Bab 42

55.1K 2.5K 81
                                    

Terdengar suara seruan Felish yang kegirangan melihat kedua orangtuanya akhirnya tiba di rumah setelah satu minggu kemarin pergi berlibur berdua dalam rangka hadiah ulangtahun dari sang Ayah untuk Bunda mereka.

"Oleh-oleh untuk kamu dan Kakak!" Setelah memeluk erat Felish, Dimas menyerahkan satu koper berukuran besar kepada putri bungsunya tersebut yang mana didalamnya berisi barang titipan kedua putrinya.

Kini giliran Bella yang memeluk bergantian kedua orangtuanya untuk melepas rindu, setelahnya Bella tak langsung menjauh tapi masih tetap bergelayut menggandeng tangan kedua orangtuanya berjalan memasuki rumah sambil menyandarkan manja kepalanya di bahu sang Ayah.

"Aku udah masak untuk Ayah dan Bunda!" Ujar Bella, ia memang sengaja meminta kedua orangtuanya keluar dari bandara untuk langsung pulang sebab ia sudah memasak untuk keduanya.

Karena sudah sama-sama merasa lapar tanpa membersihkan diri terlebih dahulu Dimas dan Lily memilih langsung makan.

Keempatnya kini sudah duduk di kursi makan dengan piring berisi makanan mereka masing-masing. Dimas makan sangat lahap masakan putrinya tersebut. Masakan Bella sangat enak tapi jarang sekali putrinya itu mau terjun langsung turun untuk memasak. Tapi, sepanjang makan Dimas dan Lily diam-diam saling pandang, hanya lewat tatapan keduanya seolah saling berbicara melihat putri pertama mereka Bella yang sejak tadi diperhatikan gelagatnya sedikit aneh. Bella hanya mengaduk-ngaduk makanan di piringnya tanpa minat. Wajah Bella terlihat tegang dan sedikit pucat, pandangan matanya juga sejak tadi tak berhenti mengarah pada ambang pintu ruang makan.

"Kak..." Panggil Dimas yang membuat Bella seketika mengalihkan pandangannya pada sang Ayah.

"Kamu lagi sakit?" Dimas bertanya sebab tingkah putrinya itu sedikit aneh, terlihat gelisah.

"Enggak!" Balas Bella, cepat.

"Ada masalah?" Tanya Dimas yang lagi-lagi Bella balas dengan gelengan kepala.

"Serius Kak, ada apa?" Kali ini Lily yang bertanya, yakin putrinya itu menyembunyikan sesuatu.

Bella kali ini diam tak menjawab tapi tatapan matanya tak lepas menatap wajah kedua orangtuanya bergantian. Terdengar hembusan nafas dari wanita itu sebelum mulai untuk buka suara.

"Aku mau bicara sesuatu sama Ayah dan Bunda" ucap Bella.

"Apa?" Tanya Dimas dan Lily, hampir bersamaan.

"Nanti, tunggu Andre datang" ujar Bella yang malah membuat Dimas dan Lily semakin penasaran. Keduanya menatap Felish, berharap bisa menemukan jawaban tapi gadis itu hanya balas dengan menggedikkan bahunya.

Selesai makan mereka beralih ke ruang keluarga sebab Andre memberi kabar jika sebentar lagi akan tiba. Benar saja tak lama terdengar bel berbunyi, Felish yang bergegas berdiri untuk membukakan pintu kemudian kembali bersama Andre yang masuk sambil membantu Varo berjalan. Dimas tak segan melayangkan tatapan ketidaksukaanya melihat kehadiran Varo.

"Saya mamang kasih izin untuk kamu bisa bebas main ke rumah saya, tapi kamu jangan lancang Andre, bawa keluar dia!" Ucap Dimas penuh ketegasan. Suasana mendadak tegang karena bukannya menurut Andre kini malah membiarkan Varo berjalan semakin mendekat lalu tanpa dipersilakan Varo duduk di atas sofa yang ada.

"Ayah..." Cicit Bella, menatap sang Ayah takut-takut. Lidah Bella mendadak kelu, ia ragu untuk mengucapkan keinginannya.

"Aku mau coba sekali lagi sama Om Varo" ujar Bella yang seketika membuat rahang Dimas mengeras menahan emosi.

"Apa-apaan kamu ini!"

"Laki-laki brengsek itu pasti sudah cuci otak kamu!" Geram Dimas dengan kasar menunjuk Varo yang berdehem pelan untuk mengambil alih pembicaraan.

Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang