Bab 24

84.5K 2.4K 355
                                    

Hari ini Bella pulang lebih cepat. Karena besok weekend, dari kantor Bella memilih langsung pulang ke rumah orangtuanya. Bisa saja Bella meminta sang Ayah untuk menjemputnya tapi Bella memilih pulang dengan taksi. Bella membutuhkan ketenangan dan ia berharap bisa mendapatkannya di sana.

Semalam setelah mendengar kata-kata menyakitkan itu meluncur dengan mudahnya dari mulut Varo, Bella sempat menangis. Hanya air mata yang keluar tanpa ada sama sekali suara isakan sampai akhirnya Bella jatuh tertidur dan berharap saat bangun nanti semua yang terjadi hanyalah mimpi buruknya.

Tapi ternyata dipagi harinya dada Bella malah semakin terasa sesak saat mengingat kembali kejadian semalam yang sukses membuat mood Bella seharian itu hancur. Bella menjalani harinya tanpa semangat. Seharian itu Bella benar-benar seperti orang linglung yang membuatnya mendapat banyak teguran dari orang-orang sekitar.

Karena tubuhnya terasa sangat lemah dan otaknya juga tidak bisa diajak berpikir, tadi setelah jam istirahat Bella memilih izin mengistirahatkan tubuhnya di klinik kantor dengan alasan kepalanya pusing. Orang-orang yang menyadari keanehannya hari ini sepertinya percaya saja.

Sejujurnya Bella masih belum menyangka kata-kata menyakitkan itu bisa keluar dari mulut Varo. Mustahil rasanya setelah semua yang mereka lewati Bella bisa sama sekali tak menaruh perasaan pada pria itu.

Bella sadar jika ia salah karena awalnya Bella juga hanya main-main untuk sedikit mengalihkan rasa sakit hatinya akibat perbuatan jahat Ali, tapi siapa sangka ia terjebak oleh permainnya sendiri. Kini ia malah benar-benar jatuh cinta pada pria tua itu. Dengan semua yang sudah terjadi mustahil rasanya jika Bella tak berharap lebih pada hubungan mereka. Tapi ternyata disini hanya dirinya yang memiliki perasaan itu sedangkan Varo tidak.

Satu yang Bella yakini, kedatangan wanita itu pasti yang secara tak langsung membuat sikap Varo berubah drastis. Wanita dari masa lalu Varo. Bella menginginkan Varo, ia sudah terlanjur nyaman dengan pria itu. Tapi, bagaimana mungkin Bella bersaing dengan masa lalu Varo. Bahkan Varo rela tak berhubungan dengan wanita manapun untuk perempuan yang sepertinya masih bertahta sepenuhnya di hati Varo.

Ternyata ia yang terlalu berharap. Bella sudah sadar disini hanya ia yang menganggap lebih hubungan mereka. Sedangkan Varo menganggap hubungan mereka hanya sebatas simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dalam hal berbagi kenikmatan, tidak lebih dari itu.

Sepanjang perjalanan Bella benar-benar hanya melamun. Sampai akhirnya setelah 2 jam perjalanan dengan melewati beberapa titik kemacetan mobil yang ia tumpangi sampai juga di rumah orangtuanya.

Setelah membayar ongkos taksinya Bella berjalan masuk, melewati gerbang lalu terus berjalan menuju pintu utama rumah. Bella mendorong pintu rumah yang tidak terkunci, setelah menutupnya kembali Bella berjalan masuk. Mencari keberadaan kedua orangtuanya, Bella bisa langsung menemukan sang Bunda di ruang keluarga.

"Bun..." Panggil Bella. Bisa Bella lihat sang Bunda yang sejak tadi terlihat sibuk dengan laptopnya segera menoleh setelah mendengar suaranya.

"Kakak!" Seru Lily, matanya berbinar kesenangan melihat putri sulungnya akhirnya pulang juga. Lily mengabaikan begitu saja pekerjaanya lalu dengan semangat ia membawa tubuh Bella masuk dalam dekapannya, memeluknya erat yang tentunya Bella balas tak kalah eratnya.

Bella tahu betul kepulangannya pasti sangat ditunggu, karena sejak minggu lalu orangtuanya memintanya pulang. Itu semua terjadi karena sudah satu bulan terakhir setiap weekend Bella selalu menolak setiap Ayahnya menelpon untuk menjemput, alasannya tentu saja sibuk padahal ia sedikit berbohong. Ia malah asik saling memadu kenikmatan dengan Varo meski di beberapa waktu juga ia memang benar lembur.

"Ayah sama Felish mana, Bun?"" Tanya Bella, menyadari rumah sepi. Bella rindu dengan pria nomor satu dihidupnya itu.

"Adek masih ada eskul, kalo Ayah masih di restoran" balas Lily yang membuat Bella mengangguk mengerti.

Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang