Author POV
"Dek mau ikut jemput ayah sama bunda nggak?" tanya Heza yang sudah berpakaian dengan rapi.
"Sekarang?"
"Masih 30 menit lagi."
"Ikut lah, tunggu." kata Justin lalu bersiap dan mengganti bajunya.
Justin hanya membutuhkan beberapa menit untuk bersiap-siap, dia lalu berjalan dengan cepat untuk menemui Heza yang menunggunya di ruang tamu. Saat sampai disana, dia melihat Heza yang menunggunya sambil membawa buku matematika di tangannya dan terlihat sedang mengerjakan soal latihan.
"Lo beneran suka banget belajar ya? bisa-bisanya belajar sekarang. Kan kita mau pergi."
"Aslinya gue juga males dek. Tapi nanti kita bakalan mulai belajar bareng buat ujian. At least gue harus sedikit paham sama materinya, nanti kalo yang lain nanya biar bisa gue bantuin. Lagian ini juga banyakan ngulang materi dari kelas 10."
"Kan nanti kita itu belajar bareng bang, namanya belajar bareng ya nanti kita pelajarin bareng-bareng. Kalo gini kan lo harus belajar lebih extra jadinya. Lagian kalo lo gak ngerti juga nggak masalah kan? Namanya juga belajar." kata Justin yang tidak mengerti dengan konsep belajar Heza.
"Kalo gitu caranya, kita gak akan bisa review semua pelajarannya Dek, kalo semuanya nunggu penjelasan dari guru ujungnya bakalan keteteran semua. Makanya setidaknya harus ada yang ngerti marteri yang bakalan kita pelajarin bareng. Jadi sekali belajar itu beneran ada gunanya bukannya malah tetep nggak ngerti."
"Trus lo yang harus ngerti gitu? berat di lo doang dong bang."
"Gak papa, yang penting nanti temen-temen gue bisa ngerjain soal ujian. Lagian gue juga nggak rugi."
"Ahh jadi ini alasan kenapa waktu kita belajar bareng itu lo selalu tau jawaban dari setiap pertanyaan temen-temen. Waktu itu lo bilang itu karena lo ikut les makanya lo ngerti kan?" tanya Justin.
"Ya itu juga alasannya, kan gue emang beneran ikut les. Gue juga belajarnya disana, sekarang gue cuma nyoba ngerjain soal latihan aja."
"Yang lain tau nggak lo sampe begini?"
"Mereka nggak perlu tau, kan bukan mereka yang minta. Emang guenya aja yang pengen." sahut Heza.
"Nggak usah terlalu diforsir juga kali bang. Gue nggak mau lo sakit kayak waktu itu lagi."
"Gue sakit bukan karena belajar, Justin."
"Ya terserah alasannya karena apa. Tapi beneran bang, lo nggak perlu sampe kayak gini."
"Perlu. Ini juga demi diri gue sendiri kok." sahut Heza.
"Hadehh batu banget, emangnya lo ngejar apa sih bang?"
"Nama dek, Gue ngejar nama baik. Heza Reyshaka, Class Leader 12-A yang bisa nge-lead temen-temennya sampe lulus dengan tetap berada di 20 besar dari mereka kelas 10 tanpa ada yang bisa digeser. Gue mau orang-orang inget itu. Lebih dari itu, gue mau temen-temen gue ngerasa mereka beruntung punya gue sebagai leader, sampai mereka lulus. Bahkan setelah mereka lulus, nanti saat kita reuni gue pengen mereka inget gue sebagai leader kelas mereka." sahut Heza.
"Lo emang selalu ambis kayak gini ya bang?" tanya Justin.
Heza mengangkat bahu dan merapikan bukunya. Lalu keluar menuju mobil untuk ke bandara mengabaikan pertanyaan Justin. Itu bukan hal yang harus dia jawab.
-
"Hi boys." kata Adrian memeluk Heza dan Justin sesaat setelah mereka bertemu di bandara.
"Gimana liburannya Yah?" tanya Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)
Ficção Adolescente'18' is where it ends and where it begins again... ⚠️ Brothership ⚠️ 'Friendly' harsh word ⚠️ Bxg ⚠️ Fiksi