Ketika kamu dalam keadaan terpuruk, lalu ada seseorang yang membantumu. Dia patut dipertahankan.
-Syahlaa Aliza-
"I HATE MY LIFE!"
Rahman samar-samar mendengar suara itu ketika ia sedang mengunci gudang. Karena habis menaruh kursi yang patah dari kelasnya.
Rahman merasa suara itu dari belakang sekolah. Gudang itu berada di paling ujung koridor sekolah. Di samping gudang ada jalan yang ditutup pagar hitam untuk ke belakang sekolah, walaupun jalan tersebut kecil.
Rahman mengendap-ngendap ia pergi ke belakang sekolah tersebut. Rahman mengucek kedua matanya berkali-kali.
"Syahlaa?" tanyanya pada diri sendiri. Suara Rahman tidak kedengaran oleh Syahlaa karena jarak mereka yang cukup jauh. Sedangkan suara Syahlaa tadi dapat didengar oleh Rahman, karena ia berkata dengan suara yang sangat keras.
"Ternyata benar. Terkadang orang yang terlihat bahagia, sebenarnya ia menyimpan banyak luka."
"Selama ini dia pandai banget menyembunyikan masalahnya, saya gak nyangka dia anak artis dan pejabat yang bermasalah. Tetapi hidupnya seakan-akan bahagia. Hal itulah yang membuat saya gak percaya kalau dia sedang banyak masalah. Saya kira dia hanya modus," ucap Rahman dengan menyunggingkan senyuman.
"Benar kata Umi. Perlakuan saya kemarin kepada dia, sudah keterlaluan. Saya tidak bisa bayangkan jika saya di posisi dia, dengan kaki yang sakit dan berbagai masalah yang menimpa, malah ditinggal di pinggir jalan. Sadis banget saya. Dan benar juga, selama ini dia ngejar-ngejar saya karena menurut dia hanya saya yang dapat menghiburnya dari segala masalah yang menimpanya, dan saya malah bersikap tidak peduli bahkan membentak dia kemarin. Saya juga salah di sini. Selain dia yang tidak mengerti bahwa hanya Allah-lah yang dapat menenangkan bukan saya. Saya juga salah karena dari kemarin-kemarin saya tidak memberi tahu itu. Pokoknya saya harus minta maaf sama dia. Tetapi, nanti nunggu waktu yang tepat."
"Maaf...."
Rahman membalikkan badannya, namun ia terkejut ketika ada orang yang di belakangnya.
"Las?"
"Dengar, Muhammad Rahman Ar-Rasyid! Dia itu ngejar-ngejar lo, bukan karena jatuh cinta sama lo! Gak usah kepedean! Tapi dia itu jatuh cinta sama Shaka! Dia mencintai lo sebagai Shaka, bukan sebagai Rahman!" Setelah berkata seperti itu, Lastri pergi begitu saja dari hadapan Rahman. Sedangkan Rahman hanya terdiam terpaku, mencoba berfikir dan meresapi ucapan yang keluar dari bibir Lastri.
💚💚💚
Punggung Syahlaa bergetar hebat. Tangisnya tak kunjung reda. Namun, tiba-tiba saja Syahlaa merasakan punggungnya ditepuk oleh seseorang. Syahlaa refleks menoleh. Ia segera menghapus air matanya.
"An?"
Wanita itu ternyata Kirana. Ia tersenyum dengan senyuman manisnya, kemudian ia turut duduk di samping Syahlaa. Tidak peduli bajunya ikut kotor.
"Ngapain lo disini?" sinis Syahlaa, ia menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Kirana. Dan Kirana hanya tersenyum lagi.
"Aku tahu kamu sedang butuh teman untuk curhat. Aku siap kok ngedengerin semua keluh kesah kamu," ucap Kirana masih dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya.
"Gak usah sok baik!"
"Kalau kamu mau cerita alhamdulillah, kalau gak juga gak apa-apa, gak masalah. Tapi aku mau tetap di sini. Nemenin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Rohis Vs Cegil [END]✔️
Humor"Ingat satu hal! Sampai kapanpun saya gak mau jadi pacar kamu!" "Kenapa? Pacaran seru loh. Lo gak mau kah dicintai ugal-ugalan sama gue?" "Enggak!" "Ayo, gue ajarin pacaran!" "Gak perlu." "Kenapa?" "Gak minat." "Kenapa gak minat?" "Pacaran itu haram...