6 - Deep Talk

900 75 7
                                    

Author POV

Heza masuk ke rumahnya, malam ini ayahnya pulang jadi dia tidur di rumah.

"Jam segini baru pulang Za? kemana aja? kata bibi belum pulang dari pagi." tanya Adrian saat melihat putranya baru pulang jam 9 malam.

"Tadi les, trus ngongkrong bentar yah."

"Udah makan?"

"Udah."

"Masih marah?"

"Aku nggak marah."

"I know you Za."

"Kalau ayah nanyain tentang itu terus, aku malah jadi bad mood."

"Iya maaf." kata Adrian.

"Tadinya ayah mau ngajakin kamu makan malam."

"Yaudah nanti kita makan, aku mau mandi dulu sebentar."

"Katanya udah makan."

"Ayah aslinya mau ngobrol kan? makan itu cuma alibi."

"Well, you know me better than I thought."

Heza lalu membersihkan dirinya dulu lalu kembali turun dan mendapati ayahnya sudah menunggunya di sofa, bukan meja makan dengan pizza di depannya dan dua kaleng cola.

"Kirain mau makan biasa." kata Heza.

"Kan kamu udah makan, ngemil aja deh. Lagian ini cuma alibi kan?" kata Adrian membuat Heza tertawa.

"Iya."

"Mau sambil nonton?"

"Boleh yah."

Mereka nonton film action, lalu di pertengahan film, Adrian mulai membuka pembicaraan antara keduanya.

"Maaf ayah sering ninggalin kamu." kata Adrian.

"It's fine."

"It's not. I know it."

"I'll try to make it fine." sahut Heza, sambil fokus menonton, sementara Adrian fokus melihat putranya.

"Jangan. Marahin aja ayah, jangan ditahan sendiri."

"I don't want to make it harder for you."

"No, you never."

Heza melihat ayahnya, jika seperti ini dia selalu merasa bersalah.

"Pasti nggak mudah ngebesarin aku sendiri, pasti sulit harus nyari uang sendiri. Maaf, aku egois karena udah nuntut ini itu padahal pasti nggak mudah buat ayah. Aku malah kayak anak kecil yang ngerengek terus-terusan, tanpa tau rasa bersyukur." kata Heza.

"Enggak, kamu nggak minta ini itu, kamu cuma minta waktu ayah which is fine."

"Keluarin aja semua uneg-uneg kamu Za, kamu nggak pernah ngeluh sama ayah tentang hari-hari kamu. Kasi tau ayah, ayah mau denger apa yang anak ayah rasain." kata Adrian.

"Bersalah. Yang aku rasain rasa bersalah yah."

"Kenapa?"

"Aku ngerasa belum jadi anak yang baik buat ayah karena masih sering ngerasa marah kalau ayah nggak di rumah, padahal ayah juga kerja capek-capek buat aku. Aku cuma takut? setiap kali aku pulang dan di rumah nggak ada ayah, aku selalu takut kalau ayah nggak pulang, aku takut sendirian soalnya aku cuma punya ayah. I think about it a lot that I can't sleep properly. Sorry, I know I'm being too much." kata Heza.

"Mau denger alasan ayah sebentar?"

Heza mengangguk, dan mendengarkan.

"Ayah nggak akan bohong sama kamu, it's hard indeed. Membagi semua sendiri itu susah, tapi ayah mau kamu hidup dengan nyaman, yang terjamin. Selagi ayah masih bisa ngambil kesempatan buat ngembangin usaha ayah, ayah akan lakuin semua, jadi nanti kamu tinggal nerusin aja. I want to give everything to you, even if it's my own life. Karena kamu juga satu-satunya yang ayah punya sekarang. Ayah nggak mau kamu hidup susah, ayah mau kamu bisa menggenggam dunia di tangan kamu Za, kamu akan lebih mudah lakuin itu kalau kamu punya materi yang cukup, itu yang ayah cari sekarang selagi ayah bisa. Nanti akan ada waktu dimana ayah berhenti mengejar dan fokus mempertahankan, saat itu ayah akan kasi semua waktu ayah buat kamu."

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang