33 - Reassurance

723 78 40
                                    

Author POV

Heza dan Justin mulai sibuk dengan persiapan ujian mereka begitupun anak kelas yang lainnya. Hampir setiap hari mereka akan melakukan zoom meeting untuk mempelajari pelajaran dari kelas 10 yang sudah mulai mereka lupakan. Kurang dari 2 minggu ujian akan dilaksanakan.
Last Battle, begitu mereka menyebutnya. Mereka belajar gila-gilaan untuk bisa menjadi raja terakhir. Sedikit berlebihan tapi kelas 12-A malah lebih berlebihan dari itu.

Heza dan Justin masing-masing duduk di lantai ruang tamu yang beralaskan karpet bulu dengan masing-masing laptop mereka berada di atas meja. Sedangkan di sofa ada Adrian dan Gita yang memperhatikan bagaimana putra-putra mereka belajar bersama. Sangat menyenangkan.

"Bang yang ini gimana?" tanya Justin menyodorkan kertas soalnya pada Heza.

"Tanya di kamera dek, biar yang lain juga bisa belajar. Berapa kali udah dibilangin?" kata Heza.

Justin tak menjawab, hanya memasang wajah cemberut yang membuat teman-temannya benar-benar gemas dan iri melihat per adek-kakak an mereka.

"Tin, gue belum terbiasa liat lo kayak kucing gini kalo lagi sama Heza." kata salah satu temennya.

"Iya anjir. Jinak banget lagi." sahut yang lainnya.

"Alaaahhh, lo juga jadi kucing jinak kalo dimarahin Heza. Nyadar diri dikit lah." sahut Justin tak membantah. Memang benar, bukan hanya dia yang seperti ini.

Gita dan Adrian hanya tersenyum melihat Heza, Justin dan teman-teman mereka yang kelihatan berteman begitu dekat, semuanya, tanpa terkecuali.

"No. 14 gimana? ada yang masih gak ngerti?" tanya Heza. Temannya tidak ada yang menjawab artinya mereka sudah cukup paham dengan materinya.

"Oke kalo gitu kita move ke No.15 aja sekarang." kata Heza dan teman-temannya mulai mengerjakan soalnya.

Heza sudah selesai dengan soalnya dan mengamati teman-temannya yang sedang mengerjakan dengan serius lalu melirik pekerjaan Justin.

"Dikali dulu dek." kata Heza.

Justin yang mendengar itu langsung melihat Heza, tadi dia sangat kesal karena Heza tidak mau mengajarinya langsung.

"Trus habis itu gimana?" tanya Justin.

"Ini ditambahin sama ini. Baru dibagi." kata Heza sambil menunjukkan angka-angka yang ada di soal.

"Za, lo jadi kakak gue aja mau nggak?" tanya Jeremy sambil menaruh kepalanya diatas meja.

"Gak ya Jer." sahut Justin.

"Sumpah gue butuh diajarin satu-satu pelan-pelan anjir, otak gue gak mau jalan."

"Mana yang lo gak ngerti? ini kan udah pelan banget Je." sahut Heza.

"Gue pinjem kakak lo sebulan ya Tin, sampe habis ujian doang." kata Jeremy lagi yang membuat teman-temannya tertawa termasuk Heza.

"Berani kasi apa lo kalo gue jadi kakak lo?" tanya Heza.

"Nggak ya bang. Lo jangan bikin gue kesel deh." kata Justin.

"Posesif banget jing." sahut Arsen.

"Udah jangan berantem." lerai Heza.

"Gimana? semua udah paham?" tanya Heza dan dijawab anggukan oleh yang lain.

"Yaudah kalo gitu kayaknya malam ini udah cukup. Besok kita lanjutin lagi. Take a rest everyone." kata Heza lalu mematikan sambungan zoomnya.

"Ah capek banget." kata Justin.

"Habis ini istirahat Tin." sahut Heza sambil merapikan peralatannya.

"Yah, Bun aku ke kamar ya." kata Heza lalu pergi dari sana.

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang