Bab 28

74.4K 2.9K 380
                                    

Mau cerita sedikit, mungkin ada beberapa dari kalian nungguin gue upload cerita ini semalem. Jadi gue itu nulis pake hp gengs, dan hp gue kemarin ilang. Setelah dicari teryata ketemu di mesin cuci dalam keadaan rusak karena emang mesinnya lagi dipake. Dan pelakunya siapa lagi kalo bukan bocil gue yang kedua yang lagi aktif²nya.

Udah gitu aja, minta doanya supaya hp gue yang lagi di service bisa kembali normal lagi😭😭

Selamat baca!!

****

Varo meletakan beberapa scoup es krim rasa choco mint pada sebuah mangkuk kecil. Setelahnya ia bawa mangkuk tersebut menuju kamar Bella. Kamar yang biasa Bella tempati di rumah ini.

Varo masuk ke dalam kamar yang sudah ditinggalkan penghuninya selama kurang lebih dua tahun terakhir. Meski begitu keadaan kamar masih tetap sama seperti terakhir kali penghuninya tinggalkan. Sama sekali tak ada yang Varo ubah.

Bahkan Varo sengaja menyemprot kamar ini dengan parfum yang sering Bella pakai. Aromanya selalu membangkitkan rasa rindunya.

Barang-barang Bella di rumah ini tak ada yang Bella ambil jadi tetap Varo biarkan apa adanya. Bahkan sandal bentuk kelinci milik Bella yang ada di dapur Varo biarkan saja, sama seperti terakhir kali benda itu disimpan.

Varo duduk diatas ranjang sambil memangku mangkuk es krimnya. Hal yang ia lakukan jika tak bisa membendung perasaan rindunya adalah menikmati es krim rasa choco mint kesukaan Bella di kamar wanita itu. Sama seperti yang sering Bella lakukan.

Dua tahun yang sangat berat untuknya. Sampai saat ini Varo benar-benar tak tahu dimana keberadaan Bella. Selama ini ia tak pernah berhenti untuk mencari tapi Bella hilang bak ditelan bumi. Lily dan Dimas juga selalu enggan bertemu dengannya, kini bukan hanya Dimas tapi Lily juga terlihat memusuhinya.

Satu suapan sendok kecil es krim masuk ke dalam mulut Varo. Laki-laki itu menikmati sensasi dingin di mulutnya. Varo memang kurang menyukainya tapi rasa itu selalu mengingatkannya kepada Bella. Mengobati sedikit rindunya kepada wanita itu.

"Kamu dimana, sayang" gumam Varo, sambil menghembuskan nafas beratnya. Meski entah kapan, tapi suatu hari nanti ia pasti akan kembali bertemu dengan Bella. Mendapat maaf dari wanita itu dan menjadikan Bella seutuhnya menjadi miliknya.

Seperti malam-malam sebelumnya, malam itu Varo memilih tidur di kamar Bella. Sebelum benar-benar jatuh tertidur harapannya hanya satu, semoga esok ia bisa kembali bertemu wanita yang ia cintai itu.

****

Pagi harinya Varo terbangun tanpa semangat. Ia sarapan seperti biasa mengisi tenaga untuk menjalani hari yang begitu-begitu saja setiap harinya. Hidupnya kini kembali seperti semula hanya untuk bekerja dan pulang ke rumah. Tak ara yang menarik.

Beruntungnya pekerjaanya hari ini sangat sibuk menghindari dirinya terlalu banyak melamun memikirkan Bella.

Kantor agensinya akan ikut sebuah event besar.Beberapa fotograper dan MUA andalan dikantornya akan menjadi bagian dalam ajang pemilihan acara kecantikan terbesar dalam negeri. Varo sendiri di undang sebagai tamu.

Saat Varo tengah disibukan dengan pekerjaanya, sejak tadi ponselnya tak berhenti berdering. Panggilan telpon dan pesan masuk bertubi-tubi yang berasal dari teman-teman masuk ke dalam ponselnya. Varo memilih mengabaikannya saja sebab ia tahu tujuan mereka menelpon hanya untuk mengingatnya jika nanti sore ia harus hadir ke tempat Galih. Merayakan anniversarry pernikahan Galih dan istrinya.

Varo sendiri mungkin tak akan datang, ia sedang malas bertemu mereka.

Tapi sepertinya teman-temannya itu tak memiliki kata menyerah. Mereka menelponnya melalui Lita, asistennya.

"Ada telpon dari Pak Galih, Pak" ucap Lita, sopan.

Terdengar Varo menghembuskan nafasnya kasar.

"Bilang sama dia nanti sore saya datang!"

****

Meski awalnya tak niat untuk datang, tapi kini Varo sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Galih yang tampak penuh. Varo memang datang tapi ia sengaja tiba paling akhir, ia telat 1 jam dari waktu yang Galih tentukan. Tapi ternyata rumah masih ramai.

Saat masuk Varo bisa melihat ketiga temannya tengah berkumpul.
Ketiga temannya itu membawa serta istri dan anak mereka. Bahkan Aldo membawa kedua istrinya yang selalu tampak akur. Hanya ia yang datang seorang diri. Varo menghela nafas panjang, ia harus menyiapkan telinganya untuk mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut teman-temannya.

Setelah kepergian Bella yang membuatnya setengah frustrasi seperti orang gila, teman-temannya itu tak ada sama sekali yang merasa iba. Yang ada mereka tampak puas dan mendukung kepergian Bella darinya.

Semuanya sudah tampak berkumpul, acara inti juga sepertinya sudah selesai. Varo menyapa si empunya acara terlebih dahulu, mengucapkan selamat dan tak lupa memberikan hadiah yang sudah tadi sore ia minta Lita untuk menyiapkannya. Selanjutnya Varo menyapa seadanya teman-temannya yang lain lalu duduk di kursi kosong sebelah Agnes. Tampak wanita itu tengah memangku putra bungsunya yang sedang tertidur.

Melihatnya Agnes hanya melayangkan tatapan sinis. Sepertinya disini yang paling puas melihat penderitaanya adalah Agnes. Wanita itu terlihat paling puas melihat semua penderitaan atas kebodohannya.

"Mau makan, Mas?" Tanya Silla, kepada Varo. Semua orang sudah makan sebelum Varo tiba, kini mereka sedang menikmati cemilan sambil mengobrol ringan.

"Biarin aja, Sil. Biar dia ambil sendiri" sambar Agnes, sambil melirik Varo yang ternyata sedang terang-terangan sedang menatapnya.

"Apa? Itukan pilihan lo, emang enak hidup sendiri?" Ucap Agnes, terang-terangan mengejek.

"Lo ribet sih jadi cowok" ejek Agnes. Terdengar Varo menghembuskan nafas kasarnya lalu memilih mengalihkan pandangannya, menatap anak-anak yang terlihat asik bermain.

"Iya Nes, iya. Gue emang brengsek, gue tolol" ucap Varo, pasrah saja. Varo sadar memang kenyataanya seperti itu.

"Bagus kalo lo sadar" balas Agnes, puas.

Agnes sengaja pergi untuk menidurkan putranya di kasur sambil mengibaskan rambut panjangnya sampai mengenai wajah Varo. Lagi lagi Varo hanya bisa sabar.

Tira sendiri entah bagaimana kabarnya, mungkin sudah menikah dengan laki-laki itu. Varo tak tahu dan tak pernah mau tahu. Varo sudah memblokir semua akses komunokasinya dengan wanita itu.

Varo tak akan mengelak jika ia salah. Ia sadar ia yang membuat Bella pergi darinya tapi ia menyesal. Jika diberi kesempatan, tentu ia akan sepenuhnya berjuang untuk Bella.

****

Pendek ya, up tipis tipis dulu!!

Lanjut lagi??

Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang