Bab 18

159K 1.8K 68
                                    


Bella menatap pantulan tubuhnya di cermin untuk memastikan kembali jika bercak merah yang ada di sekitar lehernya sudah benar-benar tertutupi, ia tak mau orang-orang curiga dengan itu. Bangun tidur Bella sempat dibuat panik melihat bercak kemerahan yang menempel di lehernya. Bella tak sadar ternyata semalam Varo meninggalkan beberapa tanda di disana. Untungnya Bella masih menyimpan banyak peralatan make upnya, ia bisa mensiasati dengan menutupnya menggunakan concealer dan juga fondation.

Hari ini Bella memakai blouse berwarna biru dan juga celana jeans panjang. Pekerjaanya tak menuntut dirinya untuk berpakaian terlalu formal, ia dan Varo bisa langsung berangkat ke kantor.

Setelah kembali memastikan penampilannya cukup sempurna, Bella memilih keluar dari kamar. Bella menuruni anak tangga sambil sesekali meringis nyeri, intinya masih sedikit terasa perih ketika ia bawa berjalan.

Tujuan utamanya adalah ruang makan. Hanya ada Varo dan Felish disana, terlihat keduanya duduk bersisian.

Terang-terangan Bella memicing menatap adik perempuannya yang terlihat sedang bergelayut manja di bahu Varo. Sebenarnya dibandingkan dengan dirinya, Felish yang lebih dekat dengan Varo. Felish gadis manis yang mudah bermanja dengan orang-orang terdekat mereka, apalagi Varo juga terlihat sangat suka memanjakan Felish. Tapi itu dulu, kini ia dan Varo bukan lagi dekat, tapi sudah saling menyatu.

Bella duduk di kursi dan mulai menyantap sarapannya. Tapi tatapan matanya tak lepas menatap kedua manusia yang asik mengobrol berdua dihadapannya.

"Apa?" Tanya Felish, yang lama-lama risih juga terus ditatap oleh kakak perempuannya.

"Apa?" Bella malah balik bertanya, sembari mulutnya dengan lahap mengunyah makanannya.

"Kenapa liatin terus?"

"Mata gue, suka-suka gue!" Balas Bella, sedikit nyolot.

Bella hanya bisa memutar bola matanya malas saat melihat Varo menggodanya dengan memberikan elusan lembut di puncak kepala Felish seolah menenangkan adik perempuamnya itu.

"Sana pamitan sama orangtua kamu, Om tunggu di luar" perintah Varo saat sarapan Bella sudah habis, karena jarak yang akan ditempuh menuju kantor lumayan jauh mereka harus berangkat lebih pagi.

Bella tak membalas apapun, ia bangkit lalu pergi begitu saja menuju kamar yang ditempati kedua orangtuanya.

Pintu kamar terbuka lebar, saat sudah berdiri di ambang pintu Bella melihat Ayahnya itu sedang disuapi makan oleh Bundanya.

"Yah..." Seru Bella, sambil melangkah masuk.

Bella baru mendudukan bokongnya di pinggir kasur tapi Bella tiba-tiba dibuat gugup ketika tatapan Bundanya itu tak berhenti menatapnya.

"Kenapa, Bun?" Tanya Bella, dengan dadanya berdebar kencang. Apa Bundanya itu mencurigai sesuatu darinya?

"Lipstik kamu nempel di gigi, Kak" ujar Lily, yang tanpa sadar Bella sampai menghembuskan nafas leganya.

Bella menerima tisu yang diulurkan sang Bunda lalu menyeka sedikit lipstik yang menempel di giginya.

"Aku berangkat, nanti sore aku kesini" pamit Bella, memeluk kedua orangtuanya bergantian.

"Capek, Kak. Ayah udah ada Bunda yang rawat. Kamu disana aja, yang nurut sama Varo" ucap Lily, tak tega jika putrinya harus bolak balik dengan jarak yang cukup lumayan jauh. Lagipula Dimas sudah ada ia yang menjaga.

"Iya, bener kata Bunda. Nanti weekend aja minta Varo anterin lagi kamu kesini" tambah Dimas yang Bella angguki saja.

Setelah kembali berpamitan, Bella berjalan ke luar rumah. Masuk begitu saja ke dalam mobil Varo. Setelah Bella memasang sabuk pengamannya dengan benar barulah Varo menjalankan kendaraanya tersebut.

Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang