Epilog : Doa Kawan Kecilku

308 69 253
                                    

Kususuri jalan-jalan di Kota Kembang Bandung, berharap kekasih hati ada di sisi. Namun, semua harus kuakhiri.

Aku memang manusia yang penuh derita, kegagalan demi kegagalan datang dan pergi silih berganti.

Impian masa kecilku untuk menjadi seorang tentara sudah pupus di Lembah Tidar. Tempat di mana tiga kali aku menggantungkan cita-citaku sambil menatap puncaknya yang kebiruan beratap langit. Yaa, itulah Gunung Tidar yang lembahnya menjadi kawah Candradimuka untuk mencetak perwira pejuang Sapta Marga. Terbayang kembali suasana angker Lembah Tidar, tetapi tidak pernah menyurutkan keinginanku untuk menjadi seorang patriot sejati, walaupun pada akhirnya aku benar-benar sudah gagal total tidak ada kesempatan lagi.

Kenangan manis untuk bahagia bersama Oca pun harus terkubur di Kota Kembang. Ibu yang jauh dan ayah tak berpunya. Aku kehilangan lagi. Saat ini, tidak ada satu pun yang kumiliki, tiada harta, tiada teman, hanya doa sang bidadari yang sangat berharga berharap mengalir terus untukku. Di saat aku kehilangan cita-cita dan hidup tanpa masa depan, dia selalu setia mendampingi, memberi semangat dan motivasi yang tiada henti.

Aku sadar masa depanku di pundakku sendiri. Tak pantas jika kugantungkan harapan di pundak orang lain. Segala daya upaya sudah aku lakukan, segenap kemampuan pun sudah dikeluarkan. Tak ada yang tahu rencana Tuhan Yang Mahakuasa yang sudah terukir pada setiap garis tangan manusia. Berharap keajaiban dan keberuntungan untuk memenuhi janjiku kepada seseorang yang aku cintai sepenuh hati.

Pengorbananmu untukku tidaklah pantas aku terima. Hatimu begitu mulia, sampai-sampai kaucurahkan seluruh tenaga dan pikiranmu hanya untuk memikirkanku. Mungkin memang lebih baik aku melepaskanmu saat ini dan berharap mendapatkanmu dalam keadaan yang lebih baik.

Terlintas bayangan Papah, Kakek Usman, dan bidadariku yang manis. "Maafkan aku untuk yang terakhir kalinya, aku tak mampu membahagiakan kalian." Aku bergumam dalam hati.

Berserah diri kepada Tuhan, itulah yang terbaik saat ini. Akan kuikuti ke mana langkah kaki ini membawaku pergi. Menuju penghujung 1996, hidupku tanpa tujuan.

"Mau ke mana, Kang?" Tersentak aku melihat sekeliling. Terminal Cicaheum. "Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Jakarta."

Sesaat aku terdiam. Hilang arah.

Setidaknya dalam setiap kegagalanku masih ada yang aku yakini. Hasil psikotesku. Ke sanalah sekarang aku menuju. Jika daratan belum bisa menjadi temanku, biarkanlah lautan menjadi sahabatku.


*****

Ayo kita vote ya, apakah harus ada kelanjutannya?

Harus bikin buku kedua nih sepertinya?

boleh donk kasi masukan ... buat kesimpulan.. buat poster2 cantik untuk cerita ini, buatin lagunya, buatin meme lucu2annya.... sebelum filmnya digarap.

Silahkan kontak penulis yaaa....


Penasaran dengan kelanjutan cerita Doa Kawan Kecilku bisa kalian baca dalam buku keduanya.

Cinta Kawan Kecilku, diprolog oleh bunda Cinta Atalia Praratya, yang dikemas sangat apik

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/19fe2c2f-ab7d-b23d-e5c2-6bceb6fd851f?af=3e7ac512-791b-203d-2483-3dedc549b345

Dia yang kusayang meninggalkan diriku hanya menitipkan selembar surat dengan janji kembali.

Tiga tahun aku menunggu dan selama itu pula hadir cinta lain yang penuh kepastian menjanjikan cinta dan harapan.

Akankah takdir memupus cinta sejati?

Ataukah berganti keabadian cinta?

Cinta Kawan Kecilku hadir mempersembahkan karya sangat romantis, dengan alur dan plot yang akan membawa emosi para pembaca terombang ambing menuju peraduan cinta sejati.

Telah hadir pula HATI SEORANG PENDOSA (Nasib Punya Ayah Bule) sequel Cinta Kawan Kecilku yang berhasil menjadi finalis lomba special ramadhan 2021 hanya di KBMapp.

Happy reading....🌷

NOTE :

Doa Kawan KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang