya aku menangis, di hatiku berkata: kenapa perilaku kasar selalu aku dapat?

Selesai pelajaran, aku dipanggil ke ruang guru untuk menjelaskan kepada guru BP tentang permasalahanku.

Semua guru yang ada di situ terdiam mendengar ceritaku, apalagi saat aku mengatakan ingin bertemu dengan ibuku yang sebenarnya. Muncul rasa iba di hati mereka. Bahkan, ibu guru yang sempat menamparku tadi merasa sangat bersalah. Dia memelukku sambil meneteskan air mata lalu meminta maaf atas perlakuannya di kelas. Ternyata dari sekelompok guru tersebut ada yang mengetahui cerita tentang keluargaku dahulu, tetapi mereka tak mengatakan apa-apa.

Pulang sekolah aku mampir ke sekolah tempat papahku mengajar. Mungkin, karena seringnya pergi ke sana, tempat itu seperti sudah jadi sekolahku sendiri. Murid-murid Papah sudah seperti teman-temanku sendiri. Ya begitulah aku yang selalu bermain dan bergaul dengan orang-orang di atas usiaku.

Sejak pertengkaranku yang terakhir dengan Mamak, Papah tak pernah memintaku untuk tinggal di rumah lagi saat dia tak ada. Aku tak tahu mengapa Papah mengambil sikap seperti itu. Namun akibatnya, dengan sikap Papah tersebut, Mamak tambah membenci diriku. Sampai suatu hari, salah satu murid Papah mengajakku jalan-jalan. Bang Amin namanya. Dia orang keturunan Tionghoa. Maka pergilah aku dengannya.

Tak pernah kusangka hari itu akan menjadi jawaban dari semua teka-teki yang ada pada diriku. Dan itu menambah satu lagi daftar penderitaanku.

"Asalamualaikum " Kami bertamu ke rumah seseorang di Stabat, sekitar 20 menit dari tempat tinggalku di Tanjung Pura.

"Wa'alaikumsalam" Wanita setengah baya keluar dari dalam rumah.

"Bu, ini anak Ibu," kata Bang Amin.

Sejenak wanita itu tertegun menatap diriku di depan pintu. Dia berlutut sambil mengusap kepalaku, lalu memelukku dengan berlinangan air mata.

"Anta.. Anta anak Umi. Sudah besarnya kau sekarang.

Rindu Umi sama engkau, tiap hari tiap saat Umi mendoakan Anta." Aku tak bisa berkata-kata. Air mata jatuh menetes di pipi ini tanpa terasa.

Aku masih bingung, siapa sebenarnya ibu ini? Apakah benar dia ibu kandungku? Lalu, apa yang terjadi dengan keluargaku di masa lalu?

Meskipun hatiku berkecamuk dengan tanda tanya, tetapi aku tetap terdiam. Sementara air mata terus menetes membasahi pipi tembamku. Rasanya, aku tak pernah menangis seperti ini. Aku yang selama ini hidup dalam penderitaan biasanya kuat menahan air mata.

Setelah puas memeluk dan menciumku, barulah wanita itu bertanya, "Apa kabar papahmu, Ta?" Sambil tangannya tak henti mengusap air mata di wajahku. Namun, aku tetap tak berkata apa pun. Mulut ini serasa terkunci.

"Pak Pes sehat, Bu." Bang Amin yang menjawab.

Tak lama keluarlah seorang anak laki-laki dari dalam rumah. "Siapa ini, Umi?" tanyanya.

"Ini Anta. Abangmu, Wan," jawab ibu itu.

"Oo yang tinggal sama papah itu." Agak ketus jawabannya. Sementara sang ibu tak menjelaskan apa pun sampai kami berpamitan untuk pulang.

Sepanjang jalan, aku hanya berdiam diri.

Bang Amin berpesan satu hal kepadaku, jangan sampai Papah tahu kalau dia telah membawaku ke rumah itu, atau Papah akan marah besar. Dia juga mengatakan, rumah neneknya dekat dengan rumah wanita yang mengaku sebagai ibuku, dan sudah beberapa kali ibu itu meminta tolong untuk membawaku datang ke situ.

Oh Ibunda ....

*****


Mulai sedih nih.. 

Lanjut terus ya gaees...

Ajak semua orang untuk baca cerita ini, sambil nunggu series dan film nya

Doa Kawan KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang