🥜 Kepergian ✔

1.1K 39 3
                                    

Halooo, selamat datang kembali di cerita 'Mengalah? Gak papa'. Sudah baca part pantai belum nih? Pasti sudahlah ya? Oke, itu saja kalimat pertama dari saya.
Happy Reading😆

.
.
.
.
.
.
.

Kepergian tanpa di dasari minat
itu berat









Pagi menjelang siang Bunda dan Cilla berada di ruang tamu. Ayah? Beliau pergi ke kamar setelah teleponnya berbunyi. Leno dan Disa? Mereka pergi ke swalayan untuk membeli camilan dam sekalian jalan-jalan.

Tidak ada percakapan di antara mereka karena terlalu fokus pada acara televisi yang menampilkan detik-detik seseorang ketahuan dalam penyamarannya.

Karena Leno dan Disa yang baru saja membeli camilan, maka acara menonton kali ini tanpa campur tangan jajanan.

"Mbak Nadin" teriak Ayah sedikit berlari dari atas

Teriakan itu menggema di ruangan bawah sehingga membuat Bunda dan Cilla terkejut.

"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Mbak Nadin

"Tolong bantu Cilla berberes beberapa baju dan masukkan ke dalam koper" titahnya

"Ada apa Yah?" tanya Cilla berlari mendekati sang Ayah

"Sekarang kamu keatas dan bawa beberapa baju dalam koper" ucap Ayah dengan nada datar tanpa menjawab pertanyaan Cilla

"Tap-

"Cepat Cilla" bentak Ayah yang membuat Cilla tersentak

Tanpa basa-basi Cilla langsung berlari ke atas dan diikuti Mbak Nadin di belakangnya. Ayah berjalan duduk di kursi sofa guna untuk menetralkan emosinya. Sungguh dirinya tak bermaksud membentak anak bungsunya. Ia kelepasan.

"Ada apa Mas?" tanya Bunda pelan sambil menggenggam tangan suaminya

Mata Ayah mulai berkaca-kaca, ia tak sanggup jauh dengan putrinya. Namun semua harus ia lakukan.

"Dia menagih janji kita Bun, Bunda tahu kan mereka sudah bergerak lebih awal" racau Ayah

Mendengar kata 'Dia' Bunda terkejut. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh suaminya itu.

"Sudah Pak"

Ayah mendongakkan kepalanya dan menatap Cilla yang sedang menunduk. Kemudian ia memeluk tubuh ringkih Cilla sambil meneteskan air matanya. Ia tak menginginkan ini terjadi, tapi semua sudah memiliki awal yang seharusnya tidak ia terima dan lakukan.

"Maafin Ayah" lirih Ayah kemudian mencium kening Cilla lama

Air mata Cilla sudah tidak bisa dibendung lagi, runtuh sudah pertahanannya. Ia menangis.

"Semestara waktu kamu akan tinggal di luar negeri bersama Paman Andra dan keluarganya. Tutup dan blokir akses telekomunikasi kamu. Di sana kamu akan mendapatkan handphone baru yang sudah Ayah titipkan ke bang Arce. Ingat, jangan biarkan orang lain mengetahui nama aslimu. Gunakan nama samaran untuk beberapa waktu. Jika kamu ingin telpon keluarga, pakai telepon rumah atau pakai handphone keluarga paman" jelas Ayah

"Mana handphone kamu?" tanya Ayah

Dengan ragu Cilla menyerahkan handphonenya kepada Ayah. Kemudian Ayah menyalin kontak Cilla yang sekiranya aman dan mengirimkannya pada Arce.

"Kamu mengerti?"

Cilla mengangguk sebagai jawaban, meski ia tak tahu apa yang terjadi.

"Leo" panggil Ayah

Tak berselang lama seorang pemuda dengan baju hitam menghampiri mereka. Wajahnya sangat asing bagi Cilla, karena selama ini Ayahnya itu jarang memanggil bodyguard kecuali untuk hal penting.

"Kerahkan beberapa anak buahmu untuk mendampingi Cilla. Ingat, jangan sampai ada yang curiga. Daftarkan Cilla dengan nama samaran. Kamu paham?" ucap Ayah tegas

"Paham Pak, semuanya sudah saya atur. Nona Cilla tinggal menunggu waktu keberangkatan. Data diri nona Cilla sudah saya ganti menjadi Danira Azalea. Ini kartu nama yang harus nona gunakan mulai hari ini" ucap Leo menyerahkan kartu nama kepada Cilla

"Apa aku harus berangkat sekarang?" tanya Cilla setelah menerima kartu nama

"Itu lebih baik, gunakan maskermu saat perjalanan" jawab Ayah dan diangguki oleh Cilla

"Bunda, Cilla pamit dulu" pamit Cilla menatap Bunda yang sudah berlinang air mata

"Kamu jaga diri baik-baik. Harus nurut sama paman, bibi dan kedua abangmu" nasihat Bunda di sela tangisnya

"Ayah sama Bunda akan jemput Cilla secepatnya kan?" ucap Cilla menatap Ayah dan Bundanya dalam

Mereka hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Sedangkan Cilla hanya menghela napas panjang, dan semoga itu benar.

"Aku diantar kan?"

"Maaf kami tidak bisa mengantarmu"

Dengan berat hati Cilla mengangguk lalu menyalimi kedua orang tuanya dan mbak Nadin. Kemudian setelah itu berjalan keluar rumah mengikuti Leo.

Selama perjalanan dirinya hanya diam, ia tak tahu apa alasan dirinya dikirim ke luar negeri. Apalagi kedua kakaknya sedang tidak dirumah. Bagaimana jika mereka mencarinya?

Tak lama sampai juga di Bandara. Di sana dirinya hanya diminta kembali untuk menunggu sampai jadwal penerbangan pesawat tiba.

___

"Disa pulang"

Seorang gadis menenteng dua kresek putih yang berisikan camilan. Di belakangnya ada laki-laki yang mengekor.

"Cilla mana Bun?" tanya Disa celingukan mencari adik kembarnya

Ayah dan Bunda yang masih di ruang tamu saling pandang. Alasan apa yang harus mereka buat mengenai kepergian Cilla yang mendadak.

Melihat keterdiaman orang tuanya, Disa kembali mengajukan pertanyaan yang sama

"Cilla mana Bun?"

"Itu, adik kalian harus ke rumah paman" jawab Bunda sedikit gugup

"Paman?" beo Disa

Pamannya kan hanya satu yaitu paman Andra. Itupun tinggalnya di luar negeri. Apa jangan-jangan

"Cilla pergi keluar negeri Bun?"

Bunda hanya mengangguk, sedangkan Disa menggelengkan kepalanya tanda tak percaya.

"Apa alasannya?"

"Cilla ada urusan di sana .. ya ada urusan" bukan Ayah ataupun Bunda tapi Leno

"Kamu tahu Len?" ucap Disa menatap Leno terkejut

"Kalian tahu, tapi nggak ada yang kasih tahu Disa?" marah Disa

"Cilla yang melarang kita untuk memberi tahu kamu" ucap Leno gugup dan terpaksa berbohong 'Maafin kakak' lanjutnya dalam batin

Disa menatap keluarganya tak habis pikir, apalagi dengan Cilla. Apa alasannya merahasiakan kepergiannya? Setidak penting itukah peran dirinya sebagai seorang kakak?

"Aku kecewa sama Cilla" gumamnya lirih











Apakah kalian akan menduga Cilla pergi?😭

Kalau kalian jadi Disa kecewa nggak?

Kira-kira gimana ya jika Disa tahu, Cilla tidak pernah meminta kepergiannya untuk dirahasiakan?🥲

Sampai jumpa di part selanjutnya. Saya ucapkan terima kasih telah bergabung di cerita 'Mengalah? Gak papa'

Semoga kita bisa bersilaturahmi disini.

Dukung penulis dengan memberikan Vote dan Follow juga.

Follow instagram

@d_peopl
@ydistani

Sampai berjumpa lagi teman-teman😭

Mengalah? Gak papa (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang