8- Unknown Pain

826 64 19
                                    

Nathan, Justin, Jeremy, dan Heza sedang nongkrong sepulang sekolah di salah satu cafe dekat dengan sekolah mereka. Setelah beberapa hari berkutat dengan soal-soal matematika yang menyakitkan kepala, sekarang mereka ingin merilekskan otak mereka sebentar sebelum kembali dihadapkan dengan latihan soal yang memuakkan.

"Za kok lo bisa ngerti semua soalnya sih? gimana cara belajarnya?" tanya Justin yang heran melihat Heza yang menjelaskan soal dan cara penyelesaiannya ke teman-temannya saat belajar bersama setiap malam.

"Kebetulan aja gue ngerti."

"Nggak ada ya kebetulan-kebetulan nyet." sahut Arsen.

"Gue udah dapet itu di les, jadi ngerti dikit lah."

"Lo kok bisa nggak stress sih Za? gue belajar segini aja kayak udah mau gila." kata Jeremy.

"Kata siapa gue nggak stress?"

"Ya lo keliatannya chill banget."

"Mau teriak juga tetep aja kayak gini kan?"

"Iya sih. Anjir kayaknya gue butuh healing." kata Jeremy.

"Semua orang butuh healing Je, tapi mana ada orang healing di tengah-tengah perang kayak gini?" sahut Heza.

"Ada, gue. Ke pantai aja yuk sore ini, bentar aja please. Gue perlu menghirup udara segar sebelum sesak nafas Za. Lo tau kan otak gue nggak seencer kalian, ini juga udah mau berasap, bentar lagi bisa meledak nih Za."

"Iya deh iya. Terserah lo aja."

"Asik, gitu kek. Kalian juga ya. Kita berempat kepantai, menjernihkan fikiran." kata Jeremy.

"Iya. Kasian gue sama lo, udah kelihatan frustasi banget kayaknya." kata Arsen mengejek Jeremy.

"Lo gimana tin?" tanya Jeremy ke Justin yang hanya diam saja.

"Iya gue ikut." sahut Justin.

Sebenarnya Justin tidak begitu suka ke pantai. Entah kenapa setiap ke pantai ada hal aneh yang dia rasakan yang tidak bisa dia jelaskan.

"Jam berapa ntar?"

"Jam 5 aja biar nggak panas."

"Oke."

"Kalian ke pantai duluan aja. Gue nyusul abis les." kata Heza.

"Yah nggak seru anjir."

"Bentar doang, palingan jam 7."

"Yaudah deh, awas kalo lo nggak dateng."

"Iya dateng."

"Gue balik duluan ya, udah dijemput. See you then." kata Heza lalu keluar dari cafe dan naik ke mobil yang menjemputnya.

"Gue gak habis fikir sama tuh anak. Bisa-bisanya masih santai di tengah jadwal belajarnya yang gak ngotak." kata Jeremy sambil menatap Heza yang mulai menghilang dari pandangan.

"Kalo gue yang disuruh sekolah trus les trus belajar lagi malemnya palingan gue udah kayak orang gila." sahut Arsen.

"Gue apalagi."

Sementara Justin hanya mengaduk minumannya sambil mengangguk, setuju dengan rasa heran yang dirasakan teman-temannya.

"Kalian dari kelas 10 udah belajar kayak gini?" tanya Justin.

"Iya, masih kaget?"

"Lumayan, pertama kali ngerasain ambis sampe begini." sahut Justin mengundang tawa yang lainnya.

"Stress nggak?"

"Stress sih tapi seru. Kayak bener-bener berjuang bareng."

"Nanti kalo kita bisa pertahanin formasi, lo harus rasain gimana bahagianya Tin. Lebih bahagia dari ketemu uang dijalan." kata Jeremy.

18 | Haruto Jeongwoo (Sequel Derana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang