29 - Unexpected

624 79 20
                                    

Author POV

Justin memandang laptop di depannya yang sedang menampilkan emailnya, mengetik beberapa kata lalu menghapusnya lagi, mengetik lagi lalu dihapus lagi, terus seperti itu. Justin ingin mengirim email ke Heza hanya untuk memastikan kalau Heza baik-baik saja, tapi Heza sudah bilang kalau email hanya saat keadaan urgent saja, takutnya Heza malah terganggu. Tapi dia tak akan bisa tenang sebelum memastikan sendiri.

Setelah berfikir lama, Justin akhirnya memberanikan diri untuk mengirimkan email untuk Heza.

'Bang, maaf banget.
Ini emang bukan urgent bagi lo tapi ini urgent bagi gue.
Gue beneran nggak bisa tenang bang, gue terus-terusan mikir yang aneh-aneh. Gue tau ini too much dan lo pasti kesel banget karena gue udah ganggu lo.
Ayah emang bilang kalo lo baik-baik aja, tapi gue nggak bisa tenang. Gue juga nggak ngerti kenapa bisa setakut ini padahal ayah aja santai yang artinya lo emang baik-baik aja. Tapi gue masih terus-terusan khawatir.
I'm sorry.. Kalo bisa, tolong kasi kabar bang....'

Setelah mengirimkan itu, Justin langsung mamatikan laptopnya. Dia harus mulai siap-siap dengan kemarahan Heza padanya.

-

Semua planning yang Heza susun sudah dia selesaikan di hari pertamanya di Bali, jadi untuk hari ini dan seterusnya dia bisa menikmati liburannya. Setelah bicara dengan Pak Sena kemarin, Heza benar-benar merasa ringan, tak ada lagi takut atau ragu. Rasa percaya dirinya kembali seutuhnya.

Hari ini Heza akan melakukan full day tour ke daerah Ubud bersama guide lokal yang dia temui di internet. Dia sudah siap dengan kameranya ditangannya, sepanjang perjalanan dia bicara banyak dengan guidenya, mengobrol dengan orang baru yang kehidupannya sangat berbeda nyatanya memberikan banyak pengetahuan baru untuk Heza. Ini bahkan lebih terasa seperti study tour karena dia belajar begitu banyak.

Setelah selesai di Monkey Forest, Heza sekarang menuju ke Tegenungan Waterfall, salah satu yang terkenal. Di perjalanan Heza mendapat notifikasi email yang berasal dari Justin, Heza membukanya dan membaca satu persatu kalimat Justin. Heza kira kemarin Justin hanya merengek tidak jelas, tapi dari email yang Justin kirimkan, Heza bisa tahu kalau Justin benar-benar merasa khawatir padanya yang membuat Heza merasa tidak enak karena sudah membuat Justin seperti itu.

Heza lalu menuliskan balasan di email itu,

'Gue bener-bener sehat banget dek. Kalau gak percaya, dateng aja kesini trus liat langsung.
Gue di Bali'

Heza tersenyum sebelum membalas email Justin. Masalah Heza yang kemarin sudah selesai dan sekarang dia hanya menghabiskan waktu untuk liburan, mengajak Justin kesini sepertinya bukan ide yang buruk. Justin pasti juga butuh liburan sebelum ujian, dan Ayah dan bundanya juga bisa menikmati waktu mereka berdua.

--

Justin hanya duduk di sofa sambil menonton TV dengan tidak minat, bahkan Gita yang dari tadi menemani Justin juga tidak bisa mengembalikan mood Justin. Tak lama HP Justin yang berada di atas meja berbunyi yang menandakan ada email yang masuk karena nada notifnya berbeda.

Justin terlonjak dan langsung mengambil HPnya dengan tidak sabaran membuat Gita yang berada di sampingnya terkejut. Justin sudah menyiapkan rentetan permintaan maaf dan alasan-alasan untuk dikatakannya pada Heza, tapi balasan Heza membuatnya menatap HPnya tak percaya. Ini benar-benar Heza yang balas kan? dia tidak salah baca kan?

"Kenapa dek?" tanya Gita yang penasaran setelah melihat ekspresi Justin.

"Bun, ini beneran abang bolehin aku kesana?" tanya Justin lalu menunjukkan isi emailnya.

"Loh? iya dek. Ini abang malah bolehin kamu nyusul."

"BUN AKU MAU KESANA." kata Justin berteriak.

"Nanti bilang ke Ayah dulu, dibolehin apa enggak. Bentar lagi ayah balik kok." kata Gita yang ikut senang melihat bagaimana semangatnya Justin.

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang