Benci

432 41 27
                                    

Cobaan datang bukan untuk melemahkan, tetapi cobaan datang untuk menguji kesabaran.

___________
@rinaireda

Rahman menangis. Ia terkejut bukan main ketika secara tiba-tiba tubuhnya disandari oleh Syahlaa. Rahman merasa kotor, hina, dan berdosa. Hal itulah yang membuat air matanya terjun bebas begitu saja. Tetapi di sisi lain entah kenapa jantungnya berdegub lebih cepat seperti biasanya.

Rahman menepikan motornya.

"Astaghfirullahaladzim." Rahman beristigfar.

"LEPAS!" teriak Rahman dengan suara yang serak. Karena menahan tangis.

Syahlaa menuruti ucapan Rahman, ia melepaskan sandarannya.

"Tu-run!" Meski tak tega, Rahman rasa ini tindakan yang baik agar Syahlaa tidak seenaknya memperlakukannya.

"Ka-ki aku sakit Rahman," lirih Syahlaa memang benar-benar kesakitan. Wajah Syahlaa juga memerah, karena telah menangis.

"Saya tidak peduli! Berani-beraninya kamu bersandar di punggung saya!" hardik Rahman murka.

Mengerti suasana, Syahlaa turun perlahan dari motor vespa milik Rahman. Sesekali ia meringis kesakitan.

"Berhenti berpura-pura Amnesia! Gue lagi butuh lo sekarang Shaka! Mana janji lo yang katanya akan selalu di samping gue! Mana?! Gue lagi butuh lo sekarang?! Masalah itu! Masalah yang buat gue stres! Ditambah lo yang berubah menjadi seperti ini! Membuat gue semakin stres! Please, Shaka... Sadar! Udah cukup aktingnya!" Syahlaa menangis senggugukan.

"Saya Rahman bukan Shaka! Oke, kemarin-kemarin kamu hanya memberikan makanan dan terang-terangan bilang cinta sama saya. Saya diamkan karena saya tidak tahu bagaimana caranya menyadarkan kamu bahwa yang kamu lakukan itu salah. Saya bingung, saya ingin bicara tetapi saya takut menyakiti hati kamu. Namun sekarang? Yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan!"

"Itu semua gue lakukan karena gue cinta sama lo! Karena gue sedang banyak masalah dan butuh orang yang mampu menenangkan gue dari semua masalah ini!"

"Seharusnya wanita itu menjaga harga dirinya, menjaga kehormatannya, dan juga memiliki sifat malu. Jangan mengejar laki-laki yang bahkan tidak mencintainya. Wanita itu seharusnya dikejar, bukan mengejar. Wanita itu tugasnya hanya menunggu. Jika benar-benar cinta, tidak begini caranya. Wanita itu mencintai diam-diam, bukan terang-terangan. Saya tidak suka cewek petakilan dan agresif seperti itu. Dan jika kamu memang sedang banyak masalah, hamparkan sajadahmu! Berdo'alah kepada Allah! Bukan lawan jenis yang dapat menenangkan! Tapi Allah!" Rahman berusaha untuk tidak berbicara dengan Intonasi yang lebih tinggi daripada Syahlaa. Ia tidak mau membentak wanita, karena menurut Rahman membentak seorang wanita sama saja ia membentak Umi dan Alesha. Rahman tidak mau itu.

Syahlaa terdiam, ia tidak bisa berkutik lagi. "Aku mencintaimu!" teriak Syahlaa membuat Rahman menepuk jidatnya karena merasa kesal menghadapi makhluk seperti Syahlaa.

"Jangan cintai saya! Cintai Allah!"

"Kalau aku mencintaimu karena Allah?!"

"..."

Rahman diam terpaku. Seperti mendapatkan sengatan listrik, tiba-tiba saja tubuh Rahman gemetaran. Bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan sesuatu.

"Sa-saya sudah dijodohkan dengan Zahra...," ujar Rahman dengan lirih.

Duar!

Bak disambar petir, tiba-tiba saja jantung Syahlaa ingin copot pada saat itu juga. Air mata Syahlaa berhasil terjun bebas lagi dari pelupuk matanya. Tak ikhlas, Syahlaa tidak ridho sama sekali. Selama ini semua usaha sudah dilakukan Syahlaa, namun ternyata berakhir sia-sia.

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang