34 - Each Other

653 78 49
                                    

Author POV

Heza sedang duduk santai di ruang tamu sambil menonton TV. Ujian akhir sudah selesai, jadi dia dan Justin sudah bisa sedikit bersantai sebelum kembali dihadapkan dengan tes untuk masuk perguruan tinggi.

Heza tidur di sofa sambil menonton film dengan serius tak lupa dengan snack yang ada di tangannya. Tak lama Ayah dan bundanya yang baru datang dari periksa kandungan langsung menghampirinya sambil membawa makanan untuk mereka makan bersama.

"Bang, adek mana?" tanya Adrian.

"Di kamar yah, gimana hasil periksanya?" tanya Heza.

"Bagus, adeknya sehat banget." kata Gita dengan senyum menghiasi wajahnya lalu duduk di samping Heza.

Heza yang mendengar jawaban Gita tiba-tiba teringat sesuatu.

"Oh ya Bun, Yah.. aku mau bilang sesuatu. Bisa ngomong bentar nggak? sebelum manggil Justin buat makan?" tanya Heza.

"Kenapa bang?"

"Kemarin aku sempet ngobrol sama Justin, udah lama sih tapi aku baru inget sekarang. Kira-kira bisa nggak kalau misalnya nanti calon adik kecil jangan dipanggil 'Adek'? Mungkin bisa kasi nama panggilan lain?" tanya Heza.

"Loh, kenapa?" tanya Gita balik karena tak mengerti.

"Nggak, soalnya Justin bilang dia suka sama panggilan 'Adek' itu bun, dia seneng katanya jadi adek, seneng diperhatiin. Dia juga bilang kalo panggilan 'adek' itu kan dia yang perjuangin jadi jangan dikasi ke calon adik kecil." kata Heza sambil tertawa karena masih gemas dengan tingkah Justin.

"Dia nggak mau panggilannya diambil katanya. Emang agak too much tapi aku sedikit bisa paham maksud Justin. Dan aku nggak mau nanti Justin jadi kesel sama calon adik kecil karena panggilannya diambil, jadi calon adik kecil jangan dipanggil 'adek' ya bun?" Lanjut Heza.

Gita tersenyum mendengarkan penjelasan Heza, begitupun dengan Adrian. Heza kakak yang baik, dan Justin tetaplah seorang adik yang menyukai panggilan yang baru dia dapatkan dengan perjuangan.

"Aku juga pasti bakalan ngerasain hal yang sama kalau tiba-tiba ada orang lain yang harus dipanggil 'abang' sama Justin selain aku." sambung Heza karena tak kunjung mendapatkan jawaban. Dia menambahkan untuk meyakinkan Ayah dan bundanya kalau apa yang Justin rasakan itu valid.

"Iya, ayah juga bakalan sedih kalau tiba-tiba ada yang dipanggil 'ayah' selain ayah sama kalian." kata Adrian sambil bercanda karena melihat Heza yang kelihatan gugup mengatakan hal tadi.

"Makasih ya bang, udah bilang sama ayah sama bunda tentang ini. Kalau enggak, ayah sama bunda nggak akan sadar kalau hal kayak gini bisa bikin kalian sedih. Nanti kita bikin panggilan buat calon adik kecil sama-sama ya, kalo dia udah lahir nanti." kata Gita.

"Iya, sama satu lagi bun. Ini mungkin kedengaran agak childish, tapi tolong tetep kasi perhatian yang sama buat Justin ya? Aku tau bunda sama ayah pasti bakalan kerepotan nanti tapi tolong tetap tanyain Justin ngapain aja atau pertanyaan apapun yang sering bunda tanyain. Gak papa kalau perhatian buat aku dikurangin, tapi jangan Justin. Dia nggak biasa sendirian dan aku nggak mau dia terbiasa sama itu." kata Heza lagi, merasa khawatir jika nanti adiknya yang biasanya dipenuhi kasih sayang merasa kurang.

Heza mungkin tak pernah menunjukkan atau mengatakan pada Justin sebesar apa dia menyayangi adiknya itu. Tapi Heza tetaplah seorang kakak yang baru bertemu dengan adiknya. Dia akan memberikan adiknya rasa nyaman sebanyak yang dia bisa, sebanyak yang sudah dia lewatkan. Sebab dia suka ada Justin di hidupnya. Dia suka melihat Justin yang bahagia...

"Jangan khawatir bang, kasih sayang buat kamu sama buat adek gak akan berkurang, Bunda sama ayah masih punya stock kasih sayang yang banyaaaaaak banget buat kalian." kata Gita.

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang