Sopan Santun

589 46 11
                                    

Kelakuan boleh saja petakilan, tetapi sopan santun jangan sampai ketinggalan.

-Syahlaa Aliza-

Suara aliran air terdengar gemircik ketika Rahman menuangkan air dalam teko ke dalam gelas beling berwarna bening. Sesekali Rahman bersholawat, agar tidak terkesan sepi di dalam ruangan tersebut. Setelah gelas tersebut terisi penuh oleh air, Rahman pergi melangkahkan kakinya hendak pergi ke kamar uminya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Alesha---adik perempuan satu-satunya, sedang nungging di atas sofa dengan sebuah buku di genggaman tangannya.

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM!!! SETAAAAAAAAN!!!"

Alesha terlonjak kaget, ia refleks melemparkan bantal berwarna hijau itu kepada Rahman. Alesha menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, sepertinya ia sedang dalam keadaan ketakutan.

"Astaghfirullahaladzim, kenapa sih Ay?"

Merasa namanya disebut, Alesha memberanikan diri untuk membuka matanya. Ia menghela nafas gusar, ketika tahu siapa yang berdiri di hadapannya sekarang. Ternyata bukan setan, melainkan Rahman---Kakaknya sendiri.

"Eh A Rahman. Ayesh minta maaf ya A? Udah ngelempar A Rahman pakai bantal, habisnya Ay kira.... Setan." Alesha nyengir kuda, tetapi ia juga merasa bersalah kepada kakak laki-lakinya itu, karena telah melemparkannya menggunakan bantal.

"Kamu ini ada-ada aja." Rahman tersenyum simpul sembari memepuk kepala Alesha.

"Emang kenapa sih?" tanya Rahman bingung kepada adiknya yang ketakutan.

"Tadi itu ada suara ayam berkokok A. Kan Ayesh takut, malem-malem gini ada suara ayam. Kata orang kalau ada suara ayam berkokok malem-malem itu tandanya ayam itu liat setan. Makanya Ay takut," ujar Alesha menjelaskan.

"Kata siapa? Hoax itu. Malah ketika ada ayam berkokok tengah malam, alangkah baiknya kita berdoa kepada Allah. Sebab, ayam tersebut melihat malaikat, bukan setan," ucap Rahman menjelaskan.

"Emang begitu A?" Alesha menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Apabila kalian mendengar ayam berkokok di malam hari, sesungguhnya dia melihat Malaikat. Karena itu, mintalah kepada Allah karunia-Nya. (HR. Ahmad 8064 dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth). Seperti itu Ay," jawab Rahman dengan menyebutkan hadis yang menjelaskan tentang ayam berkokok tengah malam.

Alesha tercengang. Detik selanjutnya ia nyengir lagi. "Ayesh baru tahu A, hehe."

"Makanya jangan asal percaya. Cari tahu dulu kebenarannya, baru boleh dipercaya. Zaman sekarang itu berita hoax banyak, dan gampang menyebar. Harus pinter-pinter deh milih berita yang sekiranya benar."

"SIAAAAAP A!" Alesha berteriak lantang dengan gaya hormat.

"Sudah sana tidur, sudah malam. Besok 'kan kamu sekolah," titah Rahman kepada adiknya yang masih SMP itu.

"Okeee kakakkuuuu!" Alesha langsung ngacir pergi ke kamar uminya. Karena, Alesha memang tidur berdua dengan uminya. Padahal ia mempunyai kamar sendiri, hanya saja ia harus menemani uminya yang sedang sakit. Jika uminya sudah sembuh, atau Ayahnya pulang. Baru, Alesha akan menempati kamarnya.

Rahman juga pergi melangkahkan kakinya ke kamar Umi. Dilihatnya Alesha dan Umi sudah berbaring di atas tempat tidur, tetapi keduanya belum memejamkan matanya.

Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang