Handphone

585 42 5
                                    

Seberat apapun masalah, tersenyumlah.

-Syahlaa Aliza-

Syahlaa tak henti-hentinya menangis seperti anak kecil alias belaga nangis tapi tidak ada air matanya. Tisu sudah bertebaran dimana-mana, bukan untuk air matanya, tetapi untuk ingus yang keluar dari hidungnya. Ia berteriak histeris. Penampilannya sekarang sangat acak-acakan, dengan tubuh yang basah bercampur tanah, serta bau amis.

"Syahlaa sudah jangan nangis lagi, handphone kamu gak kenapa-kenapa," ucap Omah yang berada di depan pintu kamar Syahlaa. Ia mencoba membujuk cucunya yang sedang merengek seperti anak kecil itu.

"Gak Omah! Handphone Syahlaa rusak!
Gara-gara si bocah botak tuh! Kenapa handphone Syahlaa di ceburin ke comberan!" Syahlaa semakin berteriak histeris, tangisannya semakin kencang. Kala mengingat handphone-nya sudah naas, karena ulah anak tetangganya yang sudah melempar handphone Syahlaa ke selokan yang berada di depan rumahnya. Walaupun Syahlaa dan Omahnya masih terbilang baru beberapa minggu tinggal di wilayah ini, mereka sudah mempunyai tetangga yang sudah akrab. Seperti Ibu dari anak kecil itu, misalnya.

Kejadiannya, bermula ketika Syahlaa sedang asik memainkan handphone-nya di sofa, tiba-tiba ia kebelet ingin buang air kecil. Sebelum ia pergi ke kamar mandi, handphone-nya ia taruh di atas meja. Dan ketika ia kembali lagi ke tempat itu, ia tidak melihat handphone-nya berada di sana. Kemudian ia mendengar suara anak kecil berada di depan rumah.

Dan ternyata di sana ada Rio---Anak kecil berumur 3 tahun, yang merupakan anak tetangganya, sedang asik memainkan handphone milik Syahlaa.

Syahlaa meminta agar Rio mengembalikan handphone-nya, tetapi bukannya mengembalikan handphone tersebut kepada empunya, Rio malah melemparkan handphone tersebut ke dalam comberan, dengan wajah tanpa dosa dan nyengir kuda.

"RIOOOOOOOO BOTAAAKKKKKK!" teriak Syahlaa langsung emosi.

Tanpa ba bi bu ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke dalam comberan alias selokan tanpa takut badannya bau dan kotor. Namun, ketika ia sudah menemukan handphone-nya ternyata handphone-nya itu sudah mati tak berdaya, karena kebetulan di dalam selokan tersebut ada air yang sedang mengalir. Setelah mengambil handphone, Syahlaa langsung berlari pergi ke kamarnya, dan ia langsung menangis senggugukan.

"Syahlaa sudahlah, namanya juga anak kecil." Omah terus saja membujuk Syahlaa.

"Gak Omah! Tinggal itu harta Syahlaa satu-satunya!"

"Syahlaa sudahlah ayo keluar, kita makan," ucap Omah yang masih setia berdiri di depan pintu kamar Syahlaa.

Mendengar kata 'makan', Syahlaa langsung melompat dari atas kasurnya. Ia langsung berlari keluar kamar dengan penampilan yang masih acak-acakan. Ia membuka pintu kamarnya, dan nampaklah Omahnya yang memasang wajah murka.

"Astaghfirullahaladzim, mandi dulu sana!" perintah Omah ketika melihat cucunya seperti monster comberan.

"Hehe Omaahh Syahlaa laper, langsung makan aja ya Omah?" Syahlaa menampilkan puppy eyes-nya. Berniat mendapatkan belas kasih dari Omahnya.

"Gak! Mandi dulu sana!" hardik Omah tetap pada pendiriannya.

"Aahhh Omah!"

"Mandi! Setelah itu sholat ashar dulu!"

"Iya-iya!"

"Jangan lupa ganti sprei! Kasurmu juga jadi ikut kotor!"

"Iyaaa Omahku sayaaang!"

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang