20 - The Beach

672 80 48
                                    

Author POV

Heza duduk di meja makan dengan canggung. Bagaimana tidak, setelah pertengkaran tadi malam mana mungkin dia tidak canggung. Namun Heza berusaha makan dengan tenang seperti biasanya walaupun kakinya sudah ingin lari dari sana.

Heza bisa melihat Justin dari ujung matanya yang beberapa kali melihat ke arahnya seolah ingin membuka percakapan tapi Heza masih berlagak sibuk dengan makanannya sambil memikirkan bagaimana caranya membuka percakapan tentang dia yang tidak jadi kuliah di luar negeri di tengah meja makan yang sunyi ini.

Heza mengambil nafas dalam, lalu menelan ludahnya kasar. Bagaimanapun dia harus membuka topiknya jika ingin masalah ini selesai lebih cepat. Dia berdehem sebentar sebelum membuka suara.

"Aku nggak jadi kuliah di Melbourne. Tiketnya udah aku cancel." kata Heza menarik perhatian yang lain yang daritadi hanya sibuk menunduk dan fokus dengan makanan masing-masing.

Adrian menatap Heza sebentar, sedikit merasa bersalah tapi ini adalah yang terbaik untuk mereka.

"Bagus, makasih ya bang karena udah mau ngerti." sahut Adrian.

Heza mengangguk tanpa melihat ke arah ayahnya. Justin melihat ke arah Heza, bisa dia rasakan kalau Heza pasti sangat terpaksa melakukan ini.

"Maaf ya sayang" kata Gita.

Tanpa dijelaskan pun Heza sudah mengerti kata maaf itu untuk apa.

"Gapapa, Bun"

Heza lalu menaruh alat makannya dan bergegas untuk berangkat ke sekolah, padahal dia baru makan beberapa sendok, sepertinya nafsu makannya menghilang begitu saja dari kemarin.

"Udah selesai?" tanya Adrian.

"Udah yah, aku berangkat dulu." kata Heza lalu mengambil tasnya.

"Tungguin adeknya dulu bang."

"Iya" sahut Heza.

"Gue tunggu di mobil ya Tin." kata Heza pada Justin lalu melangkah keluar. Heza sedang tidak dalam mood yang baik untuk lama-lama berada disana jadi dia memutuskan untuk menunggu di mobil saja.

Selama perjalanan ke sekolah, Heza hanya diam saja tanpa mengatakan apapun. Heza memilih untuk melihat ke arah jendela. Justin yang melihat itu benar-benar tak tahu harus apa karena Heza juga terlihat dalam mood yang buruk.

"Za.." kata Justin pelan.

Heza menengok kearah Justin yang ada di sampingnya, menaikkan alisnya sebagai tanda bertanya.

"Maaf, gue nggak bermaksud buat bikin semua rencana lo berantakan. Gue cuma pengen kita bareng-bareng, soalnya kita udah ngelewatin banyak waktu terbuang. Gue nggak mau pisah lagi, maaf gue egois." kata Justin.

Mendengar Justin yang meminta maaf seperti itu, Heza justru merasa bersalah, merasa bahwa dia bukan kakak yang baik karena bukannya menjaga keutuhan keluarganya yang baru dia dapat, dia malah ingin memisahkan diri.

"Nggak papa Tin." kata Heza.

Justin mengangguk namun dalam hatinya masih mengganjal karena terlihat jelas kalau Heza masih sangat kecewa.

-

A few days later 

Sudah jam 2 siang dan Heza masih memilih untuk bergumul dibalik selimut tebalnya melewatkan sarapan dan makan siang bersama yang lainnya. Hari ini harusnya dia berangkat ke Melbourne namun dia malah masih disini. Heza memang sudah menerima kalau dia tidak jadi kuliah disana tapi melihat kembali tiket pesawat yang dia cancel membuatnya sedih lagi.

Heza berdecak kesal saat perutnya tak bisa diajak kompromi lagi, jadi dia bangun dengan penampilan yang sangat acak-acakan. Berniat untuk sekedar membuat mie pedas sebagai pelampiasan rasa kesalnya.

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang