Di Setubuhi Ayah (Peng-gagah)🆕

7.8K 31 0
                                    

Namaku Tegar, baru saja aku pulang dari makan-makan bersama teman-teman SMA merayakan ulang tahunku yang ke 25. Tiba-tiba teringat satu kisah, ini ceritaku dan terjadi sepuluh tahun yang lampau. Waktu itu aku masih bocah yang ingin tahu segalanya. Ibuku adalah pengurus panti wanita yang sibuk, ditambah sebagai pejabat dibeberapa yayasan.

.
.
.
.
.

"Tegar !!" tiba-tiba ayahku sudah di dalam.

Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal ah aku lupa mengunci pintu. Untung saja aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar orang yang sedang bersenggama tidak bisa hilang sekali klik. Mana remote entah kemana lagi. Aku panik, aku tidak cepat menemukan remote.

"Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja. Kamu kan sudah besar."
Aku masih menduga-duga kemana keinginan Ayah. Walau Ayah sangat memanjakan dan tak pernah marah namun ini mungkin akan lain. Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia duduk di kasurku dan ikut menonton. Ayah diam akupun diam. Terkadang aku melirik mata ayah yang seakan sedang menonton film biasa. Kucoba tenang seperti Ayah. Namun aku tetap saja tidak tenang karena ada Ayah waktu itu. Setelah beberapa lama kami dalam diam, aku merasa bosan dan makin gelisah saja.

"Gar, kamu tahu tidak, kontol Papa lebih besar dari itu." katanya dengan muka serius.
Aku memandang tidak percaya dengan perkataan yang baru saja kudengar. Aktor porno yang di VCD sebesar kontolku. Aku sudah bangga karena diantara teman-teman ku, kontol ku tampak paling besar. Aku sering sombong bahwa.ukuran kontol menentukan kepandaian. Tentu saja itu sangat tidak berdasar.

"Owh ya?" kataku asal saja tidak tertarik.
Aku sama sekali tidak melirik ke gundukan di selakangan. Aku lebih tertarik milik wanita. Ayah membiarkanku mengira-ngira dan tampaknya memang besar. Kontol Ayah kandungku juga pasti besar buktinya aku keturunannya. Ayah tiriku tidak ada pertalian keluarga dengan almarhum ayah. Tetapi entah bagaimana Ibu begitu beruntung selalu mendapat pria dengan kemaluan yang besar. Ah pemikiranku terlalu jauh sampai ke asal-usulku.

Waktu itu aku yakin aku normal. Aku lebih suka menonton payudara dan vagina yang memerah. Aku suka lihat lekuk tubuh perempuan. Sekarang pun begitu. Namun peristiwa berikut ini telah mengubahku. Mengubah hidupku. Wajah Ayah tiba-tiba mendekat lalu mencium pipiku. Kurasakan pipinya yang kasar dan aroma foam bercukur yang begitu maskulin. Bukan ciuman singkat tapi lebih ke, ah aku tidak mengerti cara untuk menggambarkannya.
Dia memelukku dengan erat dengan lengan yang kekar dan bisep yang menonjol. Aku meronta minta dilepas. Meski sewaktu kecil Ayah tiriku sering memeluk dan memangkuku namun aku tidak suka dipeluk sekarang. Aku sudah besar bukan anak kecil lagi. Pelukannya juga lain, nafasnya mendengus dan agak memaksa. Aku meronta namun apa daya badan kekar Ayah menelingkup ku sehingga aku yang kurus ini tak bisa bergerak. Ayah semakin bernafsu dia menyedot dan mengulumi bibirku. Rasanya manis terasa nikotin Ayahku di mulutku.

"Papa jangan ! Jangan ya..." pintaku sambil terus meronta.

Entah bagaimana aku sudah telanjang bulat. Bahkan dengan badan yang masih ditindih begitu. Kontolku yang sedari tadi menegang karena rangsangan video bokep menjadi lemas. Namun Ayah tidak peduli dan tetap menciumi tubuhku. Menjilati leherku, bahkan menggigit putingku. Aku terus meronta sampai berkeringat. Rasa takut mulai menjalariku, rambutku basah mataku pun terasa mulai basah. Aku merasa sangat benci dengan Ayah. Aku sangat jijik dengan ciuman-ciuman itu, geli saja rasanya.

"Jangan ya Papa...." antara takut tetapi mulai penasaran.

Ayah membuka resleting dan memelorotkan celana. Segera tampaklah kontol Ayah yang super besar itu.

.
.
.
.
.

"Aaahhh..." Ayahku melenguh pelan dan tersenyum tampak menikmati.

Kini badan Ayah yang kekar menindihku. Badan Ayah berotot dan perutnya sixpack. Dia memang rajin ke gym dan renang. Di perutku terasa kontolnya yang keras mengganjal digesekkan dengan keras. Aku merasa takut dengan yang Ayah akanl akukan. Tiba-tiba saja ayah mulai mengelusi badanku, punggungku, dadaku lalu pantatku. Aku tidak menyangka sama sekali kalau ayah menginginkan menusuk aku.

Bapak MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang