Perpisahan

474 39 12
                                    

Ikhlaskan walau menyakitkan. Karena tidak semuanya dapat dipaksakan.

-Muhammad Rahman Ar-Rasyid-

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap MC membuka acara.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab para hadirin dan hadirot yang sudah duduk rapih di kursi yang telah disediakan.

"Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirot illahi rabbi. Sholawat serta salam marilah kita curahkan kepada jungjungan nabi kita. Muhammad....! Shalallahu 'alaihi wassalam!...."

"Shalallahu 'alaihi wassalam!"

Satu per satu acara berjalan lancar. Setelah para murid menyanyikan lagu 'Himne Guru', kini adalah pengumuman untuk Putra dan Putri yang memperoleh nilai tertinggi di tahun ajaran saat ini.

"Ini dia.... Putra dan Putri yang memperoleh nilai tertinggi di antara semua kelas adalah...."

Deg-degan. Itulah yang dirasakan para murid MA Dhiarurrahman. Ada juga yang biasa saja, optimis tidak akan dipanggil. Yakni, para murid yang sering bolos dan biang onar di sekolah.

"Adalah..."

"Untuk Putra terlebih dahulu ya."

"YAITU...."

"Muhammad Rahman Ar-Rasyid!!! Dengan rata-rata nilai 96,5! Dimohon untuk siswa yang bernama Rahman untuk segera naik ke atas panggung."

Rahman tersenyum senang, ia segera naik ke atas panggung. Riuh tepuk tangan yang mengiringi Rahman ketika berjalan ke depan.

"Selanjutnya... Untuk Putri. Yang memperoleh nilai tertinggi di tahun ini. Yakni...."

"Zahra Fauziyaaaahh!!! Dengan rata-rata nilai 95!!! Silahkan untuk siswi yang bernama Zahra untuk segera naik ke atas panggung."

Zahra naik panggung dengan senyuman khasnya. Ia sangat cantik, sehingga banyak pasang yang melihatnya dengan tatapan kagum. Halis tebal, bulu mata lentik, bibir merah tipis, pipi chubby, ah sempurna. Manusia tidak ada yang sempurna, itu yang Zahra sering katakan ketika ada yang memujinya sempurna.

"Mereka berdua adalah Putra dan Putri paling berprestasi yang memperoleh nilai paling tinggi untuk tahun ajaran saat ini! Berikan tepuk tangan yang meriah untuk keduanya!" ujar MC heboh.

Riuh suara tepuk tangan di gedung aula. Bahkan ada yang mencie-ciekan mereka. Karena mereka terlihat sangat cocok, sama-sama cakep dan berprestasi. Sedangkan Rahman dan Zahra hanya tersenyum, semakin membuat mereka sangat cocok. Karena sama-sama memiliki senyuman yang sangat manis.

'Kenapa perasaan gue aneh gini sih?' batin Syahlaa.

"Kamu kenapa Sya?" tanya Rita kepada Syahlaa. Karena ekspresi wajah Syahlaa yang terlihat aneh.

"Gak-gak apa-apa kok," jawab Syahlaa dengan senyuman.

"Dia bukannya anaknya Om Adi ya Sya?" tanya Rita dengan menatap Rahman dengan tatapan meng-intimidasi.

"Iya Mah, tapi dia bukan Shaka."

"Terus siapa?"

"Kembarannya."

"Oh Shaka punya kembaran? Baru tau Mamah. Terus sekarang Shaka dimana?"

"Shaka sudah meninggal Mah," jawab Syahlaa dengan helaan nafas gusar. Lagi-lagi ingatan tentang Shaka muncul. Move on itu tidak mudah, apalagi ditinggalkan bukan karena disakiti, tetapi dipisahkan oleh maut.

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang