Sosial media bukan tempat laporan untuk ini-itu. Tidak semua orang harus tahu.
-Syahlaa Aliza-
Syahlaa duduk di sofa dengan kaki selonjoran. Di genggaman tangannya ada handphone pemberian Omahnya. Akhir-akhir ini Syahlaa tidak terlalu kesepian, karena ia sudah mempunyai teman yang pintar---Smartphone.
"Saya mengagumi wanita yang tidak pernah meng-upload fotonya di sosial media." Syahlaa mengerutkan keningnya heran ketika melihat unggahan Rahman di status WA.
"Jadi, Rahman gak suka sama cewek yang suka selfie?! Kenapa gak ngasih tau daridulu sih Bambang eh Rahman maksudnya! Gue kan selama ini emang gak pernah selfie! Cuma gara-gara caper sama lo! Gue rela foto pakai mukena dengan bacground gorden di belakang gue biar lo suka Bambang eh Rahman! Taunya lo malah gak suka cewe yang suka selfie! Eeuhh!" Syahlaa menggertakkan giginya geram, ia mencengkram handphone-nya dengan kuat. Super. Duper. Kesal.
Syahlaa sebenarnya memang tipikal cewek yang tidak suka selfie. Bukan karena ia tidak percaya diri dengan wajahnya. Tetapi karena ia tidak mau menjadi terkenal seperti mamahnya. Ia tidak mau orang tahu bahwa dia anak public figure dan pejabat tinggi. Dan ia tidak mau banyak orang tahu tentangnya. Ia mau orang mengenal dirinya murni dari dirinya sendiri, bukan dari ketenaran kedua orangtuanya. Syahlaa ingin hidup seperti kebanyakan orang di luar sana. Hidup bebas dari media.
Semua foto profil sosial medianya saja tidak memakai foto dari mulai WhatsApp, Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Postingannya hanya berisi share-an. Apalagi instagram, kirimannya 0. Tidak ada kiriman sama sekali. Orang bilang tipikal manusia yang seperti ini adalah manusia nolep. Alias No life.
Tetapi Syahlaa membantah, Syahlaa seperti itu bukan berarti ia tidak mempunyai kehidupan. Malah, Syahlaa mempunyai kehidupan. Kehidupan dunia yang sebenarnya, bukan kehidupan di dunia yang maya yang tidak nyata. Sosial media bukan tempat laporan untuk ini-itu. Tidak semua orang harus tahu. Jika kebanyakan orang selalu mengabadikan moment ketika sedang pergi ke suatu tempat, dengan mengambil gambar sebanyak-banyaknya, buat snap gram, atau melakukan siaran langsung. Tetapi Syahlaa tidak. Paling ia hanya sekali foto, selebihnya ia menikmati keindahan tempat yang dikunjunginya tersebut.
Berbeda semenjak mengenal Rahman dan mempunyai kontak Rahman, Syahlaa jadikan sosial media sebagai ajang kode-mengode dan mencari perhatian kepada Rahman. Agar lelaki itu peka dan menyukainya.
Syahlaa mulai mengetikkan sesuatu di status WhatsApp-nya. "Saya mengagumi laki-laki yang mengagumi wanita yang tidak pernah meng-upload fotonya di sosial media."
"Semoga kamu cepat sadar Shaka! Aku sampai berubah kaya gini demi kamu!" lirih Syahlaa dengan diakhiri helaan nafas gusar.
💚💚💚
Di teras rumah Alesha sedang menggerak-gerakkan handphone-nya yang mengeluarkan musik ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah. Sedangkan bibir Alesha menyanyikan lagu yang keluar dari speaker handphone tersebut. Sesekali Alesha tersenyum, memanyunkan bibir, dan mengedipkan mata. Rahman yang melihat hal itu langsung merampas handphone Alesha.
"Ih Aa!" Alesha merengek ketika handphone-nya sudah berada di tangan Kakak laki-lakinya---Rahman.
"Kamu ngapain sih?" tanya Rahman dengan nada sinis.
"Lagi buat video A!"
"Video apa?" tanya Rahman dengan intonasi yang masih sama. Sinis.
"Ting Tong!" decak Alesha kesal menyebutkanya nama aplikasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️
Humor"Ingat satu hal! Sampai kapanpun saya gak mau jadi pacar kamu!" "Kenapa? Pacaran seru loh. Lo gak mau kah dicintai ugal-ugalan sama gue?" "Enggak!" "Ayo, gue ajarin pacaran!" "Gak perlu." "Kenapa?" "Gak minat." "Kenapa gak minat?" "Pacaran itu haram...