Piket

369 34 16
                                    

Manusia terkadang lupa, bahwa perkataannya bisa saja menyakiti hati orang lain.

_________

Rinaireda

"Sya! Ayo jajan!" ajak Lastri kepada Syahlaa yang sedaritadi hanya anteng melihat pantulan wajahnya di cermin kecil yang sering ditaruh di kantung oleh Lastri.

"Liat jidat gue?! Udah kaya orang mau demo!" ucap Syahlaa sembari memaksa menghapus tinta spidol yang bertuliskan 'saya tidur di kelas'.

"Udah kali! Jangan dipaksain! Jidat lo udah merah tuh?!" ucap Lastri sembari menghempaskan tangan Syahlaa yang sedaritadi memegang kening.

"Perhatian banget sih lo sama gueeeee!"

"Ya kan lo udah gue anggap sahabat gue!"

"Oh yaaaa? Uhhhhhhh!" Syahlaa memeluk Lastri dengan erat. "Terima kasih looohh!" lanjut Syahlaa.

"Lepasih ah! Pengap! Gak usah alay!" decak Lastri.

"Duluan aja sana gih! Ada sesuatu yang harus gue selesaikan!"

"Rahman lagi?" tanya Lastri seakan-akan sudah hafal.

"Sst!" Syahlaa meletakkan hari telunjuknya di depan bibirnya.

"Iya-iya! Ya udah siniin kaca gue!" ujar Lastri sembari merebut cermin kecil dari tangan Syahlaa.

"Terima kasih!"

"Hooh! Ya udah gue ke kantin duluan, laper!" ujar Lastri kemudian menghilang begitu saja dari hadapan Syahlaa.

Sedangkan Rahman sedang sibuk memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. Setelah itu, ia mengeluarkan kotak makan, yang tadi pagi diberikan oleh Syahlaa.

"Man," panggil Bambang dengan lirih.

"Kenapa?"

"Gue laper berat," kata Bambang sembari memegangi perutnya.

"Mau?" tanya Rahman yang baru saja membuka kotak makannya.

"Boleh?" tanya Bambang dengan wajah sangat memprihatinkan. Seperti orang yang belum makan dari lahir.

Rahman sempat menengok ke belakang, dilihatnya sosok Syahlaa dengan wajah pengharapan agar pemberiannya dimakan oleh Rahman. Sebenarnya Rahman bimbang, ia kasihan kepada Bambang, di sisi lain ia kasihan pula kepada Syahlaa.

"Hm kita berdua aja gimana?" usul Rahman yang langsung disetujui oleh Bambang.

"Okeee!"

"Lo duluan Man!" ucap Bambang sembari menepuk bahu Rahman. Mau bagaimanapun harus yang punyanya duluan yang makan terlebih dahulu.

Rahman menadahkan kedua telapak tangannya. Ia membaca do'a sebelum makan, setelah itu ia langsung memakannya satu sendok. Lalu ia menggeser kotak makannya ke arah Bambang.

"Gantian aja," ucap Rahman setelah menelan makanannya.

"Oke!" Bambang dengan lahap memakan makanan tersebut. Sampai lupa ia harus bergantian dengan Rahman.

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang