Mamah

388 37 25
                                    

Bersyukurlah walau hari-harimu melelahkan, setidaknya kamu masih diberikan kesempatan untuk bernafas.

________
©Rinaireda

Syahlaa mengucek kedua matanya ketika ia sudah tersadar dari alam mimpinya alias tidur. Ia melirik sekitar, sepi, hening, gelap, tidak ada orang. Di sampingnya hanya ada buku tulisnya juga buku paket bertuliskan mata pelajaran akidah akhlak.

"Ini gue dimana ya?" tanya Syahlaa pada dirinya sendiri. Karena tidak ada yang bisa diajak bicara, jadi dia bicara sendiri saja.

Syahlaa mencoba mengingat kejadian sebelum ia tertidur di tempat sepi ini. Bibir mungilnya bergerak tidak jelas, bola matanya berkeliling, dan juga jemari tangannya yang bergerak-gerak di wajahnya.

"Ah iya! Gue 'kan lagi dihukum?!" ucap Syahlaa ketika ia sudah mengingat, kejadian penyebab ia bisa tertidur di tempat sepi ini.

Syahlaa bangun dari posisi duduknya sambil memegang alat tulisnya di setiap genggaman tangannya, ia merapihkan roknya yang terlipat dan juga menepuk-nepukkan roknya karena takut kotor, dan ia juga meniup ujung kerudungnya yang acak-acakan.

Syahlaa berjalan ke penjaga perpustakaan, ternyata tidak ada orang, pintu perpustakaan pun tertutup. Syahlaa melongo. Ia melirik jam berwarna pink peach yang terlingkar manis di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul 02.45. Itu artinya....

"OMAAAAHHHHHHH INI UDAH WAKTU PULANG SEKOLAHHHHHH?! SYAHLAA KETIDURAAAAN SIIHHH!" Syahlaa berteriak histeris, ia segera berlari ke pintu perpustakaan. Dengan sekuat tenaga Syahlaa mencoba menggebrak-gebrak pintu tersebut. Namun, usahanya itu nihil. Pintu tidak dapat terbuka.

BRAK

Syahlaa menendang pintu tersebut saking kesalnya. Namun, setelah menendang pintu, kakinya itu langsung di usap-usap karena merasa sakit.

"Woy! Siapapun yang ada di luar bantuan gueeeeeee!" Syahlaa terus saja menggebrak-gebrak pintu tersebut.

"PLEASE WOOOYYY!"

"TOLONGIN GUEEE!"

"HAYATI TAKUUT!"

"HAYATI LELAAAH!"

Syahlaa membuka gorden jendela, lalu mengetuk-ngetuk kaca jendela dengan kencang. Jendela tersebut juga di jaga oleh besi, mungkin agar lebih aman.

"Coba aja nih kaca gak pake besi lagi! Mungkin gue udah pecahin nih kaca! Terus lompat dari jendela! Dan gue bisa keluar!" Syahlaa menggaruk kepalanya, frustasi. Bukan karena ketombean, apalagi kutuan. Mungkin, jamuran.

"Andai aja gue pegang handphone, kan gampang tinggal minta tolong orang lain!" Syahlaa berdecak kesal sembari berkecak pinggang.

Syahlaa berjalan mondar-mondir seperti setrikaan. Sembari tangan kirinya berkecak pinggang, dan tangan kanannya mengetuk-ngetuk di bagian bawah dagu.

Syahlaa mengintip jendela lagi. Namun....

"WHAAAAA!" Syahlaa menjerit ketika melihat wajah nyengir seseorang tepat di depan kaca tersebut. Tubuhnya mengenakan seragam futsal berwarna perpaduan antara biru dan kuning.

Syahlaa memberanikan diri melihat orang itu lagi, ternyata dia adalah Arshaka.

Arshaka tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Syahlaa yang kaget bercampur ketakutan.

"ARSHAKAAA CEPET LO DOBRAK PINTUNYAAA!" Syahlaa berteriak sembari mengetuk-ngetuk kaca jendela. Bukannya membantunya, Rivaldo malah pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Syahlaa yang menjerit kesal.

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang