14 days. #G7 #7Q
Semestinya, tidak ada yang harus dikagumi dalam penjuru kafetaria yang luas. Tak terhitung berapa banyak jumlah pelajar yang lalu lalang saat jam makan siang seperti saat ini. Celetukan antara satu teman dengan teman lainnya. Atau gerombolan geng dari first year yang masih mencoba untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus. Semestinya seperti itu. Segera suara-suara terkesiap datang dari para mahasiswa yang terlonjak melihat bagaimana satu meja kursi panjang diisi oleh keempat belas pilar Night Raven College dalam satu waktu. Tak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa ketujuh pria, dan pendamping wanitanya itu tengah makan siang di waktu yang sama. Bohong kalau mereka hanya menganggap bisa melihat G7 dan 7Q dalam satu waktu hanya angan-angan belaka. Namun, inilah buktinya. Mereka semua berkumpul di kafetaria. Mengambil sudut yang agak jauh dari lapak penjual, dan di tempat yang cukup senyap untuk tidak mengundang perhatian banyak pihak.
Ketujuh wanita muda yang digadang-gadang sebagai lembayung cahaya paling terang saat kelamnya malam mereka tanpa pendar bintang itu terlihat duduk tenang. Seakan-akan, harapan baru hadir dalam setiap embusan napas jika wanita itu ada di setiap sisi sebelah kiri mereka. Gulungan yang dijanjikan tengah dibaca satu persatu oleh ketujuh pasang mata yang menawan. Ah... siapa yang berani menantang Night Raven College jika para punggawanya berkumpul dalam satu waktu seperti ini? Batin para pelajar.
Terlihat wanitanya mengamati, dan bertanya ini itu mengenai hal-hal yang tidak dipahami, sementara prianya menjelaskan pelan-pelan dengan gestur afeksi yang platonik, atau kasih sayang yang sebenarnya karena beberapa dari mereka memang sudah diikat oleh cincin-cincin sederhana dalam jemari manis nan lentik berkuku bening di sana. Sebuah level keintiman saat mereka mencoba bertanya, dan gentlemen di sana menjelaskannya tanpa yang ditanya tidak merasakan sesuatu yang disebut bodoh; simbiosis mutualisme yang nyata, dan tenteram.
"Ini—gulungannya nanti dibawa?" Suara terukur lembut nan halus milik Russet mengalihkan Idia sejenak dari biskuit cokelatnya. Makanan, minuman, dan buah potong sudah tersaji di permukaan meja. Belum tersentuh, dan mulai sejuk. Idia mencaplok biskuit cokelatnya sebelum menjawab. Bersandar di bibir meja sembari menyapukan bibir ke pelipis tunangannya. "Kamu saja yang simpan. Itu tidak dibawa oleh kami."
Russet memberi angguk afirmatif dari ajun yang ia terima dari Idia. Pemuda yang biasanya tertutup lagi enggan membuat percakapan dengan yang lain kini tampak nyaman menunjukkan afeksi samar untuk dewi musim seminya. "Rosy," panggil Idia sesaat. Russet terkejut saat Idia memanggilnya demikian, pasalnya, Rosy adalah panggilan afektif dari Ibu Idia untuknya. Seketika, bola mata yellow amber itu menelusup jauh dalam jiwanya sembari memberi ultimatum yang tidak bisa Russet elak. "Saat aku tidak di sini selama beberapa hari, pakai cincinmu." Russet hampir saja tersedak apabila ia tidak berusaha untuk mempertahankan ketenangannya saat menanggapi suara Idia yang ebebrapa tingkat lebih berat untuk ia dengar—sampai kata-katanya terasa hilang di ujung lidah saat kembali mengiakan seperlunya.
Di sisi yang lain, Yinyue sudah mulai menyuap sup teratainya dengan sikap gemulai, sementara Riddle yang duduk persis di sisinya kalang kabut—sibuk memastikan almamater Yinyue tidak terkena cipratan minyak cabai. Ia menyarapi paha Yinyue dengan kain. Si naga air membalas kebaikan itu dengan memberikan potongan iga paling enak yang ada di mangkuknya ke dalam makanan Riddle. Sebuah gestur ketidakserakahan yang membuat Riddle menyimpulkan senyum kecil begitu menerimanya.
Leona menyoroti cara Leah yang merajuk cemberut. Ekornya berkedut-kedut sebagai bahasa tubuh yang jengkel, yang hanya disadari oleh Leona. "Bukan daging kelinci." Snow leopard cantik itu mengembungkan pipi tanda tak suka.
"Kamu 'kan dengar kalau daging kelincinya kosong. Jangan pemilih, ah." Leona mendesis serius meski tak ada nada membentak dalam gelombang suaranya. Leona akan selalu mengalah untuk Leah, dan semua rekannya tahu itu, termasuk Leah sendiri. Ia menaruh dagunya di puncak kepala Leah, serta memotong-motong daging domba yang disiram dengan saus jamur di atas hotplate itu menjadi ukuran yang lebih kecil. "Habiskan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Nesta
أدب الهواةNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...