10 - Exam is Over

815 75 21
                                    

Author POV

Minggu ulangan sudah berjalan dan rasa frustasi semua siswa bisa dilihat dari bagaimana wajah kusut mereka saat duduk di kursinya. Ini hari terakhir dan ini adalah perjuangan terakhir yang mereka lakukan untuk mempertahankan kelas.

Heza menidurkan kepalanya di meja, ini hari ke-enam dan kondisinya benar-benar jauh dari kata baik, sepertinya dia memang harus dirawat dan full bed rest setelah ini.

"Masih kuat ikut?" tanya Jeremy yang ada disamping Heza, dia menanyakan itu setiap pagi.

"Diusahain, hari terakhir kan. Besok gue beneran nggak bisa ke sekolah kayaknya, tenaga gue beneran habis."

"Iya, nggak usah sekolah. Biar Nakula yang atur lomba kelas gimana nanti." kata jeremy. Nakula adalah Co-Leader 12 A.

Selama mengerjakan ulangan, Heza merasa kondisinya semakin memburuk. Rasanya pusing dan perutnya mual. Tubuhnya juga terasa lemas. Justin yang duduk di belakang Heza sesekali melirik Heza yang duduk di depannya, Heza beberapa kali memijat pelipisnya, pasti rasanya tidak enak. Heza mengerjakan soalnya dengan cepat. Dia berharap agar bisa pulang dengan cepat.

Setelah semua orang mengumpulkan lembar jawaban, guru pengawas langsung keluar dari ruangan menyisakan anak-anak kelas 12 A yang kehilangan semua tenaganya. Heza tak lagi bisa menahan dirinya, tubuhnya benar-benar ingin menyerah sekarang juga.

Heza langsung merapikan barang-barangnya, bersiap untuk pulang bersama ayahnya yang menunggunya di parkir.

"Bisa jalan sendri Za? Gue bantu aja ya." kata Jeremy langsung membantu Heza untuk keluar dari kelasnya.

Heza berjalan pelan dengan Jeremy yang membantu memapahnya hingga mengundang tatapan penasaran beberapa orang yang ada di koridor, untungnya tidak begitu ramai karena kelas lain belum selesai ulangan.

Sampai di parkiran, Adrian langsung mengambil keluar mobil saat melihat Heza yang datang dengan dibantu oleh Jeremy, rasa khawatirnya bertambah melihat Heza yang terlihat sangat lemas dan pucat, Adrian membantu Jeremy untuk membantu Heza duduk di kursi penumpang di samping kemudi.

"Jer makasih banyak ya udah bantu Heza, dia udah dari tadi kayak gini?" tanya Adrian.

"Udah om, malah dari hari-hari sebelumnya juga dia kelihatan banget maksain untuk ikut ulangan."

"Iya dia juga bilang ke om kalau dia harus maksain biar bisa ulangan langsung tanpa susulan."

"Apa nggak mau diajak ke rumah sakit aja om?" tanya Jeremy.

"Ini om mau ajak ke rumah sakit Jer., dari kemarin dia nggak mau kalau belum kelar ulangan."

"Nanti kabarin ya om, di rumah sakit mana, trus kalau harus nginep tolong kasi tau juga kamar yang mana." kata Jeremy.

"Iya, makasih ya Jer udah jagain Heza. Om pergi dulu." kata Adrian lalu melajukan mobilnya untuk ke rumah sakit.

-

Adrian menatap Heza yang tidur terlelap di depannya, selain selang infus yang menancap di tangannya juga ada selang untuk memasukkan darah ke tubuh Heza. Adrian merasa bersalah karena tidak bisa sepenuhnya menjaga putranya hingga seperti ini, tapi disisi lain dia juga tidak bisa lalai dengan urusan kantor. Dan yang membuatnya semakin merutuki diri adalah besok dia harus kembali ke luar kota untuk bertemu dengan investornya yang sialnya hanya bisa bertemu besok, itupun setelah menunggu selama 2 bulan untuk proyek yang besar yang tak bisa dia tinggalkan begitu saja.

Heza membuka matanya saat terusik dengan tangan Adrian yang mengelus rambutnya, sejak Heza dewasa Adrian tak bisa lagi mengusak rambut putranya asal seperti yang selalu dia lakukan dulu karena Heza akan kesal jika dia mulai merusak tatanan rambutnya.

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang