Maaf

415 36 14
                                    

Orang yang berani meminta maaf adalah orang yang hebat. Dan, orang yang memaafkannya adalah orang yang kuat.

-Muhammad Rahman Ar-Rasyid-

Sepekan setelah kejadian itu, Syahlaa dipadati dengan berbagai macam ujian. Dari mulai UAMBN---Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional, ujian yang sudah selesai seminggu yang lalu. USBN---Ujian Sekolah Berstandar Nasional, dan nanti pada minggu keempat UNBK---Ujian Nasional Berbasis Komputer.

Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan USBN---Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Setelah pelaksanaan USBN berakhir para murid kelas 12 diliburkan dari kegiatan belajar mengajar selama sepekan untuk menuju UNBK. Benar-benar, sebulan yang penuh ujian. Hanya pada pekan ketiga itu diberi waktu senggang.

Walaupun sudah kurang lebih dua pekan berita tersebut menyebar, tetapi berita tersebut belum reda sampai saat ini. Syahlaa hanya bisa pasrah, toh semuanya sudah terjadi. Mau diapakan lagi.

Rahman terdiam di ambang pintu. Hati kecilnya ingin menghampiri Syahlaa, namun ia merasa gugup. Karena selama dua pekan setelah kejadian Rahman menurunkan Syahlaa di pinggir jalan, Rahman belum sempat meminta maaf kepada Syahlaa. Karena Rahman yang sibuk bolak-balik rumah sakit, dan Syahlaa yang akhir-akhir ini menjauh dari Rahman. Membuat perasaan Rahman sedikit aneh, ketika melihat tingkah Syahlaa berubah. Ditambah ruangan ujian Rahman dan Syahlaa yang berbeda.

Rahman bimbang, ia harus berbicara penting dengan Syahlaa sebelum terlambat. Tetapi Rahman ragu. Dari lubuk hati yang paling dalam Rahman tidak ikhlas. Tetapi, di sisi lain Rahman harus melakukan ini.

Rahman akui, bahwa Rahman telah mencintai gadis itu tanpa sengaja. Entah sejak kapan, dan Rahman baru menyadarinya sekarang-sekarang.

Perasaan cinta memang seperti itu bukan? Datang tanpa diduga, dan pergi tanpa dikira.

Syahlaa sedang asik mengobrol berdua dengan Kirana di depan kelas. Di setiap depan kelas tersedia kursi panjang yang disediakan pihak sekolah. Padahal USBN telah selesai, beberapa murid tidak langsung pulang. Seperti Kirana dan Syahlaa saat ini, mereka memilih duduk santai di depan kelas. Refleshing setelah berpikir keras, katanya.

Syahlaa dan Kirana tengah mengobrol asik berdua di koridor sekolah.

"An, kira-kira siapa ya jodoh gue nanti?"

Kirana terdiam. Tetapi tiba-tiba saja terdengar suara yang keluar dari mulut seseorang.

"Sa-saya!" Syahlaa mendongak, ia membelalakan matanya sempurna karena terkejut bukan main ketika melihat laki-laki jangkung di hadapannya yang menampilkan wajah gerogi.

"RAHMAN?!"

💚💚💚

Rahman diam, Syahlaa juga diam. Rahman hanya menundukkan kepalanya,  memandang lurus ke arah sepatunya. Sedangkan Syahlaa memandang Rahman dengan heran.

"Ngapain sih ngajak ke sini?" Akhirnya Syahlaa membuka suara. Syahlaa menyerngitkan dahinya heran, karena Rahman mengajaknya ke lorong sepi. Tetapi, masih ada orang yang sibuk dengan dunianya sendiri. Membuat Rahman sedikit aman, ia bisa berbicara serius dengan Syahlaa tanpa takut berduaan dan takut pembicaraannya didengar orang lain. Karena ia berada di tempat yang sepi, tetapi masih ada orang yang tidak peduli dengan sekitar. Karena, terlalu fokus membaca buku.

Selama dua pekan terakhir Syahlaa mencoba berubah. Ia tidak pernah lagi mengganggu Rahman, jangankan mengganggu, menyapa saja tidak. Syahlaa juga tidak pernah membuat masalah lagi, Syahlaa juga lebih sedikit kalem dari biasanya. Kali ini perubahan sikap Syahlaa murni karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala., bukan lagi karena Rahman. Makanya akhir-akhir ini Syahlaa menjauh dari Rahman, karena ia ingin move on dan ingin fokus memperbaiki diri saja. Dan sekarang? Rahman malah mengajaknya bicara berdua. Membuat Syahlaa bimbang, sekaligus sedikit senang. Karena jujur, Syahlaa rindu. Tetapi di sisi lain, Syahlaa harus ikhlas bahwa Rahman telah dijodohkan dengan Zahra. Apalah Syahlaa dibandingkan Zahra, bagaikan cabai yang nempel di gigi. Tak ada nilainya.

Syahlaa jadi geli sendiri ketika mengingat kejadian tadi. Kejadian lucu bin aneh yang membuat perut Syahlaa menggelitik kala mengingatnya.

"An, kira-kira siapa ya jodoh gue nanti?"

"Sa-saya!" Syahlaa mendongak, ia terkejut bukan main ketika melihat laki-laki jangkung di hadapannya yang menampilkan wajah gerogi.

"RAHMAN?!"

Syahlaa terkejut bukan main.

"Serius Rahman?" tanya Kirana tak kalah tercengang dari Syahlaa.

"A-apa sih, maksud saya. Saya hanya perlu bicara dengan Syahlaa sebentar."

Ternyata Rahman mengatakan 'saya' bukan bermaksud ingin menjadi jodohnya Syahlaa. Tetapi Rahman ingin mengatakan bahwa 'saya hanya perlu bicara dengan Syahlaa sebentar.' Tadi, Rahman belum menyelesaikan ucapannya, Syahlaa dan Kirana saja yang terlanjur heboh sehingga memotong ucapannya.

Dan di sinilah mereka sekarang. Di lorong sepi itu. Sepi bukan karena tidak ada orang, tetapi sepi karena tidak terlalu ramai orang yang berbicara.

"Mau ngomong apa?" tanya Syahlaa yang membuyarkan lamunannya tentang kejadian tadi. Syahlaa tidak suka basa-basi. Lagipula semakin lama dirinya di dekat Rahman, semakin tak tahan mengendalikan diri bagi Syahlaa.

"Sa-saya minta maaf atas kejadian dua pekan yang lalu." Akhirnya kalimat yang sedaritadi tertahan di mulut Rahman, bisa tersampaikan juga. Rahman menghela nafas lega. Mau dimaafkan atau tidak, hal yang terpenting bagi Rahman adalah ia sudah meminta maaf.

"Gak perlu minta maaf, kamu gak salah. Karena ucapan kamu, aku jadi sadar. Aku terlalu murahan untuk mengejar seorang laki-laki. Thanks," ucap Syahlaa disusul senyuman yang menampilkan dua lesung pipinya. Senyuman yang tidak pernah Rahman lihat akhir-akhir ini. Senyuman yang biasanya untuk menutupi lukanya. Benar kan, dari gaya bicara saja Syahlaa sudah mulai berubah, tidak lagi cengengesan dan berkata unfaedah. Ia menjadi sedikit lebih bijak.

"Hari senin kan libur. Saya ingin mengajak kamu ke suatu tempat yang akan menjawab semua pertanyaan kamu selama ini. Sekaligus sebagai permintaan maaf dari saya." Rahman berkata dengan tangan gemetar. Rahman gerogi. Sudah dikatakan bahwa, jika Rahman dekat dengan seorang wanita apalagi berbicara, ia akan merasa gerogi seperti itu.

Syahlaa menyerngitkan dahinya heran. "Berdua aja?"

"Gak, sama Papah dan adik saya," jawab Rahman cepat. Rahman juga tidak mau, jika hanya pergi berdua dengan Syahlaa.

"Papah? Adik? Emang lo punya adik?"

Syahlaa bingung, yang ia tahu Shaka tidak memiliki adik. Karena Shaka merupakan anak semata wayang. Syahlaa pusing, ia ingin move on dari sosok Shaka yang kini berada di hadapannya. Tetapi di sisi lain ia masih kepo, sebab apakah yang membuat Shaka berubah dan tidak mengingatnya?

"Punya. Kalau kamu mau, ini. Kamu datang ke tempat ini jam tujuh pagi." Rahman menyodorkan sebuah kertas kecil kepada Syahlaa. Dan Syahlaa langsung menerimanya.

"Kalau emang benar akan menjawab pertanyaan aku selama ini, insya Allah aku akan datang."

"Saya harap kamu datang."

Syahlaa hanya tersenyum, "bagaimana nanti saja."

"Tapi ini sangat penting."

"Iya, Rahman."

"Harus datang."

"Iyaaa!"

"Syukron," ucap Rahman tersenyum canggung.

"Afwan."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rahman mau ngajak Syahlaa kemana ya kira-kira? Wkwk. Makanya jangan lupa VOTE DAN COMENNT SEBANYAK-BANYAKNYAAAAAAA!!! 💕💕💕

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang