Bab 38

49K 2.4K 150
                                    


Andre diam dengan pandangan tak lepas menatap tangan Varo yang mengulurkan sebuah kunci mobil padanya. Andre masih mencoba mencerna apa maksud Varo, secara tak langsung Bosnya itu mengatakan jika sudah menyerah untuk mendapatkan Bella kembali, itu yang Andre tangkap.

"Kepala Pak Bos sakit?" Tanya Andre, ia yakin ada yang tidak beres dengan Varo, padahal sebelumnya Varo yang terlihat menggebu-gebu sampai menghalalkan banyak cara untuk kembali mendapatkan Bella. Kenapa bisa setelah semuanya Varo menyerah begitu saja?

"Apa pas hanyut kepala Bos kebentur batu? Dokternya gimana sih, harusnya diperiksa yang bener, dong" Andre terang-terangan menggerutu, meyakini pasti terjadi benturan dikepala yang membuat Bosnya itu mendadak berubah aneh.

"Sebentar Bos, saya panggilin dokter dulu!" Pamit Andre tapi belum sempat pergi suara Varo sudah lebih dulu menahannya.

"Saya serius, Andre!" Ucap Varo, penuh penekanan.

"Fiks, ada yang aneh!"

"Masa udah abis-abisan begini Pak Bos nyerah gitu aja, sih!" ucap Andre, tak mengerti dengan pikiran Varo. Padahal menurut pandangan Andre, Varo hanya perlu sedikit lagi berjuang karena dari yang Andre perhatikan sedikit demi sedikit Bella terlihat sudah mulai luluh. Buktinya beberapa waktu lalu Bella sudah sudi terus berada di rumah sakit untuk menemani Varo.

"Anggap aja ini balasan yang harus saya terima atas semua perlakuan buruk saya sama Bella" ujar Varo.

"Sumpah ya, Bos, ini kenapa malah saya yang pusing" ucap Andre sambil mengacak rambutnya frustrasi, ia kini sedang mati-matian menahan diri untuk tidak mengucapkan sumpah serapah pada atasannya itu.

"Gini aja, Bos masih suka enggak sama Bella?" Tanya Andre, yang masih bisa mengontrol emosinya.

"Tentu, rasa cinta saya terlalu besar untuk Bella. Saya cuma mau liat dia bahagia, dia masih muda masa depannya masih panjang, bisa dapat laki-laki lebih baik dari saya" ucap Varo, kepasrahan terdengar dari setiap kalimat yang laki-laki itu ucapkan.

Tentu Varo ingin egois dengan memaksakan keinginannya untuk bisa kembali bersama Bella, tapi untuk apa jika semua itu hanya akan membuat Bella tidak nyaman dan malah semakin membencinya.

"Halah, mana ada begitu, kalo cinta ya perjuangin, harusnya Bos buktiin sama Bella, masa segitu saja udah nyerah" ucap Andre, terang-terangan mencibir atasannya sendiri.

"Bukan nyerah, Dre. Saya cuma enggak mau liat Bella terus-terusan sedih karen saya"

"Saya cuma mau liat Bella bahagia, Dre. Sudah cukup saya buat dia menderita atas semua perbuatan buruk saya di masa lalu"

"Kalo beneran masih cinta harusnya Bos ubah cara pikirnya. Bos yang udah bikin dia sakit hati Bos juga yang harus berjuang buat sembuhin luka dihatinya. Berusaha untuk ganti rasa sakit hati Bella dengan kebahagiaan!" Ujar Andre, menggebu-gebu.

"Cewek itu sukanya dikejar. Ambil hatinya Bella, ambil hati keluarganya!"

"Gitu aja masa enggak ngerti" ucap Andre, diakhiri hembusan nafas kasarnya.

"Sekeras apapun Bella sekarang saya yakin dengan semua perhatian yang Bos kasih dia pasti akan luluh juga. Saya liat Bella juga masih cinta sama Pak Bos tapi rasa bencinya juga masih ada. Perjuangin Bella, bantu Bella sembuh dari semua rasa sakit hatinya!"

"Pahamkan maksud saya?" Tanya Andre, lagi-lagi ia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Andre sudah mengoceh panjang lebar sampai ia merasa mulutnya sudah berbusa, tapi Varo masih diam tak merespon ucapannya.

"Gini aja, intinya Bos masih mau enggak sama Bella?"

"Mau!" Balas Varo cepat.

"Mau berjuang lagi atau udah nyerah sampe sini?" Tanya Andre.

"Kamu masih mau bantu saya?" Varo malah balik bertanya.

"Pasti. Sekarang pokoknya fokus sama kesembuhan Bos dulu, biar Bella sekarang saya yang urus. Selanjutnya Bos ikutin arahan saya. Saya bantu sampe kalian bisa sama-sama lagi!" Ucap Andre menggebu-gebu, jiwa mudanya tertantang untuk bisa kembali menyatukan dua hati manusia yang menurutnya sama-sama labil itu.

"Terimakasih, Dre" ucap Varo, disertai senyum tulusnya.

****

Semua perawat yang Lita sarankan Varo tolak, sebagai gantinya Varo meminta bantuan Andre untuk menemainya di rumah. Beruntungnya tanpa bantahan Andre menyanggupinya.

Kaki Varo belum sepenuhnya pulih, untuk berjalan ia masih harus dibantu dengan menggunakan tongkat. Maka dari itu, Varo memilih tidur di kamar bawah, kamar yang dulu sempat Bella tempati. Sedangkan Andre sendiri tidur di kamarnya yang yang ada di lantai dua.

Varo baru saja selesai mandi dan berpakaian, dengan bantuan tongkatnya Varo berjalan ke arah meja rias. Di atas meja masih tersimpan rapi barang-barang milik Bella yang wanita itu tinggalkan. Peralatan make up yang Varo yakini sudah masuk masa kadaluarsa tapi Varo sengaja masih memajangnya.

Varo menghembuskan nafasnya pelan, beberapa waktu lalu Varo merasa ia sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Barhari-hari hanya bisa bernaring di rumah sakit membuat Varo selalu terbayang semua kesedihan yang sudah Bella lalui. Varo sempat merasa keegoisannya untuk bisa kembali bersama Bella hanya akan menimbulkan kembali luka lama yang telah ia beri. Maka dari itu sempat terpikir olehnya untuk menyerah saja, ia sudah ditahap akan melakukan apapun asal Bella bisa kembali bahagia. Jika kebahagiaan Bella bukan bersamanya, ia akan mencoba pergi menjauh.

Tapi, semua kalimat yang Andre ucapkan ada benarnya juga. Kenapa tidak dirinya yang kembali ciptakan kebahagiaan itu untuk Bella. Varo akan coba gantikan kesedihan dan kesalitan dalam diri Bella menjadi sebuah kebahagiaan yang nyata. Varo yakin ia bisa melakukannya.

Setelah puas melamun, Varo memilih beranjak menuju ruang makan. Sudah tersedia semangkuk bubur di atas meja, yang sudah Andre siapkan. Andre sendiri entah pergi kemana, setelah membelikannya bubur laki-laki itu pamit pergi keluar. Tapi, Varo sudah berpesan jika sebelum jam 12 laki-laki itu harus kembali ke rumah sebab harus menemaninya pergi kontrol ke rumah sakit

Varo menyantap bubur kesukaanya yang sudah mulai dingin itu sendirian. Tak butuh waktu lama semangkuk bubur itu kini sudah berpindah ke dalam perutnya.

Dengan tertatih kini Varo beranjak ke ruang depan. Sambil menunggu Andre kembali, Varo duduk berselonjor kaki di atas sofa sambil memgecek beberapa pekerjaan yang Lita kirimkan. Varo membatalkan niatnya pindah ke Bali. Nanti setelah kakinya sembuh, ia akan disana seminggu dalam satu bulan, seperti yang biasa ia lakukan.

Entah berapa lama Varo duduk, ia merasa pinggangnya sudah mulai pegal. Varo baru saja mencoba berdiri, ia akan pindah ke kamar tapi niatnya itu ia batalkan saat mendengar suara deruan mesin mobil diluar sana. Itu Andre.

Benar saja tak lama laki-laki itu masuk sambil bersiul pelan.

"Dari mana?" Tanya Varo.

"Ke tempat Bella" balas Andre.

"Gimana Bella?" Tanya Varo, saat ini ia hanya bisa puas mendengar kabar Bella dari Andre.

"Udah biasa, enggak nangis sama ngurung diri di kamar lagi"

"Udah siap buat dapetin Bella lagi?" Tanya Andre yang Varo balas anggukan pasti.

"Bagus!"

"Minggu depan Tante Lily ulangtahun, kita datang ke sana. Om siapin hadiah spesial buat calon mertua"

"Siap, makasih, Dre. Sebelum ke rumah sakit kita mampir dulu ke tempat sushi kesukaan kamu" ucap Varo.

"Elah si Bos, tau aja yang bikin saya bahagia" ujar Andre sambil cengengesan tidak jelas.

****

Awal part alurnya mundur sewaktu Varo masih di rumah sakit ya, gengs!


Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang