Bab 1

344K 3.5K 47
                                    

Sebelah tangannya Bella gunakan untuk menyeret koper berukuran sedang miliknya, sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk menghalau sinar matahari yang menyorot tepat di atas kepalanya. Padahal keluar dari mobil Bella hanya perlu berjalan menyebrangi halaman yang bahkan jaraknya kurang dari 10 meter namun teriknya matahari bisa langsung membakar kulitnya.

Kini dengan tak sabaran Bella menekan bel rumah namun pintu dihadapannya tak kunjung dibukakan. Gerutuan tak berhenti keluar dari mulutnya karena sudah hampir 5 menit pintu masih belum juga dibuka padahal Bella yakin penghuni rumah ini ada di dalam.

Clek!

Sampai akhirnya pintu dibuka dari dalam oleh sang pemilik rumah.

"Lama banget sih, Om. Panas tau diluar" Bella masih menggerutu sambil menatap Varo sebal.

"Sabar Bella, jadi perempuan enggak ada manis-manisnya" Decak Varo.

"Gak pa-pa, yang penting aku punya pacar daripada Om jomblo seumur hidup" ucap Bella sambil menjulurkan lidahnya, sengaja untuk mengejek Varo.

"Mulutnya minta Om sentil" Tak main-main, Varo merealisasikan ucapannya. Jari tangan Varo menyentil pelan bibir merah Bella membuat gadis itu memekik marah. Dengan kesal telapak kanan Bella mendarat dilengan atas Varo hingga menimbulkan suara pukulan lumayan keras. Varo meringis pelan merasakannya, tapi ia tentu tak akan membalasnya.

"Enak aja, bibir cipokable begini" ucap Bella tak terima, tangannya menyentuh bibirnya yang tadi terkena sentilan jari tangan Varo.

"Ayo masuk, katanya panas" ajak Varo, membuka pintu rumahnya lebih lebar mempersilakan Bella untuk masuk terlebih dahulu.

Namun Bella tak kunjung melangkah masuk, gadis itu kini malah menatap Varo datar sambil melipat tangannya di dada.

"Pantes jomblo terus, jadi cowok enggak ada manis-manisnya" dengus Bella membalikan kalimat yang sempat Varo ucapkan padanya. Bella memandang Varo dengan mata memicing. Varo sendiri hanya menanggapi dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Bantuin angkat ke dalem, kek!" Bella berbicara dengan nada tak santai saat Varo seakan tak mengerti ucapannya.

"Tolong, Bella!" Ucap Varo, mengucapkan salah satu dari 3 kata ajaib.

"Tolong"

"Tolong apa?"

"Bawain ke dalem!"

Barulah setelah itu tangan kanan Varo mengambil alih koper berwarna hijau milik Bella, lalu mempersilakan Bella untuk masuk ke dalam rumahnya.

Varo langsung saja mengarahkan Bella pada salah satu kamar yang ada di rumah ini, kamar yang akan Bella tempati sementara Bella tinggal dirumahnya.

"Om kenapa jomblo terus? Padahal model di tempat Om pasti cantik-cantik masa enggak ada satupun yang mau sama Om" tanya Bella, sambil mengikuti langkah Varo dari belakang.

"Kebalik, Om yang enggak mau sama mereka" balas Varo, acuh.

"Salahin Ayah kamu, kenapa nikahin Bunda kamu. Harusnya Bunda kamu itu nikahnya sama Om" Mendengar ucapan Varo terang-terangan Bella mendengus sinis, padahal sudah sekian tahun tapi Varo seakan masih tak terima dengan pernikahan kedua orangtua Bella.

Meski tak sudi mengakui secara langsung, menurut Bella Varo itu lumayan tampan. Bella yakin ada banyak perempuan di luar sana yang mengantri untuk menjadi istri ataupun hanya sekedar menjadi kekasih untuk mengisi waktu sendiri Varo.

"Karena Bunda tau mana yang lebih keren"

"Halah, lebih keren Om kemana-mana"

"Tapi buktinya Bunda lebih pilih Ayah"

Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang