3- Their Lives

933 85 10
                                    

Author POV

Justin sedang bersantai di kamarnya bersama dengan Jeremy yang main ke rumahnya. Hari minggu pertama setelah pindah ke sekolah baru benar-benar terasa seperti surga.

"Gimana rasanya seminggu di Diamond?" tanya Jeremy.

"Gak seburuk yang gue bayangin, tapi nggak se-enak itu juga. Disini jauh lebih ketat daripada Polaris. Agak shock dikit sih." jawab Justin.

"Emang lumayan strict, pasti agak kaget."

"Lebih kaget karena masih aja ada yang bandel."

"Ini udah lebih mendingan daripada tahun sebelumya, tahun lalu tuh beneran banyak banget dark side nya. Sekarang udah banyak yang tobat gara-gara diajakin berantem sama Heza kalo ngelanggar. Belum lagi Heza gak segan-segan kasi point pelanggaran di Diamond's notes, ketos sebelumnya mana berani." kata Jeremy sambil tertawa.

"Gue heran deh, kok bisa lo temenan sama yang modelan kayak Heza gitu sih?" tanya Justin.

"Gitu gimana?"

"Waktu di kantin itu. Dia agak keterlaluan gak sih? Nggak ada sopan-sopannya."

"Tin, Dias itu emang terkenal suka bikin onar bahkan waktu dari masih kelas 10, tapi selalu lolos soalnya bokapnya punya pengaruh yang lumayan gede, dia ngerasa punya kuasa buat ngelakuin apapun dan bisa lepas dari hukuman. Bahkan OSIS sebelumnya nggak bisa bikin dia tertib. Heza juga udah berkali-kali ngomong baik-baik tapi emang Dias aja yang brengsek. Makanya kemarin Heza kayak gitu, Heza harus nunjukin power yang dia punya kalau mau lawan Dias. Dan terbukti kemarin Dias nggak bisa berkutik kan?"

"Iya sih. Emang bokapnya Heza juga punya pengaruh yang gede sampai Heza berani lawan Dias?"

"Enggak, bokapnya Heza nggak ada sangkut pautnya ke sekolah. Tapi sekalipun kayak gitu, nama Heza Reyshaka aja udah cukup kuat buat lawan Dias"

"Maksudnya gimana?"

"Lo perhatiin aja di sekolah. Hampir semua orang respect sama dia, bukan karena dia punya backingan tapi karena emang dia punya impact sebesar itu. Aura, kharisma, atau vibe yang dia punya itu kuat dan cukup mengintimidasi. Orang-orang bahkan bilang He's born to be a leader. Walaupun dia agak blangsak tapi sejauh ini dia leader yang baik." sahut Jeremy.

"Lo cuma belum tau gimana sekolah ini Tin, kalau lo udah ngerti sama semua hal yang terjadi dan udah tau sisi gelap sekolah, semua yang dilakuin Heza bakalan make sense buat lo. He's a good person, I swear. Dan sekolah kita itu nggak sebersih yang lo bayangin atau yang kelihatan di luarnya." kata Jeremy meyakinkan Justin.

"Lo sepercaya itu sama Heza?"

"Gue lebih percaya sama Heza daripada diri gue sendiri." kata Jeremy terkekeh.

"Kok gitu?"

"Dulu gue tuh cupu Tin, bahkan waktu SMP gue nggak punya temen yang bener-bener temenan sama gue, orang-orang ngomong sama gue cuma kalau lagi ada perlu, sisanya gue sendirian. Awal-awal sekolah di Diamond juga sama, orang-orang manggil gue nerd, gue dicap nggak cocok sekolah disana, gue dikata-katain bikin sekolah nggak keren lagi. Gue diperlakuin kayak sampah banget padahal gue sekolah disana juga bayar. Nggak ada yang mau deket sama gue karena takut digangguin juga." kata Jeremy mengenang masa pahit kehidupan sekolahnya.

"Tapi Heza beda, dia orang pertama yang pernah ngajakin gue temenan. Gue masih inget waktu itu gue duduk di pojokan kantin sendirian, orang-orang pada liatin gue dan ketawain gue. Tapi Heza malah nyamperin gue ngajakin gue gabung sama dia dan Arsen yang waktu itu emang udah saling kenal. Setelah itu dia selalu ngajak gue kemana-mana jadi kita sering pergi bertiga. Dia baik banget, walaupun kadang kalau dia ngomong itu nggak pake filter tapi dia yang selalu belain gue kalau gue lagi dikata-katain. Dia selalu ngenalin gue ke temen-temennya, bantuin gue bersosialisai sampai gue punya temen lain. And He's brave, itu yang bikin gue makin kagum sama dia. Trus dia juga bantuin gue benerin penampilan gue jadi kayak yang sekarang, dan sejak itu nggak ada orang yang mandang gue rendah lagi." jelas Jeremy

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang