Halooo, selamat datang kembali di 'Mengalah? Gak papa'. Sudah baca part Ternyata kita beda belum nih? Pasti sudahlah ya? Oke, itu saja kalimat pertama dari saya.
Happy Reading😆.
.
.
.
.
.
.Kenapa harus minum obat yang pahit? Sedangkan masih ada coklat yang manis
"Disa, ayo kita balikan"
Entah sudah berapa kali kalimat itu terucap oleh laki-laki yang kini mengikuti Disa bak seekor ayam yang terus mengikuti induknya. Tidak di kelas, di koridor, sekarang? Dikantin pun ikut. Jujur, Disa sudah lelah mengatakan bahwa ia enggan balikan. Namun sepertinya semua hanya dianggap angin lalu bagi laki-laki itu.
"Udahlah Rick, masih mending kita temenan" ucap Disa menatap laki-laki yang kini berada didepannya
Laki-laki itu menggeleng berkali-kali pertanda bahwa ia tidak menyetujui kalimat gadis didepannya. Sungguh lelah sudah Disa menghadapi Erick.
"Gini Erick. Kalau kamu memang sayang dan cinta sama aku, jaga aku meski dari jauh maupun dekat" jelas Disa mencoba deep talk dengan Erick dengan nada pelan
"Makanya aku ngajak kamu balikan, supaya aku bisa jaga kamu. Setidaknya aku punya alasan untuk melindungi kamu" jawab Erick serius
Ucapan Erick membuat Disa menghela napas panjang "Jaga tidak harus ada status, karena sejatinya manusia mempunyai seribu alasan untuk melindungi sesama, meski tanpa ada ikatan rasa"
"Aku nggak minta kamu hilangin perasaan kamu, aku cuma minta nanti ucapkan kalimat balikan ketika kamu siap segalanya untuk hidup baru"
"Dengan kamu?"
"Jika takdirnya begitu"
"Kamu akan menerimaku kan?"
"Jika takdir menetapkanku denganmu, tentu dengan senang hati aku menerimanya"
"Yakin?"
"Of Course"
Ucapan Disa membuat Erick luluh dan akhirnya pamit meninggalkan Disa dengan senyum tulus
___
"Gimana, lancar?"
"Kamu tau nggak sih Cilla, aku tadi itu mak tratap gejedak-gejeduk"
Sasa kini masih berkeringat dingin membayangkan dirinya tadi diwawancara layaknya diintrogasi. Mana wajah kakak tingkatnya itu udah kayak mau nerkam mangsanya.
Flasback on.
Seorang gadis kini sedang duduk menunggu gilirannya untuk sesi wawancara sebelum masuk organisasi PMR. Matanya bergantian menatap kertas yang ada ditangannya dan pintu yang masih tertutup.
"Ayo Sasa kamu pasti bisa, cemangat" batinnya menyemangati diri sendiri
Sebelumnya dia sudah tahu bahwa kakak tingkat yang akan mewawancarainya itu bernama Salsa. Tentu saja itu pembagian dari kakak tingkatnya.
"SIAGA DALAM NYATA"
Mendengar yel-yel PMR sudah diucapkan membuat Sasa semakin gemetar. Jika itu sudah diucapkan maka wawancara telah usai. Tak lama lagi adalah gilirannya, setelahnya tidak ada orang lagi. Ya bisa dibilang dia terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalah? Gak papa (END)✔
General Fiction"Mengalah itu tidak mudah, makanya orang yang bisa mengalah itu hebat" ___ Note. Judul awal "Keluarga Harsa" yang sekarang author ganti menjadi "Mengalah? Gak papa" Mungkin masih ada teks yang masih menggunakan Keluarga Harsa, jadi mohon dimaklumi...