34 - Take Care II

731 78 42
                                    

Author POV

Justin duduk di kursi kantin bersama Jeremy sambil memainkan HPnya, dia paling tidak suka menunggu seperti ini, sangat membosankan. Justin dan Jeremy sedang menunggu Heza dan Arsen yang masih rapat karena mereka menjadi panitia untuk pembuatan buku tahunan angkatan mereka dan tentu saja Heza menjadi ketua panitianya karena mana ada yang berani mengambil alih posisi ketua dari Heza? mereka tak mau menambah stress dengan perasaan tertekan karena takut dibandingkan.

"Ngapain sih dua bocah itu malah ngide ikut jadi panitia anjir. Emang suka ribet." kata Justin.

Dia sedikit kesal karena Heza mulai sibuk dengan segala persiapan dan rapat, dia juga jadi jarang menghabiskan waktu bersama. Heza seolah mulai sibuk dengan dunianya, bahkan kadang Heza justru akan pulang dan tidur di apartment bukannya pulang ke rumah. Lagian menjadi panitia seperti itu di penghujung waktu SMA apa gunanya?

"Heza sih emang kayaknya bakalan jadi panitia deh Tin, malah aneh kalo dia gak jadi panitia. Kalo Si Arsen gue gak tau deh tuh anak ngapain. Tumbenan banget."

"Lagian apa gunanya sih anjir. Udah mau lulus juga, biarin aja yang lain jadi panitianya. Repot banget." kata Justin.

"Abang lo kan mantan ketua OSIS anjir, ibaratnya secara nggak official dia tuh itungannya udah kayak leadernya angkatan kita. Ya jelas lah dia ikut nyet, apalagi dia pilihan pembina juga." sahut Jeremy.

Justin benar-benar posesif dengan abangnya. Lucu, tapi kadang Jeremy tak habis fikir dengan itu.

"Tau ah, emang gak bisa diem banget jadi orang."

Setelah lama menunggu sambil marah-marah akhirnya Heza datang bersama dengan Arsen dan berjalan ke arah Justin dan Jeremy yang menunggu mereka.

"Sorry, nunggu lama ya?" tanya Heza.

"Pake nanya? Rapat apa sih lo? lama banget." sahut Justin ketus karena sudah kesal.

"Kan gue udah bilang pulang duluan aja." sahut Heza.

"Gue udah nungguin sejam lebih dan respon lo malah begitu bang? Nggak ada harganya banget gue nungguin lo."

"Lo kenapa sih dek? sensi banget. Lagian tadi gue kan udah bilang bakalan lama, mendingan lo pulang duluan. Kan lo yang bilang mau nunggu."

"Terserah lo aja deh bang. Emang lo doang yang bener." kata Justin dan bersiap untuk langsung pergi darisana. Dia hanya tak suka Heza yang seperti ini, dia tidak suka Heza yang sibuk dan mengabaikannya.

"Jangan kebiasaan dikit-dikit ngambek dek. Gue capek, bisa nggak jangan complicated terus kalo berfikir? Simple aja, kalo lo capek nunggu, yaudah langsung pulang aja." kata Heza jengah.

"Gue nunggu tuh biar lo balik ke rumah bang. Biar lo nggak tidur di apart."

"Demi Tuhan Justin, gue tidur di apart cuma sekali doang. Kan gue udah bilang itu karena apart jaraknya lebih deket, dan kemarin udah kemaleman."

"Guys udah, jangan berantem anjir.. Diliatin sama anak lain." kata Arsen menengahi.

"Lo tuh udah mau lulus bang, mendingan lo siapin diri buat kuliah. Ngapain sih lo nyibukkin diri buat hal kayak gini? Buang-buang waktu."

"Ini juga nggak kalah penting, Justin."

"Ya emang kegiatan lo itu aja yang penting. Keluarga lo enggak." sahut Justin.

"Maksud lo apasih? kenapa jadi kemana-mana pembahasannya?"

"Lo paham gak sih bang? gue tuh nggak suka ditinggal sendirian. Papa sama mama kan lagi keluar kota dari kemarin, trus lo malah tidur di apart."

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang