Rahman begitu fokus dan serius mengerjakan tugas sekolahnya di dalam kamarnya, lebih tepatnya di meja belajarnya. Sesekali ia mengetuk-ngetukan bolpoinnya ke keningnya yang berkeringat, karena AC kamarnya tidak dinyalakan.
Diam-diam Alesha berjalan perlahan mendekati Kakaknya---Rahman. Karena pintu kamar kakaknya tidak ditutup, mempermudah Alesha untuk masuk ke dalam kamar Rahman. Alesha berniat mengagetkan Rahman yang sedang fokus, ia mendekat, semakin mendekat, dan....
"Ada apa?" tanya Rahman tanpa menoleh ke belakang.
"Ih! Kok Aa tau sih?!" decak Alesha kesal, ia mengerucutkan bibirnya seperti bebek nungging.
"Aa kan firasatnya kuat seperti seorang ibu," ujar Rahman masih sibuk mengisi tugas sekolahnya.
"Gak lucu A!"
"Tanpa ngelucu juga Aa mah memang sudah lucu hahahaha!" Rahman tertawa puas.
"Ih! Pede abis!" sinis Alesha.
Rahman memutar tubuhnya ke samping, terlihat adiknya yang mengerucutkan bibirnya, karena ulahnya. Rahman memang pendiam jika sedang berada di luar rumah, tetapi ketika di dalam lingkungan rumah, ia yang tidak bisa diam. Tidak bisa diam menjahili adiknya, maksudnya.
"Ada apa?" tanya Rahman to the point.
"Ayesh mau kerja kelompok," jawab Alesha.
"Anterin pleaseeee," lanjut Alesha dengan menampilkan cat eyes-nya.
"Ada imbalannya gak nih?" goda Rahman dengan menampilkan senyum smirk-nya.
"Ih! Kok sama ade sendiri ada imbalannya segala?! Gak ikhlas banget ih!" Alesha kesal sendiri, lama-lama Alesha berkeinginan untuk menukar kakaknya ini dengan piring cantik, hadiah sabun colek.
"Gak kok, Aa bercanda," kata Rahman tersenyum puas, karena sukses menjahili adiknya lagi.
"Aa iiiiiih!" Alesha ingin sekali menjenggut rambut kakaknya sampai botak. Biarin saja! Biar tahu rasa! Tetapi sayangnya Alesha tidak seberani itu. Ia tidak mau disebut adik durhaka.
"Umi lagi apa Ay?" tanya Rahman yang sekarang sudah kembali asik menulis tugas sekolahnya.
"Lagi nyuci piring."
"Memangnya Umi sudah sehat?"
"Udah."
"Kenapa kamu gak bantuin Umi?"
"Kan Ayesh mau kerja kelompok!" decak Alesha kesal.
"Oh iya Aa lupa," ucap Rahman sembari menepuk keningnya, pelan.
"Masih muda pikun!"
"Kamu! Masih muda ambekan! Nanti cepet tua loh!" goda Rahman dengan tersenyum jahil.
"Imut gini dibilang tua!" elak Alesha tak terima dirinya disebut tua.
"Imut darimananya? Aa gak pernah tuh liat Ayesh senyum! Wanita itu terlihat imut kalau lagi senyum!" ujar Rahman yang membuat Alesha terdiam. Memang benar adanya ucapan Rahman, Alesha bukan tipe wanita yang murah senyum. Alesha itu wanita jutek, cuek, dan juga galak.
"Buat apa senyum kalau ketawa itu lebih menyenangkan HAHAHAHAHA!" Alesha tertawa puas, sedangkan Rahman menggelengkan kepalanya frustasi melihat tingkah adiknya yang abstrak.
"Dasar aneh!"
💚💚💚
Syahlaa menatap langit-langit kamarnya, kini ia berada dalam keadaan telentang. Sebenarnya, tiduran dalam keadaan telentang itu berbahaya, apalagi telen palu, pacul, dan golok, itu sangat berbahaya sekali untuk kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️
Humor"Ingat satu hal! Sampai kapanpun saya gak mau jadi pacar kamu!" "Kenapa? Pacaran seru loh. Lo gak mau kah dicintai ugal-ugalan sama gue?" "Enggak!" "Ayo, gue ajarin pacaran!" "Gak perlu." "Kenapa?" "Gak minat." "Kenapa gak minat?" "Pacaran itu haram...