Dari Lembah Tidar sampai Kota Kembang 5

267 64 236
                                    

Satu bulan sudah berlalu. Peristiwa demi peristiwa telah kami lewati. Malam ini aku mengajak Oca makan dan nonton. Aku ingin membelikannya baju dengan uang hasil kerjaku sebulan.

"Abang mau belikan kau baju."

"Jangan di sini, Bang, harganya pasti mahal."

Namun, aku tetap memaksa dan memilihkan baju untuknya. "Abang ingin belikan engkau baju dari hasil keringat Abang sendiri."

"Memang Abang punya uang?"

"Abang sudah gajian," kataku berbisik. Aku serahkan amplop yang belum kubuka kepadanya. "Ini gaji Abang 1 bulan. Pakailah."

Dia tak langsung terima. "Kenapa Abang nggak pegang aja sendiri, kan Abang juga banyak kebutuhan."

"Nggak apa-apa. Abang minta sekali-kali aja."

Dibukanya amplop itu, "Ini isinya hanya sembilan puluh ribu, Bang. Buat Abang aja bayar kos dan sisanya buat keperluan Abang sampai bulan depan."

Aku sadar uang itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kami berdua. "Aku sudah punya kiriman dari Umi, Bang. Cukup buat aku tinggal di Bandung." Ada sedikit kesedihan di matanya.

"Simpan saja buatmu. Abang sudah biasa hidup sederhana, tak perlu apa-apa. Sebetulnya, Abang ingin memberi engkau yang lebih banyak, tapi Abang belum bisa."

"Bukan begitu, Abang. Aku minta maaf, ya. Abang jangan marah. Aku sudah cukup kok dengan uang kiriman Umi. Ayo Bang kita jalan-jalan aja, katanya mau nonton, nanti telat loh."

Aku ikuti langkahnya. Gadis ini sangat baik. Tak pernah memandang materi, walaupun berasal dari keluarga berkecukupan. Sepertinya, dia tidak mengharapkan apa-apa dariku, yang dia mau hanyalah rasa cinta dan kasih sayangku. Dia baru akan merasa bahagia kalau aku juga bahagia. Malam itu kami pulang agak larut. Aku mengantarkan Oca ke indekosnya. Banyak hal yang kami bicarakan. Oca memintaku ambil libur hari Jumat supaya kami bisa jalan- jalan, karena Sabtu Minggu dia libur. Dia tak pernah lagi belanja ke swalayan itu dan tak pernah nongkrong lagi di McDonald's dekat situ. Katanya hari liburnya buat beres- beres.

* * * *

Keesokan harinya, aku kembali berangkat ke Trina Swalayan tempatku bekerja. Aku ditempatkan di bagian alat-alat listrik. Minggu ini aku mendapat giliran jadwal kerja sif pertama, mulai pukul 07.00 – 15.00 sore.

Tak kusangkahari itu akan menjadi sumberpertengkaran yang pertama buat aku dan Oca saat seseorang tiba-tiba datang menghampiriku.

"Mas, kayaknya kita pernah ketemu, ya, tapi di mana?" Seorang laki-laki bertanya kepadaku saat membeli lampu dan kabel.

Aku diam menatapnya .

Doa Kawan KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang